7. Tossing Cookies ツ

2.6K 366 185
                                    

Oxford, United Kingdom

Nafas Soobin ngos-ngosan karena menaiki tangga dengan membawa mahluk manis di gendongan. Beomgyu yang sudah benar-benar teler kadang bergerak-gerak tak beraturan sampai-sampai membuat pemuda yang lebih tua ingin menjatuhkannya saja.

Ponselnya yang sejak tadi bergetar pun tak dihiraukan. Alah paling Jaemin, batinnya. Ia tidak peduli jika Jaemin tidak bisa masuk kamar karena kunci kamar mereka dibawa oleh Soobin. Padahal, saat sampai depan asrama, Soobin sempat menelfon temannya itu untuk menanyakan nomer kamar Beomgyu.

Nasib baik bagi Soobin punya sahabat seperti peta dan kamus berjalan. Jaemin seolah tau semuanya. Lelaki tampan itu sempat bertukar cerita dengan Beomgyu saat keduanya mengambil kelas yang sama.

Siapa sangka jika Beomgyu merupakan mahasiswa yang tergolong kaya raya. Ia mengambil kamar asrama yang hanya bisa ditempati sendirian tanpa roommate. Ukuran kamar lebih luas, jendela lebih klasik, pemandangan lebih indah, cat tembok lebih baru dan bed yang lebih besar. 

Jauh berbeda dengan kamar Soobin dan Jaemin yang memang khusus untuk para mahasiswa jalur masuk dengan beasiswa.

Sampai di depan kamar Beomgyu, Soobin kebingungan bagaimana caranya masuk. Ia perlahan menurunkan si manis dan tetap memeganginya dalam pelukan, membiarkan kepala Beomgyu menyender di dada. Tangannya meraba-raba saku jaket Beomgyu lalu turun ke saku belakang, bagian pantat.

"Anjing.." desis Soobin saat tak sengaja meremas pantat kenyal teman satu angkatannya itu. Meskipun Beomgyu memiliki tubuh yang kecil, kurus, namun siapa sangka ternyata semua daging dan lemaknya menumpuk di pantat, membuat Soobin tergoda untuk terus meremat.

Kesulitan menelan ludah, Soobin akhirnya menemukan kunci kamar Beomgyu di saku depan dekat paha dalam. Ia segera mengambilnya dan memasukkan ke dalam lubang kunci. Diputarnya kunci tersebut hingga pintu terbuka, memberikan sensasi bau vanilla yang menguar dari kamar Beomgyu.

"Bangsat. Kamarnya bagus banget sue," komentar Soobin sambil kembali menggendong Beomgyu. Namun kali ini ia merubah gaya gendongannya di depan, menjadi seperti menggendong koala.

Dengan hati-hati, Soobin meletakkan tubuh kecil Beomgyu di atas kasur anak itu. Wajah manis yang memerah dan mulut yang terbuka sedikit semakin menggoda iman si pemuda tiang.

Soobin meneguk ludah kasar, mengusap wajah berkali-kali. Adam applenya naik turun karena tak kuasa mengalihkan pandangan dari sosok Beomgyu yang terlentang di atas ranjang.

Nafas Beomgyu terlihat mulai sesak karena ikat pinggang yang terlalu kencang. Berinisiatif, Soobin ingin sekalian menggantikan pakaian Beomgyu agar tidurnya lebih nyaman. Kali ini ia masih bisa berpikir jernih, belum termakan nafsu gairah.

Nggak tau kalau nanti.

Perlahan, Soobin melepaskan jaket hitam Beomgyu, melonggarkan ikat pinggang abu-abu yang melingkari pinggang kecil lelaki itu lalu melepas sepatu Converse Chuck Taylor 70's yang melekat indah di kedua kaki si manis.

Kini Beomgyu hanya memakai kaos putih dan celana denim ketat putihnya. Posisi tidurnya terlihat lebih nyaman di mata Soobin. Tanpa sadar, lelaki bertubuh tinggi itu tersenyum simpul. "Cantik juga.." gumamnya pelan.

Soobin melanjutkan kegiatannya untuk menggantikan pakaian Beomgyu. Ia perlahan menarik celana denim putih si manis untuk meninggalkan tungkai panjang dan kurus itu. Erangan tak nyaman bisa Soobin dengar namun sial, erangan Beomgyu benar-benar menggairahkan.

Soobin berkeringat. Kebingungan. Bola matanya berputar kesana kemari namun terus menarik celana Beomgyu agar meninggalkan sang pemakai.

Saat celana berhasil dilepaskan, siapa sangka ternyata Beomgyu tidak memakai bokser, melainkan langsung celana dalam, berwarna peach pula. Pahanya yang putih dan mulus terpampang jelas tanpa noda.

The Snake In My DaffodilsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang