Cheryl POV
Perkenalkan, namaku Cheryl Anastasia Hansen. Usia 22 tahun, lulusan NYU jurusan sastra dan berprofesi sebagai penulis best seller sejak 3 tahun yang lalu. Aku tinggal sendirian di Los Angeles karena ayahku meninggal 10 tahun yang lalu dan disusul ibuku 5 tahun yang lalu.Ibuku meninggalkan biaya asuransi yang kugunakan untuk biaya kuliah dan untuk keperluan sehari-hari aku bekerja part time di berbagai tempat. Jika mengingat perjuanganku semasa kuliah, akan membutuhkan waktu yang lama. Percayalah.
Mari fokus terhadap apa yang terjadi sekarang. Dengan menjadi penulis novel best seller selama 3 tahun membuatku tidak perlu bekerja part time lagi.
Kehidupanku juga terjamin sekarang. Walaupun aku tahu menjadi seorang penulis tidak akan selamanya Berjaya, aku membuka usaha café tak jauh dari rumah sekitar 2 tahun yang lalu. Café yang dulunya kecil kini diminati remaja-remaja, apalagi café ini memiliki taman mini di belakangnya hingga terciptalah bagian outdoor bagi yang ingin menikmati semilir angin. Aku juga menyediakan fasilitas WIFI yang membuat para pelangganku makin betah. Namun yang menjalankan bisnis ini adalah adikku, namanya Marcus Jullian Hansen. Ia memang kuliah jurusan bisnis tentunya lebih paham mengenai apa saja yang dibutuhkan café itu.
Mengenai adikku, ia tidak tinggal bersamaku. Ia memilih untuk memanfaatkan ruangan lantai 2 di café dan menjadi kamarnya. Katanya agar lebih mudah menjaga café itu dan tidak mengganggu diriku ketika sedang terjebak dalam dunia imajinasiku. Aku suka marah kalau ia datang dan membuyarkan konsentrasiku.
Aku suka musik, apapun jenis musiknya. Tapi suaraku tidak mengizinkanku untuk bernyanyi di depan khalayak ramai. Tapi aku tidak buta nada. Aku tahu kapan seorang penyanyi melakukan kesalahan dan apa kesalahannya.
Aku menjatuhkan pilihan untuk bermain alat musik. Sejak SMP, aku mengikuti klub musik bagian alat musiknya. Berbagai jenis alat musik yang bisa kumainkan, namun yang paling fasih adalah gitar, piano dan biola. Ketiga alat musik ini sudah ada di rumahku sejak aku menjadi penulis.
Aku tidak memandang siapapun penyanyi. Yang kutahu, aku mencintai lagu yang mereka bawakan. Misalnya, aku menyukai lagu Hello yang dinyanyikan Adele, tapi aku tidak menyukai lagunya yang berjudul Someone Like You. Dan percaya atau tidak, aku mendapatkan inspirasi menulis karena mendengarkan lagu yang memang aku sukai tanpa memandang siapa penyanyi lagu itu.
Sama halnya kali ini, aku mendengarkan sebuah cover lagu Hello-Adele oleh seorang pria bernama Jack Matthew pada acara ajang pencarian bakat khusus menyanyi di New York. Suaranya sangat indah, kalian harus mendengarnya. Aku bisa menangkap emosi yang ia bawakan ketika ia menyanyikan lagu itu. Seolah-olah mengatakan, ‘Hey world, I am comeback’.
Aku mengikuti perjalanannya selama mengikuti ajang itu, namun aku kesal setengah mati karena ia tidak terpilih sebagai salah satu finalis grand final! Ada apa dengan para juri? Mengapa kalian bisa mengeleminasi pemilik suara indah itu?
Setelah aku cari tahu, Jack Matthew juga pernah memenangkan sebuah ajang pencarian bakat waktu ia remaja. Berarti ia memang berbakat, bukan? Namun kenapa? Apa juri tidak bisa mendengar keindahan suaranya?
Aku emosi berat, sampai aku menemui Marcus dengan wajah kusut.
“Hey, sis. What’s wrong? Apa kau mengalami kendala dalam menulis kali ini?” tanyanya ketika aku mendatangi café.
“Aku kesal, sangat kesal. Tapi bukan karena itu” jawabku dengan kesal.
“So, what?” aku menceritakan semuanya dan ia tertawa. Membuatku menjambak rambut pirangnya.
“Mengapa kau begitu kesal? Berarti rezekinya tidak pada acara itu. Bisa saja ia mendapatkan pekerjaan karena kegagalannya memenangkan acara itu” aku menyudahi kegiatanku dan terdiam. Bisa jadi, rezeki tidak ada yang tahu dimana dan kapan datangnya.
Aku mengambi nafas panjang dan mencoba mencari informasi mengenai dia. Entah mengapa aku begitu excited mengenai dirinya.
Ternyata yang dikatakan Marcus benar, Jack Matthew mendapat kontrak dengan salah satu perusahaan untuk membuat sebuah lagu dan lagu itu cukup terkenal. Ia juga seorang model. Aku lega setelah membaca artikel ini.
Aku mengikuti akun instagramnya. Banyak sekali followersnya, dan rata-rata perempuan. Iya sih, wajahnya tampan. Aku akui itu. Badannya yang atletis, tatapannya yang tajam. Hm, dia terlihat seorang player. But I don’t see that, I love his voice, and that’s enough.
Setelah mengikuti akun instagramnya, aku kembali menjalani hari-hariku dengan biasa. Mendengarkan beberapa lagu yang siapa tahu salah satunya menjadi inspirasi novelku yang keenam. Jika tidak kunjung mendapatkan inspirasi, aku akan berdiam diri dengan alat musikku dan memainkan beberapa lagu. Jika lelah, aku akan keluar menikmati angin sore dan memperhatikan anak kecil bermain di taman komplek rumah.
Hidupku sesederhana itu.
Aku tidak terbiasa menghabiskan waktu dengan berbelanja ke mall atau makan di restoran mewah walaupun aku memiliki uang untuk itu. Aku tahu betapa susahnya mencari uang dan rasanya begitu percuma jika aku menghamburkan uangku demi barang-barang yang sama sekali tidak kuperlukan. Marcus selalu menertawakanku ketika novelku selesai dan aku menerima gajiku.
“Pergilah have fun kemanapun kau mau, sis. Kau perlu menikmati uang yang kau hasilkan”
Entahlah, itu bukan passionku. Keadaan mengajarkanku untuk belajar berhemat mengenai apapun. Manfaatkan apapun dan jangan lakukan sesuatu yang sia-sia. Dan bagiku semua itu sia-sia. Uang yang kuhasilkan kini teronggok di bank dan akan kugunakan seperlunya saja.
Aku tipe perempuan yang membosankan? Terserah apa kata kalian. I don’t care.
Hari itu, ketika aku asyik memetik senar gitar ponselku berbunyi pertanda sebuah pesan masuk. Kulihat sebuah DM masuk ke akun instagramku. Dan kalian tahu siapa yang mengirimiku pesan? Jack Matthew!
Jack Matthew:
HeyHanya itu yang ia kirim. Aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Entah itu senang, gugup, ragu, penasaran, semuanya berkecamuk. Cukup lama aku memperhatikan layar ponselku saking tak tahu harus apa. Setelah menetralkan detakan jantungku yang entah mengapa berdegup kencang aku membalas pesannya.
Me:
HeyTidak ada balasan apapun setelahnya. Membuatku tertawa pelan. Mana mungkin seorang artis menghubungiku? Itu adalah hal mustahil dalam hidupku. Aku meletakkan ponselku dan menyimpan gitar karena aku bersiap-siap untuk tidur. Tubuh dan pikiranku butuh istirahat, apalagi setelah mendapatkan pesan dari Jack Matthew tadi cukup menguras tenagaku. Tanpa aku sadari sebuah notifikasi masuk dan itu dari Jack.
Jack Matthew:
Apakah ini dengan Cheryl Hansen?Vomentnya jangan lupa ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Fans
RomanceKetika seorang artis penasaran akan fans-nya yang tidak mengatakan apapun selain menyukai video dirinya yang tengah bernyanyi. Dan ketika fans artis itu hanya menyukai suaranya tanpa melihat rupa dari sang artis tersebut. Cheryl Anastasia Hansen Aku...