Aku membereskan buku dan pena yang berserakan diatas meja lalu bergegas keluar mengejar waktu, aku tidak memperdulikan pandangan heran dari teman-teman sekelasku, sekarang yang ada dalam pikiranku adalah secepatnya pulang ke kostan lalu mengajak temanku pergi.
Sampai di parkiran aku langsung menyalakan motorku dan menjalankannya menuju kostan, setelah memarkirkan motor secara sembarangan di depan kostan aku langsung berlari dan mengetuk pintu kamar temanku.
“ya ampun Ra, kamu ngagetin aja. Kenapa? Ke sana lagi?”
“iya Na, ayo baru jam setengah Sembilan ini bentar lagi kalo kita gak cepet dia pasti udah pulang”
“iya bentar aku kunci pintu dulu, aku heran de sama kamu gak bosen apa tiap malam kesana ngabisin duit buat bayar parkirnya”
“udah ah ayo buruan”
Setelah itu aku langsung menjalankan motorku menuju tempat yang menjadi tujuanku, untung saja malam ini cerah jadi bisa dipastikan kalau dia akan bermain mala mini, dari kostan aku menjalankan motorku saat sampai di peertigaan aku belok kanan, aku sengaja lewat jalan memutar biara sampai disana aku tidak perlu susah untuk memarkirkan motorku.
Memasuki kawasan jalan pahlawan, ya sekarang aku sedang menjalankan motorku di kawasan jalan pahlawan mulai terlihat keramaian di sepanjang jalan ini banyak muda-mudi yang sedang duduk-duduk menikati malam hari, mala mini memang tidak seramai seperti setiap malam minggu, lagipula kalau ini malam minggu justru akan semakin susah untuk mencari parkiran yang kosong.
Nah dari sini aku bisa melihat dia yang mmenjadi tujuank selalu mengunjungi jalan pahlawan setiap malam hanya untuk melihatnya, segera saja aku memarkirkan motor dan bergegas duduk di tempat duduk yang berada di samping sepanjang jalan di jalan pahlawan ini. Kenapa makin hari dia makin keren ya? Permainannya juga semakin berkembang.
Dan ekspresi itu yang paling aku sukai dari wajah imutnya. Dia selalu tersenyum jika sudah meluncur diatas papan sakteboardnya, dia seperti anak kecil yang mendapatkan permen jika sudah naik diatas papan seluncur itu, uh andai aku punya keberanian menyapanya, temanku sampai bilang aku sudah jadi terobsesi padanya karena hampir setiap malam aku datang kesini hanya untuk melihat permainannya.
“udah puas Ra?”
“belumlah Na, ini baru bentar kali, hehe sabar ya. Kamu jajan aja deh aku bayarin”
“aku udah kenyang Ra. Lagian mau sampe kapan sih kamu Cuma liatin dia dari jauh? Kapan kamu akan berani menyapanya dan memberitau padanya kalau kamu sudah menjadi penggemar tetapnya?”
“kamu tau sendiri Na aku gak punya keberanian sebesar itu”
“iya sih tapi mau sampe kapan coba?”
“aku juga gak tau Na”
“udah deh terserah kamu aja”
“lha Na jangan marah sama aku dong. Iya deh nanti kalau aku udah punya keberanian aku akan bilang sama dia kalau ada aku disini yang selalu merhatiin dia”
“dan itu kapan Ra?”
“udah dua bulan kamu gini terus dan sama sekali gak ada perkembangannya”
“iya deh aku janji aku bakal ngomong tapi gak sekarang ya pliss??”
“iya deh aku Cuma bisa dukung kamu dari belakang”
“thanks Na”
Aku kembali memperhatikan cowok itu yang sampai sekarang aku tidak tau siapa namanya, sepertinya permainan dia untuk mala mini sudah selesai karena dia sudah duduk dan sedang meminum minumannya, lalu seperti biasa dia berbicara dengan temannya setelah itu dia pasti akan langsung pulang, dan benar dia langsung berdiri sambil membawa skateboard lalu meletakkannya di belakang motor gedenya tempat yang sepertinya memang sudah dia siapkan untuk tempat skateboard.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Short Story
Short Storykumpulan cerpen LaniiAora Semua cerpen yang terpisah di gabungkan menjadi satu. mohon kritik dan sarannya untuk membuat cerita menjadi lebih baik