Satu

7 0 0
                                    

Morgan mebutup mulutnya dengan tangan kanan miliknya. Bau busuk sudah menyerbak di seluruh ruangan. Kamar tidur yang kacau. Datang ke TKP sebagai saksi itu lebih merepotkan. Celana jeans dan rompi anti peluru yang dikenakannya membuat dirinya lebih mirip Juddy pemeran zootopia ketimbang polisi sungguhan.

"Kau punya sesuatu yang berbau menyengat, Ma'am?" tanya seorang petugas muda di sebelahnya.

"Aku punya mayat dihadapanku, dan kurasa baunya menyengat"

"Maksudnya sesuatu yang lebih enak di hirup ketimbang mayat ini" ucap Joe menjelaskan maksud ucapannya.

"Tidak. Kau bisa keluar jika tak tahan. Biar aku dan Detektif James yang menanganinya" lagi pula Morgan khawatir anak itu akan menambah kacau dengan muntah di TKP.

Joe mengangguk dan keluar dari TKP, "Terimakasih, Ma'am"

"Mayat ini kacau" Detektif James yang kompeten itu menyeringai menatap Morgan.

"Ini klasik, cara membunuh yang sering di temukan"

"Ya, kau benar. Aku rasa seseorang tidak ingin ditemukan"

...

"Kali ini kasus apa, Morgan?" tanya Kally, teman Morgan sejak kecil yang selalu membuntutinya.

"Pembunuhan. Aku rasa. Namun belum cukup bukti karena pembunuhnya sudah pasti, tidak ingin ditemukan. Dia membuat seakan-akan korban menggantung dirinya sendiri"

Kally mengoleskan selai kacang pada roti tawar miliknya, "Kasus bunuh diri"

Morgan mengangguk.

"Apa yang membuatmu tidak percaya kalau dia bunuh diri?" Kally menaruh selai kacang kedalam lemari.

"Entahlah. Mungkin intuisi seorang polisi?"

"Kau tidak bisa hanya mengandalkan intuisi, Ma'am. Terakhir kali kau melakukannya seorang anak di temukan tewas di dalam lemarinya" Kally mengingatkan.

Benar, dua tahun lalu Morgan salah mengambil langkah. Seorang bocah lima tahun yang di sandera ayah tirinya sendiri. Morgan bersikeras pergi ke rumah ayah tiri anak itu sedangkan penyekapan dilakukan di rumahnya sendiri. Terlalu gegabah. Itu adalah pengalaman yang buruk. Namun duka tidak hanya dirasakan oleh Morgan. Karena hampir semua petugas mendukung keberadaan anak itu di kediaman ayah tirinya.

"Tak usah di ingat-ingat. Nanti nafsu makanmu turun. Aku hanya mengingatkan agar kau lebih teliti" ucap Kally.

Morgan tersenyum masam, "Thank you, Kally"

"Bagaimana Detektif James? Sudah ada perkembangan?" Kally memainkan kedua alisnya naik-turun.

Morgan seperti diingatkan sesuatu, "Oh astaga, Kally" Morgan menaruh telapak tanganngannya di jidat.

"Apa?" Kally mengerutkan dahinya seraya mengunyah roti kacang dimulutnya.

Morgan meminum cappucino yang dibuatkan Kally dan beranjak dari tempatnya.

"Ada apa?" tanya Kally penasaran.

"Lima belas menit lagi. Aku harus menjelaskan penemuan mayat itu dan memulai penyelidikan. Detektif James akan menyindirku seperti biasa jika aku terlambat" Morgan memakai jaket hitam miliknya.

Contradiction CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang