Puzzle Piece

14 1 0
                                    

-Puzzle Piece-

Melupakan seseorang mungkin terdengar mudah. Tetapi, merelakan? Siapa yang bisa merelakan seseorang disaat dirinya tak ingin? Pilihannya hanya satu antara bertahan atau pergi.

_

26 Maret 1988

Sayup-sayup terdengar lantunan piano dari balik gedung olahraga. Elias smith, ia baru saja menyelesaikan kelas hukum pidana sesuai jadwal. Pria jangkung dengan rambut sedikit pirang itu sesekali menaikkan tali tas selempangnya. Langkah kakinya tanpa sadar mengikuti kearah lantunan piano yang terus mengalun itu berada. Lantunan yang mengingatkannya pada ibunya.

"Beethoven-Moonlight Sonata" gumam Elias.

Ia berhenti. Sorot matanya menatap keatas gedung fakultas seni yang menjulang kokoh dihadapannya. Tidak mengira bahwa lantunan piano tersebut berhasil menyeret langkah kakinya sampai pada halaman gedung tersebut. Tanpa ragu ia mulai memasuki gedung itu dan sampai pada aula kesenian yang sedikit terbuka. Seorang gadis duduk sambil jemari-jemarinya yang tak berhenti menekan tuts piano. Sesekali angin menerpa helaian rambutnya yang cokelat. Elias masih senantiasa mengamati gerak-gerik gadis itu yang tak terusik seolah ia terhanyut kedalam alunan nada piano yang dimainkannya.

"Bagaimana?" sahutnya.

Elias langsung terbuyar dari lamunannya. Gadis itu sudah berdiri tepat dihadapannya, jarak diantara mereka hanya terpisah oleh pintu aula yang sedikit terbuka. Tanpa mengucapkan kata-kata Elias langsung berbalik badan dan berjalan pergi menjauhi aula tersebut.

"Tunggu" ucap gadis itu.

Tangannya berhasil menggapai lengan Elias. Ia langsung menyentakkan pergelangan tangan gadis yang mencengkram lengan bajunya itu.

"Apa?" Elias merendahkan nada suaranya.

"Datanglah ke penampilan soloku besok saat festival kesenian" ucap gadis itu sambil menyodorkan selembar brosur.

Elias menerima lembaran brosur tersebut. Ia menatap lembar brosur pada genggamannya tanggal festival itu bertepatan dengan hari ia harus mengikuti ayahnya ke tempat sidang. Ia tidak mungkin bisa datang.

"Hannah"

"Hannah?"

"Itu namaku"

Saat Elias menoleh gadis itu sudah pergi.

.

Esoknya ia datang lebih awal ke kampus. Seperti yang ia duga kampusnya masih sangat sepi dari mahasiswa. Kalau saja bukan karena tenggat mengembalikan buku ke perpustakaan ia tidak akan rela untuk datang pagi-pagi.

"Elly!"

Ia menoleh, "Jason?"

"Sedang apa kau kesini pagi-pagi" ujar Jason.

"Habis mengembalikan buku" sahut Elias.

Jason mengangguk. Matanya menatap brosur yang terselip pada buku perpustakaan Elias dan langsung menyahutnya.

"Festival kesenian? Siapa yang mengundangmu?" tanya Jason.

"Hannah" Jawab Elias

"Siapa Hannah?" bingung Jason.

"Entahlah, aku juga tidak tau" gumam Elias. Mereka berdua termenung kedalam pikiran masing-masing hingga kelas dimulai.

_

27 Maret 1988

Elias berlari terburu-buru menuju gedung kesenian. Ia bahkan menyelinap keluar saat persidangan ayahnya yang baru saja dimulai. Setelah sampai di gedung kesenian ia langsung masuk ke dalam aula dan mengambil tempat duduk di bagian tengah. Untungnya ia datang tepat waktu sebelum gadis itu memulai penampilan solonya.

PUZZLE PIECETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang