First and Last

103 11 57
                                    

Hiro merengut. Bibirnya sesekali bergumam tidak jelas sambil menatap Teru yang ada di depannya. Hiro mencebik kesal. Bagaimana tidak? Kalau ia tau Teru akan mengajaknya kesini ia lebih baik pergi bersama Shohei saja.

"Masih lama tidak?"Ucap Hiro dengan nada sarkas. Ia berjalan menghampiri Teru sambil merapatkan jaketnya. Ia melihat ke arah langit yang mulai mendung.

"Teru!"Hiro benar-benar berteriak karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari pria bermarga Nishizawa yang sedang berkutat dengan alat memancingnya.

"Jangan berteriak, nanti ikan-ikannya kabur!"Teru menatap tajam kearah Hiro yang kini di dekatnya. Hiro yang sedang memeluk dirinya sendiri karena angin mulai bertiup kencang melotot kearah Teru.

Hiro ingin marah. Kata 'andai' terus menerus memenuhi kepalanya. Ia menyesal seratus persen karena ia mengiyakan ajakan Teru untuk 'berkencan'

Iya, Teru beberapa jam yang lalu menghubungi Hiro dan mengajak Hiro berkencan. Tentu saja Hiro dengan riang gembira menjawab iya, tanpa tau dia akan dibawa ke danau—yang letak persisnya ia tidak tau—untuk memancing!

Hiro memeluk tubuhnya. Gemuruh petir mulai terdengar.
"Teru ayo pergi! Dingin."Hiro berkata dengan nada sememelas mungkin. Sungguh ia ingin memukul kepala Teru karena bisa-bisanya cowok gondrong itu secara tidak langsung mengajaknya memancing di cuaca yang lumayan dingin dan mendung ini. Teru tidak bergeming. Masih diam menatap danau yang sangat tenang.

Hiro menggerutu.

"YAK, Teruki! tidak akan ada ikan yang memakan umpan mu demi tuhan!"Hiroki mendorong bahu Teru agar Teru menatapnya.

"Ini sudah mendung ayo pergi! Aku kedinginan, lagi pula orang udik macam apa yang memancing di cuaca yang seperti ini?"Hiro menaikkan suaranya. Teru masih diam.

"Sebentar lagi Hiro, aku yakin aku bisa mendapatkan satu ikan.."Teru mendesah pelan. Saat itu juga kepala Hiro meledak. Ingin ia pergi sekarang juga, tapi apa daya ia bahkan tidak hafal dengan daerah sekitar danau yang sepi ini.

Hiro menghentakkan kakinya sebal. Ia akhirnya ikut menatap dalamnya danau sambil merapatkan jaketnya. Hiro merasa hari ini ia terkena kesialan bertubi-tubi. Mulai dari ajakkan berkencan palsu dari Teru berlanjut ke dirinya yang malah memilih jaket tipis untuk acara 'berkencan' bersama Teru.

"Eh?"Hiro mendongak keatas saat ia merasakan air menetes ke kepalanya. Hujan tiba-tiba turun. Ia buru-buru menarik lengan Teruki.

"Teru, ini hujan! Ayo kita pergi!"Hiro menarik-narik lengan Teru. Teru awalnya agak berontak. Tapi melihat Hiro yang agak menggigil membuat ia membereskan semua alat memancingnya. Dan mereka berlari dibawah hujan yang semakin deras.

Hiro memeluk tubuhnya, dan Teru berlari di depannya memegang alat memancingnya. Hiro terengah. Ia benar-benar mengutuk sibodoh didepannya yang memarkirkan mobil mereka terlalu jauh.

"Hiro ayo!"Teru menarik tangan Hiro. Tubuh mereka sekarang mulai basah kuyup. Hiro hanya diam saat Teru menarik tangannya agar ia berlari lebih cepat. Kepalanya mulai terasa pusing.

Beberapa menit berlari dibawah hujan, mereka akhirnya sampai di tempat Teru memarkirkan mobilnya. Hiro membanting pintu mobil begitu ia masuk ke mobil Teru. Tubuhnya dingin bukan main.  Teru juga masuk kedalam mobil, sekilas melirik kearah Hiro. Ia merasa bersalah.

''

"Hiro.. Hiro.."Teru menepuk pelan pipi Hiro karena mereka sudah sampai di apartemen milik Teru. Teru mendesah pelan karena ia merasakan tubuh Hiro agak panas tapi menggigil. Rasa bersalahnya menjadi tiga kali lipat. Ia menghela napas.

Pada akhirnya, Teru menggendong pria yang lebih mungil darinya. Karena Hiro tak kunjung bangun. Jika dibangunkan Hiro hanya bergumam tidak jelas.

Singkatnya, Teru akhirnya berhasil meletakkan Hiro di kamarnya. Teru baru sadar, walaupun Hiro itu lebih kecil dari dia tetap saja berat. Teru menghela nafas panjang. Lalu menghembuskan perlahan.

Teru yang berbohong [TeRoki]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang