PROLOG

401 46 26
                                    

Halo (⌒o⌒)

Long time no see!

Cerita (J)ustice akan jadi cerita tergelap dari cerita aku yang sebelumnya.

So, untuk memulai kisah singkatnya jangan lupa baca disclaimer dulu 🤝

📍 Disclaimer 📍

1. Cerita ini 100% FIKSI ORIGINAL
2. Di dalam cerita ini TIDAK ADA sangkut pautnya dengan kehidupan asli para visual.
3. Nama tokoh di dalam cerita ini TIDAK menggunakan nama asli dari visual.
5. Harsh words, content warning, young adult, blood, psychology, and bad romance.
6. Tidak layak untuk DITULIS ULANG [DIPLAGIAT]

Ayo kita saling menghargai dari hal terkecil 🤝

⚠️ Blood scene ⚠️

Happy reading (⌒o⌒)

"Hujan bulan Juni kala itu adalah awal dari setiap luka abadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hujan bulan Juni kala itu adalah awal dari setiap luka abadi."

- (J)ustice Prolog -

Jakarta, 2009

Kata orang,  tidak ada yang lebih menyakitkan daripada jatuhnya hujan di bulan Juni

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kata orang, tidak ada yang lebih menyakitkan daripada jatuhnya hujan di bulan Juni. Gemerciknya tumpah ruah membasahi bumi. Petir menyambar tak tentu arah. Angin bertiup menerpa benda apapun hingga berterbangan. Derasnya menjadi saksi bisu malam yang panjang nan mencekam.

Malam itu, kota Metropolitan tengah kacau-sekacaunya dengan beberapa laporan kejadian mengenaskan dari tiap-tiap wilayah. Khusunya wilayah Jakarta Barat. Tak jarang polisi mendapatkan laporan dari beberapa warga di wilayah tersebut.

Tepatnya pada tanggal delapan belas juni pukul dua pagi dini hari. Terlihat sekumpulan mobil polisi lengkap dengan beberapa mobil ambulan yang memenuhi pekarangan sebuah bangunan kosong.

Sirine mobil yang berdenging nyaring dan lampu patrolinya itu mampu membuat beberapa warga terbangun dari tidur lelapnya.

Malam ini telah ditemukan jasad seorang lelaki dan seorang anak perempuan di bawah umur di dalam sebuah bangunan yang terletak tidak jauh dari pemukiman warga.

Jasad itu terkapar tidak berdaya dengan beberapa luka tusuk yang dalam. Darah sudah bersimbah memenuhi satu ruangan itu. Sungguh mengenaskan.

Garis kuning telah dipasang di sekitar bangunan. Beberapa tim forensik sedang melakukan autopsi di sekitar tempat kejadian dan para satuan petugas polisi yang tengah menginterogasi sang pelapor, sebagian polisi bertugas untuk menjaga agar situasi di sekitar tetap kondusif.

Sejumlah warga beramai-ramai memenuhi lokasi kejadian, tak ayal di antara mereka yang merekam semuanya menggunakan ponsel untuk dijual ke pihak televisi. Mungkin.

Terlihat pula beberapa wartawan yang mulai berdatang ke lokasi kejadian.

Mereka semua terkejut bukan main saat melihat dua jasad yang telah ditutupi oleh kain putih dibawa oleh petugas menggunakan tandu lipat.

Selang beberapa menit kemudian para petugas polisi membawa seorang wanita paruh baya--diduga seorang pelaku--yang memakai daster dengan penampilan lusuh penuh dengan bercak darah.

Seketika para wartawan langsung mengerumuni perempuan itu bersamaan dengan kilauan cahaya hasil dari jepretan banyak kamera. Mereka langsunh menyodorkan mikrofon untuk mewawancarai si pelaku.

"Apa motif anda membunuh dua orang itu?"

"Mengapa anda tega membunuh seorang anak kecil?"

"Bagaimana anda bisa membunuh mereka?"

"Alat apa yang anda gunakan untuk menghabisi nyawa korban?"

Perempuan itu hanya bungkam. Berulang kali dia memejamkan matanya menahan malu dan sumpah serapah dari para warga.

Netra hitam wanita itu menangkap bocah laki-laki yang berdiri tidak jauh dari kerumunan di tengah derasnya hujan.

"Hiduplah selayaknya manusia hidup..." batinnya melirih menahan sesak yang menjalar.

Detik itu juga derai air dengan landai jatuh meluruh membasahi kulit wajahnya.

Hingga pada akhirnya wanita itu dipaksa masuk oleh polisi ke dalam mobil dan membawanya ke kantor polisi untuk diperiksa lebih lanjut.

- TBC -

Next?

"Karena setiap tragedi selalu memiliki kausalitas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Karena setiap tragedi selalu memiliki kausalitas."

- Gevril Jevin Adeon -

Ini hanya prolog yang belum tentu menjamin epilog.

Makasih buat kamu yang udah baca, VOTE, dan komen di cerita ini..

Mohon maaf apabila masih banyak typo yang bertebaran

See you

(J)usticeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang