25 Oktober 2013 (02.18 Pagi, Hujan)
Hey, saat menulis ini kau sebaiknya tau aku sedang memikirkanmu dan mengingat lagi awal pertemuan kita. Apa-apa saja yang akan terjadi besok lalu bayangan akan menjadi seperti apa kita di kemudian hari atau sebutlah itu harapan.
Harapanku.
Kau mungkin tak akan membaca ini dalam waktu dekat tapi percayalah, kelak kau akan membacanya atau aku sendiri yang akan membacakannya untukmu. Entah itu dihadapanmu seorang atau didepan banyak orang dengan kau yang tersipu malu dalam balutan gaun putih yang tentunya membuatmu jadi yang paling cantik di hari itu. Semoga yang kedua, tentu dengan perubahan seperlunya jika itu terjadi.
Awal pertemuan dulu yang kuingat tak banyak, tak seperti kebanyakan orang yang berujar akan persamaan diawal perkenalan, kita tidak.
Sedikit persamaan kita dulu hanya sama-sama menyukai anjing dan sama-sama tak diperbolehkan untuk memeliharanya oleh orang tua kita masing-masing.
Aku harus berterimakasih dengan Goldy si Golden retriever yang tersesat saat itu, dialah yang membuatku mengenalmu, kufikir dia anjingmu waktu itu.
Ya mengenalmu, kau yang ramah hanya masih terkesan menjaga jarak, lumrah. Selain karena baru kenal juga karena kekakuanku dalam berbahasa dan bertutur, mungkin kau menganggapku orang aneh saat itu.
Setelahnya semua menjadi lebih mudah untuk kita. Terimakasih Tekhnologi!
Tapi tetap, kita masih tak memiliki banyak kesamaan. Kita berbeda, kau lebih hebat, Kau dengan mudah menyamakan diri denganku, menyesuaikan, melengkapi.
Aku ingat dulu setelah kita lebih akrab, kau menanyakan sesuatu padaku, sesuatu yang kau bilang terlihat dari sorot mataku, sesuatu yang kau sebut dapat kau rasakan saat melihatku. Kesedihan, katamu.
Lama aku meyakinkanmu, bahwa kau sok tau tapi saat itu, kau lebih keras kepala dari biasanya. Sampai akhirnya kucoba ceritakan sebagian dari apa yang kufikirkan, apa yang kusimpan dalam-dalam yang tak pernah ku ceritakan pada siapapun. Padahal saat itu kau tak memaksaku untuk bercerita, kau hanya mampu membuatku percaya aku bisa berbagi denganmu.
Kau ingat apa yang terjadi setelah itu? Kau menangis, aku bingung saat itu. Lalu kau berujar, kau tidak mengasihaniku, kau hanya sedih dan bingung kenapa setelah semua yang menimpaku, aku masih bisa tertawa lalu sejurus kemudian kau memelukku. Padahal aku belum mengatakan kepadamu agar jangan mengasihani aku karena aku membenci itu.
Di pelukanmu saat itu, aku menemukan kedamaian, aku menyukai perasaan itu. Setelah hari itu, entah kenapa aku menjadi begitu bersemangat untuk apapun yang kulakukan.
Untuk hidup.
Hey, kau tau apalagi yang membuatku menyukaimu?
Aku suka caramu berpura-pura antusias atas apa saja yang kuceritakan kepadamu. Atau apa-apa saja yang kulakukan untukmu, karena aku tau berpura-pura itu sulit apalagi dengan mata yang berbinar-binar seperti itu atau mungkin kau memang sedang tak berpura-pura?
Denganmu aku bisa bercerita tentang apapun. Seringnya sesuatu yg mungkin kebanyakan orang menganggap itu aneh atau tak penting tapi kita menyukainya.
Denganmu pulalah aku jadi tau bahwa diam pun bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan. Kita hanya bertatapan tak bersuara lalu tersenyum satu sama lain, bahkan kadang sampai tertawa. Entah menertawakan apa.
Lalu caramu menunjukkan kesenangan dari tiap hal sederhana yang bisa kuberikan untukmu. Kadang kufikir reaksimu berlebihan tapi kau bilang, ini lucu, ini unik, tak terfikirkan olehmu.