chapter 8 - masalah baru

42 23 3
                                    

Aku mengikuti jejak Riska kebelakang sekolah dan bersembunyi di belakang tembok untuk menguping pembicaraan mereka.

"Lu ga serius kan tentang guna-gunain Claren?" tanya Viona, salah satu anggota geng Riska.

"Ya seriuslah, lu ga inget apa? Gw bakal lakuin apapun demi ngeliat Claren menderita. Salah satunya udah kebukti which is Alex yang sekarang malah sukanya sama gw." Kata Riska dengan senyumannya yang sinis.

*kringgg... kringgg...*


Aku mematikan alarm ku yang sudah menyala dengan setengah terkejut. Huft.. Aku menghembuskan napas lega. Hanya mimpi ternyata.

Waktunya sekolah. Tidak disangka-sangka sudah Senin lagi. Aku mandi, menyiapkan tas dan segera berangkat kesekolah.

"Halo," sapaku pada Janice dan Carla yang sudah menungguku ditempat dudukku dikelas.

Janice dan Carla serentak menatapku dengan senyum lebar dan berkata dengan girang, "Woi Clar, kita berhasil!" kata Carla. Hah? Berhasil apanya maksud mereka?

"Hah? Berhasil apaan sih?" kataku dengan raut wajah bingung sambil menaruh tas dibelakang kursiku.

Janice menghela napas panjang dan berkata dengan wajah yang terlihat setengah lelah dengan reaksiku.

"Rekaman suara Camilla sama Griselle tentang mereka GR disukain Diego sama Michael kesebar woi dan sekarang satu angkatan udah tau."

"Plus, karena direkaman suara itu mereka bilang mereka fitnah lu pake guna-guna, jadinya rumor tentang itu udah kebukti ga bener deh, Clar." Lanjut Carla lagi.

Apa? Satu angkatan sudah tau tentang rekaman suara itu? Memang sih, aku pun mau agar rumor itu tidak tersebar. Tapi, jujur saja kalau sampai seangkatan yang tau, menurutku itu agak berlebihan, karena tadinya ini hanyalah masalah beberapa orang.

"Clar? Kok lu malah bengong doang sih? Gw sama Carla yang ga difitnah aja girang lho." Kata Janice yang disusul dengan anggukan Carla.

"Eh by the way, kalo boleh tau gimana ceritanya sih sampe itu rekaman suara kesebar keangkatan kita?" tanyaku kepada mereka berdua karena masih penasaran.

"Oh, kalo itusih kata orang-orang tau dari gengnya Jenna sama Veronica. Lagian mereka pasti kesel banget sih Clar karena cowo mereka digituin." Kata Janice.

*bip bip*


Ponselku yang berada diatas meja bergetar tanda ada pesan masuk. Aku sontak mengambilnya dan langsung membaca siapa yang chat ku. Ternyata pesan itu dari Jenna. Clar, sorry ya gw sebarin rekaman suara Camilla sama Griselle. Gw sama Vero kesel aja cowo kita dibilang suka sama mereka. Tapi kita ga ada maksud bawa-bawa lu kok. Kita murni cuma pengen satu angkatan ga salah paham kalo nanti takutnya mereka sebarin rumor Diego sama Michael suka mereka.

*kringgg..kringgg..*


Bel istirahat pun terdengar. Aku, Carla, dan Janice pun kekantin seperti biasanya. Namun, kali ini tidak bersama Camilla dan Griselle. Namun, saat kami sedang asik mengobrol dan menyantap makanan, tiba-tiba pundakku ditepuk dari belakang.

"Hi guys, gw boleh nanya sesuatu ga? Tapi gw ga bermaksud ikut campur urusan geng kalian kok, ini cuma sekedar pengen tau aja," kata Michelle, ketua OSIS disekolah.

"Mau nanyain mereka, ya?" kata Janice sambil menunjuk kearah meja Camilla dan Griselle yang hanya duduk berdua saja. Michelle pun mengangguk.

"Emang rekaman suara itu beneran ya?" tanya nya lagi.

"Itu bener, Chelle. Mereka emang keterlaluan banget, jujur kita juga ga nyangka bisa dikhianatin segitunya." Kataku menjawab pertanyaan Michelle.

"Emang ada yang tanyain, Chelle?" tanya Janice.

"Jadi gini, guys. Rekaman kalian itu udah kesebar sampe ke guru-guru. Ditambah lagi katanya Camilla sama Griselle sekarang disindir-sindir dikelas mereka masing-masing. Udah gi.." kata Michelle yang segera disela oleh Carla.

"Sorry gw sela.. maksud lu disindir-sindir dikelas mereka tuh gimana?"

"Contohnya nih, tadi pas dikelas lagi ga ada guru, kan Griselle sendirian tuh, terus geng cewe-cewe dikelas langsung pada teriak, "Woi kalo punya cowo dijagain ya, soalnya jaman sekarang banyak nih cewe yang sok laku keGRan disukain sama cowo-cowo populer."

Terus ada yang bales sindirannya, "Oh iya, orangnya ada dikelas ini kan yang lagi sendirian? Kasian deh. Kita sih ngedukung tim lawannya, stay strong kalian yang dikhianatin sama difitnah." Michelle menjelaskan.

"Bukan cuma Griselle, tapi Camilla juga sama nasibnya." Lanjut Michelle lagi.

"Terus tadi lu mau sampein apalagi Chelle?" tanya Carla. "Jadi gini, karena kasus ini booming banget, anak MPK sama guru-guru minta OSIS buat redain, karena mereka liat ini sebagai bullying. Tapi tenang aja kok, gw gabakalan panas-panasin suasana. Gw ngerti kok perasaan kalian gimana. Gw cuma ga mau sekolah kita jadi banyak bully gini. Kalo guru-guru ga tau masih mending deh tapi mereka udah terlanjur tau." Kata Michelle lagi.

"Yaudah gapapa Chelle kita bakal bantu redain situasi kok. Thanks ya udah kasih tau ke kita tentang itu," kata Janice yang disusul oleh anggukanku dan Carla.

"Iya, sama-sama guys, kalian tenang aja, nama kalian bersih kok, bahkan sampe geng cewe-cewe dikelas gw ngebela kalian." Kata Michelle sambil tertawa kecil.

Sebenarnya, akupun kesal dengan mereka berdua. Tapi, jujur saja reaksi anak-anak angkatanku sangat berlebihan. Tujuanku dari awal hanyalah ingin rumor tentangku pakai guna-guna padam, bukan ingin menjelekkan nama mereka secara sengaja.

"Clar? Kenapa kok lu melamun gitu sih?" tanya Carla dari samping. Akupun sontak tersadar dari lamunanku. Namun, ketika itu juga aku tidak langsung menjawab Carla, melainkan aku tiba-tiba merasa sangat mual. Akupun lari ke toilet yang berada disebelah kantin, langsung memasuki salah satu biliknya.

Sesampainya didalam bilik, aku merasa perutku sangat sakit. Sontak, akupun memuntahkan segala makanan yang telah aku lahap selama seharian. Kagetnya aku saat aku melihat bahwa ada darah dalam muntahanku. Aku keluar dari bilik toilet dengan badan yang sudah terkulai lemas karena terkejut.

"Clar, lu gapapa? Kok tiba-tiba muntah gitu?" tanya Janice cemas.

"Gw juga gatau guys, masa gw muntah darah sih," kataku kepada mereka.

"Hah kok bisa? Mending lu periksa ke dokt-." Balas Carla yang dipotong oleh suara tawa Riska dan Viona dari depan pintu toilet.

"Apaansih mereka tiba-tiba ketawa? Udah gila kayanya deh," kata Janice yang terlihat kesal. Carla pun tidak kalah kesalnya.

Ia langsung membuka pintu toilet dan berteriak kearah mereka, "Woi suara kecilin donk! Serasa rumah sendiri aja, mending ketawanya enak didenger lah ini kaya ketawa nenek lampir aja bangga!"

"Udalah, mending kalian tolong bopong gw ke UKS. Gw mau pulang aja terus langsung cek ke dokter." Kataku sambil berjalan kearah mereka.

Sebelum aku sampai kesamping mereka, tiba-tiba Carla terkejut, "Eh, Clar! Kok gw jadi curiga ya?"

Aku dan Janice refleks saling tatap karena tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Carla.

"Maksud lu?" tanya aku dan Janice bersamaan.

"Lu kan muntah darah, yang artinya harusnya itu masalahnya sama perut. Tadi, pas gw teriakin Riska sama Viona, Riska tuh lagi megang boneka kayu ditangannya terus ada jarum di perut boneka itu. Ya ampun gw beneran gamau berprasangka buruk nih tapi tuh cabe emang biasa kan suka nyari gara-gara," kata Carla menjelaskan.

"Jadi.. maksud lu, lu curiga kalau Claren di voodoo gitu sama Riska?" tanya Janice.

"Bisa jadi ga sih? Dia kan benci banget sama Claren." Balas Carla.

Saat teman-temanku sedang berdiskusi tentang hal tersebut, tiba-tiba otakku teringat akan mimpi semalam. Apakah mungkin..? Astaga. Otakku seakan mencerna semua fakta ini.

"Guys, tapi bukannya voodoo dan segala macem guna-guna itu cuma ada zaman dulu ya? Masa zaman sekarang masih ada sih hal-hal kaya gitu?" tanyaku yang masih setengah tidak percaya dan kebingungan.

"Jujur aja gw bilang emang masuk akal sih kalo voodoo masih ada. Gimana pun, namanya warisan nenek moyang, kadang masih suka dibawa kan sama anak cucunya?" kata Janice sambil berpikir.

"Hmm.. atoga gini aja deh, Clar. Lu coba periksa ke dokter. Kalo seandainya dokter gatau lu sakit apa, gw makin curiga kalo itu beneran. Oh ya, Riska kan 9D, gimana kalo kita minta salah satu anak 9D buat mata-matain Riska? Siapa tau aja ada sesuatu yang mencurigakan gitu," kata Carla lagi.

Sontak pikiranku langsung tertuju pada satu orang. Kennard. Akupun langsung merogoh saku rokku dan mengirim pesan padanya. Ken, ketemu gw di cafe sebrang pas pulang sekolah. Ada sesuatu yang pengen gw omongin.

***

"Jadi apa yang pengen lu omongin, Clar?" tanya Kennard yang duduk dihadapanku. Akupun menjelaskan apa yang terjadi saat istirahat tadi disekolah.

"Nah, kebetulan banget nih. Gw tar sorean bakal kerumah dia buat kerja kelompok. Yaudah tar gw bakal mulai dari entar sore ya. Gw bakal infoin ke lu apapun yang mencurigakan ya," kata Kennard.


God Sees My StrengthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang