Seorang pria muda berstelan rapi masuk sebuah gedung tinggi. Banyak pasang mata terpana begitu ia melangkahkan kaki menuju kerumunan.
"Permisi. Bisa tolong tunjukkan dimana ruang 717?" ramah, sopan dan senyum menawan, yang ditanya malah hilang akal. Dia menunjuk arah berlawanan. Setelah berterimakasih, pria itu pergi.
Sampai di depan ruang 717 dia bertemu dengan seorang perempuan yang memakai name tag peserta interview. Perempuan itu ragu mau masuk atau tidak ke dalam kelas.
"Hei. Kau mau interview juga?" tanya si pria.
"Hmm. Iya. Kau juga?"
"Ya. Ayo masuk." Tak mau buang waktu si pria masuk mendahului.
Mereka duduk di bangku yang seperti bangku kuliah. Lalu mereka diberi kertas oleh penyeleksi.
Mereka membaca sejenak lalu menemukan keganjilan.
"Shht! Ini ujian apa sih?" bisik Suyeon.
"Aku nggak tau. Ini bahasa Prancis." Si pria menunjukan kertasnya.
"Kayaknya kita salah masuk." Suyeon menyadari. "Permisi pak! Ini bukan ruang interview ya?" Suyeon mengangkata tangan.
"Bukan. Ini ruang tes bahasa untuk tour guide. Ruang interview lantai sepuluh."
"Baiklah pak. Sepertinya saya salah masuk ruangan." Setelah pamit mereka berdua bergegas mencari lift.
"Cepatlah. Interview sudah dimulai," seru penyeleksi itu.
"Ish. Bagaimana bisa salah sih?!" Suyeon menggerutu di depan lift yang masih tertutup.
Ting!
"Cepat cepat!"
Suyeon dan pria tadi masuk ke dalam lift yang kosong. Posisi mereka di lantai lima, membutuhkan banyak waktu untuk sampai di lantai sepuluh.
"Annyeonghaseyo. Aku Kang Seungsik. Tadi kita belum berkenalan." Pria itu mengulurkan tangan.
"Aku Ji Suyeon," ucap Suyeon sambil menjabat tangan Seungsik.
"Jadi kau interview untuk bagian apa?"
"Personalia. Kau?"
"Akuntan."
Lalu hening. Mereka tenggelam dalam pikirang masing-masing. Lift berhenti di lantai tujuh. Bebarapa orang masuk. Suyeon terpojok. Lengannya dan lengan Seungsik bersentuhan.
"Maaf."
"Tak apa."
Lantai sepuluh. Ting!
Suyeon dan Seungsik merangsek keluar dari lift.
Terkejutlah mereka ketika melihat sekitar lebih dari tiga puluh orang memadati lorong lantai itu.
"Peserta nomor dua puluh dua. Kang Seungsik. Peserta nomor dua puluh tiga Ji Suyeon."
"NE!" jawab Suyeon dan Seungsik.
"Tak menyangka nomor kita berurutan..." kata Seungsik.
Di dalam ruang interview ada tiga peserta lain.
Suyeon mengatur napas. Saat ini ia takut suaranya tak keluar. Melihat interviewer bertatapan dingin membuatnya semakin gugup.
Seorang interviewer mengerutkan dahi ketika membaca kertas di tangannya.
"Kang Seungsik. Kau masih kuliah?"
"Saya mengundurkan diri."
"Alasannya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
When We were Close
FanfictionJi Suyeon - Aku tahu kau akan selalu ada untukku. Lalu apa lagi yang ku inginkan darimu? Tidak ada. Kang Seungsik - Ini sulit daripada yang ku bayangkan. Berteman denganmu tak lantas baik-baik saja. Bertahun-tahun mencoba mencari makna pertemanan k...