ĸ a м p r e т d υ r н a ĸ a

102 16 36
                                    

Waktu jaga telah berganti, sinar mata rembulan yang kian menjadi-jadi, sekonyong-konyong menarik keluar nyawa demi berkeliling kesana-kemari sebelum waktu bebasnya berakhir kala munculnya matahari Teletubies—bercanda sayang.

Namjoon menjerit, bahkan jari-jari kakinya belum rela melepas gumpalan cokelat berlapis semak—mungkin—berduri, lalu menggoyangkan tubuh kesana-kemari melampiaskan emosi kala tidur membatasi, hingga tanpa disadari gas basi bernotasi keluar dari celah dua bongkah daging kempit.

"Bau pahit, bau apa ini?" tanya lelaki yang terbangun akibat keluarnya racun bersuara nyaring dari tubuh Namjoon, sembari menutup hampir seluruh bagian wajah.

Sontak saja Namjoon menutup celah pantatnya, menatap lelaki bernama lengkap Park Jimin dengan air muka tak suka, "aku rasa ... enggak hanya gas yang keluar," tebak Namjoon.

"Gas? Kamu kentut lagi?"

"Iya, dan kali ini ampasnya ikut tergelincir memenuhi celana dalamku!" pekik Namjoon, sembari memejamkan mata.

"Pantat tidak berpendidikan!" Dengan gelengan kepala dahsyat, Jimin keluar dari tenda demi membebaskan diri dari birunya wajah yang hampir diiringi muntahan isi dalam perut.

"Jimin, bantu aku! Aku janji akan mengajarimu statistika!" pekik Namjoon dari dalam tenda.

Sementara Jimin yang berada di luar tenda dan mungkin sedang memakinya dalam diam ikut memekik, "statistika-statistika, bunuh saja Hayati di rawa-rawa! Kenapa kamu harus kentut waktu aku menarik napas, sih? Bau pahitnya sampai ke tenggorokan, tahu!" gerutunya.

"Ya mana aku tahu kalau ternyata ada yang meronta minta dilepaskan dari celah tipis ini; lepaskan aku Bang, lepas!" Namjoon menjeda, "kamu juga harusnya memberitahuku kalau mau tarik napas, Jim!" lanjutnya.

"Jangan ngadi-ngadi! Astaga Namjoon, cari hobi lain sana selain membuang gas dan menggelincirkan ampas, dasar Kampret yang durhaka!" Jimin meninju pintu tenda demi melampiaskan kekesalan, lalu beranjak pergi sembari mengerucutkan bibir.

Sementara itu, Namjoon terkekeh geli membayangkan sahabatnya yang sudah pasti berkacak pinggang dari balik tenda, sembari bernyanyi, "tidak akan kuserahkan pada Kampret yang durhaka!"







Sementara itu, Namjoon terkekeh geli membayangkan sahabatnya yang sudah pasti berkacak pinggang dari balik tenda, sembari bernyanyi, "tidak akan kuserahkan pada Kampret yang durhaka!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

╾╼╾╼

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MengudaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang