Who?

25 8 0
                                    

Jika ada typo kasih tau ya")

Tak selalu mulus dalam menghadapi ujian hidup dalam jeratan alur kehidupan yang tak sebanding dengan ekspektasi

***


Mobil sport Key menabrak tiang dengan sangat keras, sampai-sampai tiang yang Brezz tabrak rubuh menimpa rumah penduduk di sana.

"Are you oke?" Mata Key berkunang-kunang.

Tak ada jawaban dari Brezz, muka Key pucat sekali namun, dia terus berusaha menegakkan kepala yang sudah di lumuri banyak darah.

Asap hitam tebal yang keluar dari mobil membuat semua warga panik dan takut jika mobilnya akan meledak. Tidak ada warga yang berani mendekat ke mobil sport yang sudah rusak parah.

Jeritan terdengar dari dalam rumah penduduk yang tertimpa tiang akibat dari kecelakaan dari mobil Key.

Orang di sekitaran sana mulai menghampiri mobil key dan menghubungi ambulance.

***

Prang..

Bingkai foto Key yang tertempel di dinding terjatuh dan hancur.

Revan yang terbaring lemas terkejut. Ia bangkit walaupun kepala nya sangat pening, tapi mengabaikannya.

Berjalan menuju sumber suara tadi. Tepat di dekat tempat nya berdiri ia melihat bingkai yang sudah hancur.

'Siapa orang di dalam bingkai ini.' Pikirnya.

Ia mengambil foto tersebut dan meletakannya di atas nakas dekat kasur.

"Di mana aku?" Asing. Itu lah kesan pertama Revan berada di kamar ini. Ia melihat-lihat, mencari di mana letak kamar mandi.

Ia melihat pintu berwarna putih dekat dengan walk in closet. Berjalan menghampiri nya.

'Benar ternyata ini kamar mandi,' batinnya.

Ia memasuki kamar mandi yang di dominasi dengan warna putih gading itu. Ia melihat pantulan dirinya di cermin. Betapa terkejutnya Revan.

Ada bekas luka sayatan pisau kemarin. Cukup panjang dan di tutupi dengan kain kasa. Ada luka dan lebam pula di kening dan sudut pipi nya. Hancur sudah wajahnya.

Revan melihat lengan dan kakinya. Cukup banyak lebam memar. Kulit putihnya mengakibatkan lebam biru keunguan terlihat jelas. Setelah melihat tubuh-nya yang banyak lebam. "Pantas saja sangat sakit."

Ia membersihkan dirinya. Handuk putih melilit pinggang-nya. Revan melihat ada sebuah kertas tertempel di pintu.

Jika kau sudah mebersihkan dirimu pakailah pakaian mu di dalam totebag yang berada di atas meja rias---walk in closet. Lalu makan lah. Aku tidak ingin tawanan ku mati kelaparan.

Begitu lah isi kertas itu.

"Siapa orang ini?"

"Kau, sudah sadar rupanya!" tegas Lokta menghampiri Revan, lalu menyodorkan sepiring nasi. "Tawanan paling beruntung, karena Bos K, masih membiarkan mu makan," lanjut Lokta.

"Siapa K?" Revan mengambil sepiring nasi. "Mana ikannya?"

Lokta melirik tajam. "Diam!"

Revan menatap dingin Lokta, dia menendang kaki Lokta sampai kepala Lokta mengeluarkan darah karena terbentur pojok meja yang terbuat dari kaca.

"Dasar! Tawanan ngelunjak!" Lokta mencengkram kuat meja.

"Sorry, enggak lihat," elak Revan cengir kuda. "Mana lauk-nya?"

"Mau bangkai ayam?"

"Pembunuh!" pekik Revan dengan santainya.

Lokta tak menanggapi Revan dan langsung menutup pintu kamar dengan keras. Sehingga menimbulkan gelombang getaran yang dahsyat.

Drrrtt...

Lokta merogoh ponsel di kantong kiri celananya. Saat Lokta mau mengangkat tiba-tiba teleponnya terputus.

"Siapa orang ini?" gerutu Lokta yang semakin kesal.

Brak!

Lokta terlonjak memandang tubuh gagah seseorang yang berada di depan pintu. Seorang pria berdiri memakai jaket kulit dengan rantai mengalung di lehernya, berjalan mendekat ke arah Lokta.

"Mana K?" tanya pria berkalung rantai.

"Belum kembali." Keringat dingin mulai bercucuran membasahi tubuh Lokta.

"Bohong!"

"Se-sebentar, saya akan menghubungi-nya." Lokta langsung berjalan ke kamar tempat Key menyekap tawanannya.

Tatapan dingin Revan mengarah ke Lokta. Lokta tidak menyukai tatapan itu. Dia pikir Revan ingin mengancamnya dengan tatapan-nya itu.

"Tidak usah menatap ku seperti itu! Kau pikir aku takut?! Pergi lah!" titah Lokta sedikit ketakutan.

"Kenapa kau memerintahku untuk pergi?" tanya Revan heran.

"Pergi saja dari sini!" Lokta mengusir Revan dengan kasar, dia menendang kaki Revan.

"Hei, jangan membuang waktu ku!!" teriak pria yang memakai kalung rantai.

"Cepat pergi!" usir Lokta kembali menendang kaki Revan.

"Kalau kau saja tidak berani dengan ku, tidak usah bertindak kasar seperti itu. Di mana boss kalian?!" Pria bertato dengan kalung emas itu semakin marah.

★Tinggalkan jejak★

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

K and RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang