Chapter - 01

20 7 0
                                    

Tak terhingga, tak pernah terbayangkan dia selalu ada kala duka maupun duka

Tak memandang fisik apalagi harta, selalu ada disetiap kondisi apapun

Marah, senang, apalagi ngelakuain hal konyol sudah tak lazim lagi dilakukan.

Pengorbanan dan perjuangan pun turut menyertai kisah kami.

Namun sebuah badai datang, menghempas semuanya, what the hell?

Ia datang memporak porandakan semuanya. Apa yang harus kulakukan? Situasi ini begitu rumit, mampukah badai ini sirna?

•••

"Nyontekkk!!!" Niki yang sedari tadi sudah berangkat dan tengah duduk manis di bangkunya, terkejut tiba-tiba. Ia menoleh pada Riko yang tergopoh–gopoh membawa tasnya yang terbuka sambil merogoh–rogoh isinya.

"Kenapa lu? Ah ... sorry ralat, kenapa gua yang nanya? Hahaha ... lupa PR 'kan lu?" tanya Niki meledek.

"Ishh ... pinjem bukunya Nik, please ...." Niki memberikan bukunya yang sedari tadi sudah ia siapkan di lokernya.

"Sip, hehe ... tahu banget kebutuhan gua, sampai-sampai sudah  siapin di loker, sayang ... Iki. Muah!!" canda Riko.

"Ih, jijik ... mana Rinay? Kok nggak nongol-nongol, ya?"

"Tadi gua ketemu dia lagi di kantin, lagi sarapan dulu dianya."

"Oowh ...."

"Nik, kenapa nggak bilang dari tadi ada PR sih?!" Rinay mengelus jidadnya dengan punggung tangannya. Riko yang tengah panik menulis seketika kaget melihat sahabatnya ini berkeringat.

"Kenapa tuh? Jarak kantin ke kelas itu cuman satu meter. Keringet sudah bercucuran gitu, hahaha ...."

"Gua habis makan sambel banyak, minum dong tolong. Haduh, panas banget nih bibir," sambil menerima uluran air minum Niki dan duduk cepat-cepat.

Mata pelajaran pertama pun dimulai. Dengan senyum manis melengkung bak bulan sabit, Bu Risa datang dan menyapa seluruh siswa di kelas tersebut. Nampaknya banyak murid yang gugup. Padahal Bu Risa merupakan guru yang asyik dan menyenangkan, jarang sekali ia marah-marah. Penyebab kegugupan para murid tak lain adalah karena ada PR yang amat sangat banyak sekali. Pertama, mereka harus merangkum materi. Kedua, mereka harus membuat karya cerpen dua halaman. Ketiga, mereka tidak diperkenankan mengerjakan PR secara berkelompok dan yang lebih tragis lagi, jawaban masing-masing siswa harus berbeda.

Di tengah suasana pagi itu, Riko nampak gelisah. Ia baru menyadari bahwasanya jawaban PR yang diberikan Bu Risa tidak boleh sama, dan ia malah menulis jawaban sama persis dengan Niki.
Bu Risa pun membuka pembelajaran.

"Selamat pagi anak-anak. Silakan PR kalian kumpul di depan sesuai absensi," ujar Bu Risa.

"Baik Bu".

Mereka pun mengumpulkan PR mereka dengan rapi di hadapan Bu Risa. Selang beberapa waktu, Bu Risa mengamati setiap PR siswa. Bu Risa pun terlonjak naik darah tak kala melihat jawaban PR Riko sama dengan Niki.

"Riko dan Niki, usai istirahat pertama datanglah ke ruang saya," ucap Bu Risa dengan nada tinggi.

Kring ... kring ... kring

Triangle Friends Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang