Di sana Leeteuk melihat, sosok yang sempat terlupa. Ada beberapa ingin dalam benak, tidak terkecuali bertemu dengannya. Di kondisi seperti apa, dalam posisi yang bagaimana, Leeteuk tak pernah menyangka menemuinya dalam ketidak sengajaan.
Dia berdiri, memeluk tubuhnya seorang diri seraya menunggu hujan reda. Ah, dirinya mulai sok tahu, Leeteuk mencerca dirinya sendiri. Mana mungkin. Dia, Kim Taeyeon yang berbeda dari Taeyeon yang Leeteuk tahu beberapa tahun silam.
Rambut hitam yang memanjang, terusan merah muda dan sepatu pantofel cokelat muda. Di tubuhnya melingkar tas selempang berawarna cokelat tua. Taeyeon yang dahulu begitu terinspirasi dengan band emo favoritnya hingga seluruh gaya berpenampilan terpengaruh, kini tak ubahnya wanita dewasa yang anggun.
Taeyeon makin cantik. Tidak, dari dulu Nona Kim selalu cantik.
Leeteuk berjalan mendekat. Meninggalkan teman-temannya yang masih sibuk bermain kartu. Di meja kecil dekat jendela kaca, Leeteuk menuruti egonya untuk memperhatikan Taeyeon lebih jelas. Bibirnya tanpa sadar merapal doa.
Agar apapun yang ditunggu Taeyeon tak segera datang. Jahat. Leeteuk tahu. Matanya menatap lurus, sesekali menunduk guna mengiris kudapan di atas piring. Dalam hati timbul berbagai rencana yang tak pernah dia catat dalam bukunya.
Kalau ada petir detik ini, aku akan berlari menutup telinganya rapat-rapat dengan tanganku. Mungkin Leeteuk harus bersabar lagi, karena sosok yang sekarang menjadi pusat perhatiannya telah berlalu.
Kau tahu ada saatnya kita berhenti. Dan kau pun tak akan menungguku selamanya. Luka yang dikira hilang layaknya menganga kembali. Ada perih di dalam dada.
Bukan sedikit kenangan yang pernah kita miliki dan begitu berarti, namun masa depan yang tak pernah berhasil untuk sekadar kita bayangkan. Berusaha sekadar memalingkan muka namun tak kuasa. Bukan hanya kini, tadi malam pun rekaman senyum indahnya mampir di dalam mimpi.
Sudah kutampar diriku berkali-kali agar percaya bahwa dari segala kemungkinan di dunia ini, kita adalah satu-satunya yang mustahil. Apakah dahulu benar-benar saling berbahagia. Apakah dahulu benar-benar saling mencinta.
"Apakah dahulu kau dan aku benar-benar menjadi kita."
***
FIN
***
Pemanasan dulu karena lama engga nulis, yep Taeteuk. Tidak menjanjikan sequel.
YOU ARE READING
When We Were Us
FanfictionKala kau dan aku adalah kita. Kala semua berubah namun tidak dengan rasa. Kim Taeyeon, seiring bertambahnya kenangan baru, bukan berarti memori tentangmu bisa sirna.