Prolog

28 12 14
                                    

Deru ombak mengisi kesunyianku. Ku genggam pasir, berharap ia akan bertahan. Dan ternyata tidak, semakin aku genggam, maka semakin berkurang dan akhirnya hilang tak tersisa. Ku pandangi senja, ku berharap ia akan bersedia mendengarkan kelamnya hidupku. Tetapi, nyatanya tidak semakin jingga, semakin tenggelam ia kedasar laut. Kulihat ombak yang bergumuruh, ingin aku sampaikan pilu hidupku. Tetapi, ia sibuk dengan kebisingan hidupnya.

Ku pandangi langit yang telah berubah warna. Siapakah yang bisa menemaniku? Yang tak pernah meninggalkanku? Menjadi pendengar terbaikku?. Namun, langit tidak bisa menjawab pertanyaanku. Ku penjamkan mataku. Kutenangkan hatiku.

Angin datang menyapaku. Menyampaikan pesan yang ia bawa "siapa saja bisa meninggalkanmu, Tetapi Allah akan selalu ada untukmu, siapa ingin menjadi pendengar terbaikmu? Hanya Allah yang menjadi pendengar terbaikmu. Siapa akan selalu ada untukmu? Hanya Allah akan selalu menemanimu. Meski langit dan bumi menolakmu maka Allah akan menerimamu. Sujud lah dan sampaikan rintihanmu. Maka ia akan memberikan jalan untukmu".

Angin berhenti bergumuruh. Perlahan mataku mulai terbuka. Tanpa kusadari setetes air Membasahi pipiku. Aku telah salah bertanya pada langit, ombak, dan senja. Sedangkan ada rabbku yang mampu menyelesaikan pertanyaanku. Kulangkah kan kaki ku dengan tekad di tanganku. Aku tidak akan berhenti melangitkan do'aku. Cukup aku rabbku saja yang tau.

Takalar, 11 oktober 2020




Berikan komentar dan saran ya🙏
Pertama kali menulis✍️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lauh Mahfuz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang