one

4 2 6
                                    

Chayara William, gadis cantik berusia16 tahun.  Biasa di panggil Chaca atau Ara. Tapi ia lebih menyukai 'Ara'. Mungkin orang lain iri pada nya yang notabene gadis pintar, kaya, dan cantik. Tapi di balik semua itu, ada sakit yang harus Ara pendam sendirian. Ya, sendirian

"Jadi nanti ngumpul dimana?" Tanya Dimas, ketua kelompok.

Hari ini kelas Ara mendapat tugas kelompok. Dan setiap kelompok berisi 5 orang. Kebetulan Ara sekelompok dengan Dimas, Lukas, Arsya, Dan Yuqi.

"Di rumah gue aja," jawab Ara dengan cepat. "Semua udah tau alamat nya kan?"

"Gue lupa, nanti share loc aja," —Arsya. Ara hanya mengangguk.

"Fiks ya, di rumah nya Ara jam 9. Jangan lupa bahan-bahan nya. Kalo ada yang lupa traktirin kita mekdi," Dimas tersenyum senang. Kapan lagi ia bisa di traktir?

Semua mengangguk, Dimas dan Arsya pun meninggal kan kelas lebih dulu.

"Kas, tumben lo diem-diem aja," Yuqi menatap Lukas dengan tatapan heran.

Ara terkekeh,"Tegang amat mukanya"

"Kalian duluan, gue mau ke WC" tanpa ba-bi-bu Lucas jalan setengah berlari ke atas kamar mandi.

"Pantesan diem. Yaudah lah. Ra, yok cabut" sekali lagi, hanya di balas anggukan oleh Ara.

Ara bisa dibilang termasuk murid pendiam. Tapi bisa sangat ribut jika sudah berkumpul dengan sahabat nya.

"Yuq, mau Salome ga??" Tawar Ara

"Boleh-boleh. Saos nya tomat sama kecap aja ya,"

Ara mengacungi jempol nya.

Ara pun kembali menemui Yuqi setelah membeli salome pesanan mereka. Ara makan dengan tenang, sementara Yuqi menatap nya mengintimidasi.

Ara menaikan sebelah alis nya, "Apa?"

"Hhhh, papa lo hari ini pulang?" Tanya Yuqi

"Ya, kenapa?" Jawab Ara dengan tenang

"Bisa-bisa nya lo santai kek gitu sementara aku takut kamu kenapa-napa," Yuqi mendengus.

"Emang kenapa si? Cuman pulang bisa kok. Besok nya palingan berangkat lagi,"

Papa Ara sering pergi kesana kemari, entah itu luar kota atau pun luar negeri. Sudah menjadi kebiasaan papa nya.

"Gue takut bakal kejadian kayak dulu,"

"Hahaha, itu udah lama kok. Lupain aja," Ucap Ara dengan senyum indah nya.

Tapi Yuqi tau, di balik senyum nya itu ada sosok yang tersakiti. Sorot mata nya yang sayu nan indah, pernah menjadi saksi kejadian yang luar biasa.

————————

Ara baru saja selesai mandi. Dia pun memutus kan untuk menuju ke dapur untuk membantu Bi Ina.

Di mana mama nya? Orang tua Ara bercerain 4 tahun silam. Dan mama nya memutus kan pergi ke luar negeri untuk 'membuka cerita baru' katanya. Jadi, Ara sudah tak tahu bagaimana kabar mama tercinta nya itu.

"Ara engga belajar?" Tanya Bi Ina.

"Nanti aja, Ara masih capek," lalu Ara lanjut memotong wortel untuk menu makan malam hari ini.

"Istirahat aja, biar bibi sendiri yang motong,"

"Its okay, i don't have home work,"

                    ————————

Ara yang sedang asik menonton film di kamar nya terkejut karena pintu kamar nya di buka tiba-tiba. Bukannya itu tidak sopan? Bagi Ara itu tidak apa-apa asal kan yang membuka itu papa nya.

Devian William, Papa Ara. Terlihat mengobrak-abrik lemari dan laci milik Ara. Tentu saja Ara bingung

"Papa cari apa?" Tanya Ara, siapa tau dia bisa membantu pa—

"Diem,"

Satu kalimat yang dapat membuat Ara terdiam. Oh, Ara harap feeling nya tidak benar....

"P-pa...kalung nya mau di apain?" Tanya Ara takut ketika melihat satu-satunya kalung dari mama nya itu diambil.

"Kamu masih simpen ini? Papa udh bilang, kalung nya di buang aja!! Papa bisa cari yang lebih bagus daripada ini!! Kamu kenapa si susah di kasi tau!" Ucap Devian.

"T-tapi itu di k-kasih m-mama...." Ara mulai ketakutan disini.

"Buang semua barang dari wanita jalang itu,"

Ara yang tidak terima ibu kandung nya di panggil jalang oleh papa nya sendiri pun akhir nya berdiri. Ara menatap papa nya dengan mata tajamnya.

"Mama bukan wanita jalang!! M-mama adalah wanita yang baik, dia mamaku. Kenapa papa memanggil nya wanita jalang?!! KENAPA!—

Plak!!

Sebuah tangan baru saja mendapat pipi Ara. Ya, tangan papa nya sendiri. Dan tentu itu sakit.

"SEKARANG BERANI YA SAMA PAPA! MENTANG-MENTANG UDAH GEDE BISA SEENAK NYA BANTAH PAPA? DASAR ANAK GATAU DIRI," lalu Devian keluar kamar Ara dalam keadaan sangat narah

Tapi setidak nya Ara masih bersyukur, karena papa nya tidak jaid membuang kalung dari mama nya itu.

"Hiks......m-ma, a-aku kangen hiks," seperti biasa. Ara hanya memendam itu semua sendirian.

Ini pertama kali nya Ara keluar rumah di atas jam 8 malam. Ara hanya ingin menikmati waktu sendiri nya dengan me makan makanan di sekitar taman.

"Neng Ara tumben Dateng jam segini," Ujar mang Ujang dengan logat jawanya yang khas.

"Hehe iya, lagi kepengen aja,"

"Ga dimarahin papa nya?" Tanya Mang Ujang

"Udah ijin kok tadi," Iya, Ara telah berbohong.

"Ohh, yaudah neng. Makan yang banyak ya," Ara membalas ucapan mang Ujang dengan anggukan dan senyumannya.

Papa♥️

Dmn kmu?
Papa tau kmu baca
Pulang sekarang.
20 : 16

                      Iya, Ara mau makan dulu
                                                          20 : 17

Ck, kek ga di kasi makan aja
20 : 17

Ara tersenyum kecil melihat isi chat nya dengan papa nya itu. Setidak nya ia lega, karena papa nya masih peduli padanya. Walau hanya sebentar.

Ara pun melahap mie nya dengan lahap. Tidak perlu waktu lama, mie itu sudah pindah ke dalam perut Ara. Ara pun membayar makanan dan minuman tadi. Dan bergegas pulang.

Tapi tanpa Ara sadari, ada seseorang yang memperhatikan ia secara diam-diam.

-The wrong way-
.
.
.
.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The wrong way Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang