.
.
.
.
"Maafin aku.." Suara itu bergetar lirih di telinga Viny, memaku seluruh tubuh Viny untuk tetap berdiri menatap Shani--gadis cantik bersurai hitam panjang yang juga sedang berdiri menatapnya.
Menyelipkan helaian rambut Shani kebelakang telinganya, Viny berujar lembut. "Gakpapa, aku paham."
Viny sadar, mungkin dia adalah manusia paling munafik. Pasalnya, Viny tidak baik-baik saja, dan Viny juga tidak benar-benar memahami apa yang terjadi. Semuanya terlalu cepat. Tanpa ada persiapan, tiba-tiba Viny dihajar kenyataan tengik bahwa; Shani mengkhianati cintanya.
Namun, Viny tidak ingin menyakiti Shani.
Lucu sekali.
"Maafin aku," Isakan kecil mulai terdengar dan mulai mendominasi ruangan sunyi yang tengah mereka tempati.
Viny tidak buta, Viny melihat dengan jelas.
Shani-nya sedang menangis.
Biasanya, satu-satunya hal yang akan Viny lakukan saat melihat Shani menangis, ia akan langsung merengkuh tubuh gadisnya itu dan menciumi puncak kepalanya. Namun kali ini, entah mengapa tubuhnya bereaksi lain, kesedihan akan kenyataan pahit yang sedang terjadi pada hubungannya membuat Viny enggan melakukan hal itu.
"Kak Viny, maafin aku."
Sorot kecewa terlihat jelas lewat pancaran manik coklat Viny, salivanya tertelan perlahan, "Aku ngelepasin kamu, Shan."
Air mata gadis itu semakin menderas membasahi pipi tirusnya, isakan kecilnya sudah berubah menjadi isakan yang terdengar begitu memilukan di kedua telinga Viny. "Kak Viny, maafin aku."
"Semoga bahagia selalu, ya." Meski terdengar parau, namun ucapan itu cukup gamblang untuk Viny mengakhiri pertemuan mereka.
Juga, hubungan mereka.
Tanpa mau berlama lagi, Viny beranjak melangkah kan kedua kakinya menjauhi sosok yang baru saja menyandang status sebagai mantan kekasihnya. Sulit memang, seandainya bukan tentang hati yang terbagi, mana mungkin Viny berani meninggalkan Shani. Apalagi dalam keadaan gadis itu sedang menangis dan terisak sendiri.
Sebut saja Viny jahat, tapi memang hanya orang-orang yang berada di posisi Viny lah yang mengerti bagaimana yang Viny rasakan sekarang. Kesedihan, kekecewaan, kesakitan yang teramat dalam menjadi satu menggelayuti dada Viny. Membuat jantungnya berdegup nyeri.
Perlu diketahui; Viny sangat mencintai Shani, tapi, perlu diketahui juga; sedari dulu Viny juga sangat membenci pengkhianatan. Apapun bentuk pengkhiatan itu, Viny sungguh membencinya. Dan sepertinya Shani tidak memahami itu.
Jadi, apakah ini yang terjadi saat kau mencintai dan mempercayai seorang manusia dengan begitu hebatnya?
Entahlah..
Kejadian singkat ini benar-benar menguras seluruh tenaganya. Viny mendadak lelah.
***
2 tahun bukan waktu yang sebentar untuk menjalin sebuah hubungan. Tapi, kenyataannya, 2 tahun mendadak tak berarti apa-apa untuk Viny. Semuanya terasa kosong. Pengkhianatan merenggut emosi Viny.
Meskipun begitu, tak bisa dibohongi. Kejadian kemarin masih terekam jelas diingatannya. Kejadian dimana teman Shani yang bernama Beby itu datang menghampiri Viny dan berkata bahwa; dia dan Shani saling mencintai. Kejadian dimana Shani dengan sialannya justru meng-iyakan pernyataan itu. Dan kejadian dimana pada akhirnya Viny memilih untuk mundur dan menyerah pada hubungannya dengan Shani.