BEDAH BUKU
"Filosofi Teras"
By: Literasi Kita
FILOSOFI TERAS: Filsafat Yunani-Romawi Kuno untuk Mental Tangguh Masa Kini
Penulis: Henry Manampiring
Penerbit: Penerbit Buku Kompas
Tahun Terbit: Cetakan 4, Januari 2019
Jumlah Halaman: 344
BUKU FILOSOFI TERAS
Makna Filosofi Teras
Buku Filosofi Teras oleh Henry Manampiring
Halo, kegiatan malam ini aku bakalan bahas tentang buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring. Awalnya tau karena buku ini adalah Book of The Year di Indonesia International Book Fair 2019, jadi penasaran sebagus apa ya bukunya? Akhirnya beli deh.
Pertama lihat judulnya sebenernya udah agak serem ya, duh buku Filsafat nih pasti berat. Nyatanya isinya itu bahasanya santuy banget, jauh dari anggapan buku yang bahasanya baku dan berat. Ditambah lagi setelah baca sampul belakang merasa jlep banget, karena aku kadang masih sering merasa khawatir dan baperan.
Pasti banyak yang bertanya-tanya kenapa sih judulnya Filosofi Teras? Apa hubungannya filosofi dengan teras? Ternyata istilah ini diambil dari bahasa Yunani “Stoa” artinya teras berpilar. Konon, dulu ada seorang filsuf yang suka mengajar filosofinya di sebuah teras berpilar, lalu Filosofi Teras digunakan penulis untuk memudahkan penyebutan “Stoisisme” atau “Stoa."
Di dalam buku ini ada beberapa yang aku garis bawahi, salah satunya adalah tujuan utama dari Filosofi Teras yaitu,
1). Hidup bebas dari emosi negatif dengan cara memfokuskan diri pada hal-hal yang bisa kita kendalikan
2). Hidup mengasah kebajikan, yaitu kebijaksanaan, keadilan, keberanian dan menahan diri. Ternyata, para filsuf stoa lebih menekankan pada pengendalian emosi negatif dan mengasah virtue/kebajikan ya.
Salah satu yang paling sering dibahas juga adalah dikotomi kendali.
Some things are up to us, some things are not up to us.
- Epictetus
Stoisisme mengajarkan bahwa kebahagiaan datang dari ”things we can control” atau dalam kata lain adalah hal hal yg dibawah kendali kita. Kebahagiaan lahir dari dalam diri kita sendiri. Bagi filsuf stoa menggantungkan kebahagiaan pada hal yang tidak bisa kita kendalikan seperti opini orang lain adalah tidak rasional.
Ketika kita dihadapkan suatu masalah biasanya problem utama adalah interpretasi otomatis/opini kita. Opini ini yang sering menjadi akar emosi negatif.
Nah gimana caranya supaya kita bisa melawan interpretasi otomatis kita ketika berhadapan dengan suatu masalah?
Contohnya:
Peristiwa: Terjebak di kemacetan.
Interpretasi otomatis: Duh macet buang buang waktu aja. Kesel banget.
Emosi negatif : Marah, kesal, frustasi.
Coba ubah proses berpikir kita menjadi,
Peristiwa: Terjebak di kemacetan.
Interpretasi rasional: Ok saya bisa memakai kesempatan ini untuk membaca buku sehingga macet ini menjadi kelas atau kesempatan belajar.
Emosi positif : Tenang, terinspirasi untuk membaca.
Setelah kita merubah proses berpikir kita, peristiwa yang tadinya membuat pribadi kita jd mudah marah dan kesal berubah menjadi lebih tenang.
Tips dari Stoic ketika kita sedang dihadapkan dengan suatu masalah diharapkan kita ingat STAR (Stop, Think & Asses, Respond)