2

3 1 0
                                    

Happy Reading!!!

Bagi kalian yang mampir 🙃
.
.
.

"Evelyn... Maafkan ibu. Tolong maafkan ibu."

Kedua bola mata biru Evelyn langsung terbuka. Gadis berambut hitam itu langsung bangun dan duduk memperhatikan sekeliling kamar. Berharap dia tidak dikamar yang biasa ditempatinya. Evelyn mengucek matanya dia tidak salah sekeliling kamar ini terasa asing.

"Nona sudah bangun."

Evelyn langsung menoleh pada sumber suara. Laki-laki dengan rambut yang kini telah berubah mendekat kearahnya membawa sebuah nampan ditangannya.

"Dokter mengatakan jika nona kemungkinan sadar hari ini, ternyata benar." Lanjut pria berubah itu.

"Dimana ini? Dimana adik-adik saya?" Tanyanya mengikuti pergerakan laki-laki yang mengenakan kaca mata itu.

"Nona Mauna dan tuan Garda sedang diruang tamu dan sekarang anda sedang di Alaska."

Mata Evelyn langsung terbelalak. Jarak antara Amerika dan Alaska tidak main-main itu berarti sudah berapa hari dia tidak bangun.

"Anda sudah pingsan selama 5 hari. Tampaknya luka ditubuh anda membuat nona baru siuman sekarang. Dokter mengatakan anda kelelahan." Pria itu menjawab pertanyaannya tanpa dia ucapkan.

Evelyn mengusap wajahnya kasar, menyibak selimut ditubuhnya dan melangkah keluar dari kamar itu.

"Nona belum pulih sepenuhnya."

Evelyn tidak mengindahkan teguran itu dia ingin melihat kedua saudaranya. Dia butuh memastikan bahwa keduanya baik-baik saja.

"Ya, aku saat menyukai menggambar."

Dari jauh Evelyn bisa mendengar suara riang adik perempuannya. Siapa yang tengah berbicara dengannya hingga dia segembira itu. Tidak mungkin ayahnya langsung menemukan mereka. Evelyn yakin Alaska sudah cukup jauh. Dan Mauna tidak akan berbicara seriang itu jika bersama ayahnya.

"Kamu sudah sadar?" Wanita tua itu yang pertama kali menyadari kedatangan.

Gadis kecil yang tengah memijit tangan wanita tua itu langsung menoleh.

"Kakak."

Gadis kecil itu berlari kearahnya memeluk pinggangnya diikuti bocah laki-laki yang mendekat kearahnya. Evelyn berjongkok memeluk kedua adiknya merasa bersyukur karena keduanya baik-baik saja. Evelyn mengelus pipi adik kecilnya itu dan mengacak lembut rambut bocah laki-laki. Matanya beralih menatap kearah wanita tua yang duduk di sigle sofa.

"Maaf jika lancang. Anda siapa?" Tanyanya. Evelyn sangat yakin wanita tua itu bukan orang biasa melihat dari besarnya rumah ini.

"Nona pingsan di depan mobil nyonya Meida. Nyonya sudah akan meninggalkan kalian setelah membawa kerumah sakit. Tapi nona Mauna dan tuan Garda tidak berhenti menangis didepan ruang rawat nona. Sehingga nyonya memutuskan untuk membawa nona dan saudara nona kemari." Terang lelaki yang tadi dikamarnya yang ternyata menyusulnya ke ruang tamu.

"Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada anda nyonya. Tapi kami akan pergi sekarang."

"Tinggallah dirumah ini, setidaknya sampai kamu mendapat tempat tinggal baru. Saya yakin kamu tidak memliki tujuan." Balas wanita tua itu menatapnya dengan tatapan lembut.

"Kak apa kita akan main hujan lagi?"

Evelyn terdiam mendengar pertanyaan adik kecilnya. Memang saat ini mereka tidak memiliki tempat tujuan. Dia juga tidak memiliki uang yang cukup untuk menyewa tempat tinggal. Tapi dia juga tidak mau tinggal di tempat ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang