#1

27 8 35
                                    

Pukul tiga dini hari saat orang-orang kebanyakan menghabiskan waktu hingga fajar untuk tidur dan beristirahat, berbeda dengan Namjun yang masih terjaga dengan matanya yang mulai sayu. Laki-laki berlesung pipi itu masih setia dengan layar laptopnya yang masih menyala juga secangkir kopi ah, tidak ini sudah cangkir ketiga Namjun hingga detik ini.

Bunyi tuts keyboard menjadi backsound di kamar kosannya yang berukuran mini. Sudah tak terhitung berapa kali ia menguap dan melirik ke arah kasurnya yang masih rapi--tanda laki-laki itu belum menyentuh tempat peristirahatannya yang sungguh sangat ia rindukan.

"Gila gue udah ngantuk parah tapi deadline emang bangsat sih. Mata gue apa kabar ini buat presentasi." Air mata Namjun mengalir bukan karena ia menangis, tapi matanya sudah teramat pedih menatap layar monitor berjam-jam lamanya.

"Dikit lagi and..., done. Yup, akhirnya kasur gue datang." Namjun melepas kacamatanya dan menarik selimut sebelum menjemput tidurnya yang sudah hampir pagi.

Poor buat pengejar deadline

****

Matahari sedang terik-teriknya saat Namjun baru keluar dari gedung fakultas. Tujuannya setelah ini adalah ke kantor tempatnya dulu magang. Kebetulan kemarin ia mendapat telepon dari mbak Yuli yang memintanya datang ke kantor untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan design grafis. Ya, Namjun ahli dalam bidang itu dan selama ini ia mendapat uang saku juga membiayai sebagian uang kuliahnya dari pekerjaan sampingan ini. Meski masih dikirimi uang oleh orang tuanya tapi Namjun meminta agar jatah uang kuliahnya yang dari semester satu dikurangi lantaran ia sudah bisa menghasilkan sedikit uang. Hmm, gak sedikit juga sih tapi orang tua Namjun masih kekeuh ingin membiayai anak semata wayangnya itu.

"Jun," panggil suara bariton dari arah belakang Namjun.

"Oi, Tedjo ngapa?"Laki-laki pemilik suara bariton yang dipanggil Tedjo itu mendecih sebal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Oi, Tedjo ngapa?"
Laki-laki pemilik suara bariton yang dipanggil Tedjo itu mendecih sebal.

"Kampret lu, nama gue bagus-bagus lo malah seenak udel gantinya," protesnya masih dengan bibirnya yang dibuat duck face.

"Lagian punya nama susah amat Tedjo, Tedjo."

"Taehyung ya, Taehyung. Susah apanya njir," koreksi Taehyung yang mulai agak kesal lantaran Namjun tak pernah bisa menyebut namanya dengan benar.

"Iya, iya sakarepmu lah. Kenapa nih manggil gue?"

"Gue cuma mau bilang kosan tempat gue udah ada yang kosong satu, orangnya baru keluar pagi tadi."

"Beneran? Wah kebetulan tuh. Ya udah nanti gue coba kesana buat lihat-lihat."

"Jangan cuma lihat-lihat doang langsung aja, nanti udah ada anak baru yang masuk lo gak jadi lagi," seru Taehyung gemas dengan sikap Namjun yang terlewat santai. Padahal kemarin anak itu sempat cerita kalau tempat kosannya  bakal dibangun toko yang otomatis penghuninya terpaksa disuruh pindah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NAMJUN-ku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang