.
.
.
.
Badrun menatap wajah cantik di hadapannya. Wajah cantik yang sedang tersenyum namun bukan pada dirinya, melainkan pada sebuah benda persegi yang sedang digenggamnya.
Jika dihitung sudah hampir 1 jam wajah cantik itu tak berpaling dari benda pipih itu, apa yang sekiranya sangat menarik di sana hingga rasanya kehadiran Badrun tidak cukup mampu untuk ia hiraukan?
"Dimakan dulu itu makanannya, nanti keburu dingin."
"Hmm..."
Kedua sudut bibir Badrun sedikit terangkat, bersamaan dengan sorot sendu yang tersirat lewat netra coklatnya. Sekelebat ingatan tentang bagaimana dahulu setiap mereka sedang menghabiskan waktu bersama dan Badrun memainkan ponselnya maka gadis di hadapannya itu akan merebut paksa ponsel itu. Setelahnya Badrun dapat melihat tampang cemberut disertai protesan lucu yang keluar dari bibir tipis gadis itu.
Ah.. Menggemaskan sekali.
Masih dengan kedua bola mata yang melekat pada gadis cantik itu, Badrun menghela napasnya. Memilih tidak peduli pada fakta bahwa gadis itu sama sekali tak mengindahkan tatapannya atau bahkan kehadirannya. Tidak masalah, Badrun paham.
***
"Aku anter, ya?"
Gadis itu, Chika, menggeleng pelan atas pertanyaan yang terlontar dari seseorang yang ada di samping kanannya. Mereka sedang berjalan keluar dari dalam restoran, setelah selesai makan malam bersama.
"Aku mau naik busway aja."
Badrun tersenyum miris atas jawaban dari gadis cantik itu.
"Tapi ini udah malem, Chik."
Kali ini sebuah senyum kecut terpartri pada bibir tipis sang gadis. "Baru jam setengah 8 kok. Lagian aku udah biasa naik busway, tenang aja. Duluan, ya."
Dan tanpa menunggu adanya sebuah protesan lain, Chika sudah lebih dulu melangkahkan kedua kakinya dengan cepat menuju keberadaan halte yang jaraknya tak begitu jauh dari restoran itu.
***
Tangan itu terhenti untuk memasukan alat tulis ke dalam tasnya, kepalanya memutar lalu menatap ke arah seseorang yang sedang berdiri di ambang pintu kelasnya sambil menyerukan namanya. Kedua alis Chika bertaut, "Kenapa?"
"Itu udah ditungguin di lobby."
Mendengar itu, sebuah respon anggukan yang terkesan malas Chika berikan atas pernyataan yang dilontarkan orang itu.
"Yaudah gue duluan, ya."
"Iya, Mel."
Badrun segera berdiri saat melihat seseorang yang sangat ia kenal berjalan perlahan mendekat ke arahnya. Lobby gedung Fakultas Ekonomi, tempat dimana sedari tadi Badrun mengistirahatkan tubuhnya di sebuah sofa panjang yang ditata rapih di sana.
Chika menatap lurus pada sepasang bola mata milik seseorang yang sedang berdiri di hadapannya yang juga sedang menatapnya. Tatapan hangat dan tatapan jengah saling beradu satu sama lain. Beberapa detik, sampai salah satu dari mereka memilih untuk lebih dulu membuka suara. Dan tentu saja itu bukan Chika.
"Pulang bareng aku, ya?"
Chika menoleh ke arah lain. Dari ekspresi wajahnya yg datar itu, Badrun paham kalau gadis cantik itu sama sekali tak tertarik pada sebuah kalimat tanya itu.