39

5 0 0
                                    

aku dan diskriminasi

jalan ku terseok, luka di paha ku benar benar dalam terasa. baju ku basah sama halnya dengan sepatu ku .aku melewat kan jam pertama aku berjalan dengan tatapan kosong ku sambil memegang paha kiri ku agar sedikit lebih mudah berjalan. darah nya mengotori rok abu abu ku banyak pasang mata yang menatap ku tapi tak ada satupun yang bertanya mengapa aku bisa seperti ini.apa lagi peduli terhadap sampah, itu gelar mereka untuk ku

aku sampai di ruang kesehatan sekolah
ada beberapa murid yang berjaga
mereka menatap ku dengan alis terangkat"ada apa kau kemari" tanya gerald salah satu pengurus kesehatan
"saya membutuh kan obat dan perban untuk luka saya" jawab ku pada nya. lama tak ada suara baik gerald maupun teman teman mereka hanya menatap ku sampai akhir nya" ekhm,, obat apa yang kau butuhkan??" tanya wanita yang kuliat nama tag nya putry kania "entahlah
yang ku butuhkan obat yang bisa mengeringkan luka dan menghilangkan rasa sakit" ujar ku lagi."ini ambil.." kata nya sambil memberi ku obat. aku berlalu setelah itu meninggal kan mereka yang cekikikan setelah melihat ku pergi membawa obat bukan ku tak tahu obat yang ku gengam kuat saat ini adalah obat tidur kuremukkan tiga butir obat itu dalam kepalan ku. aku terus saja menyeret langkah ku wajah ku pucat perut ku lapar keringat bercucuran di pelipis ku.tujuan ku adalah koperasi sekolah yang ada di lantai dasar untuk meminta seragam
"bisa berikan aku seragam??" tanyaku pada si pengurus" tidak stok seragam habis.," begitu jawab nya sambil terus bermain rubik"saya benar benar butuh itu" ucap ku lagi dengan kaki bergetar" kamu tuli saya bilang seragam nya habis apaan sih" wanita dengan kacamata itu menjawab marah ."pulang sana" usir nya.

aku duduk di tepi lapangan aku benar tak kuat lagi berjalan perut ku lapar kepala ku pening.  siswa sisiwi berlalu lalang menatap aneh diriku
"tuhan sebenci ini kah engakau" tanya ku dalam hati
BRUKKK
tubuh ku ambruk aku tak dapat lagi walau hanya sekedar duduk penglihatan ku memburan di akhir kesadaran ku  yang ku rasa kepalan tangan ku semakin kuat hingga semuanya gelap

AKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang