Claude duduk di kursi kebesarannya di dalam aula utama istana kerajaan. Satu kakinya berada di atas pahanya, satu tangannya menyangga sebelah kepalanya, matanya menatap ke depan, dimana tiga orang gadis muda menari dengan gerakan tubuh yang memaku setiap mata.
Alunan melodi yang dihasilkan dari alat musik yang dimainkan secara langsung terdengar hingga ke sudut ruangan. Para tamu berdiri di kiri kanan aula, menyisakan ruang besar bagi para penari yang menari di depan raja.
Mereka adalah pemusik dari Siodona.
Salah satu daerah kekuasaan Obelia yang terkenal akan orang-orangnya yang kental dengan darah seni. Memang sejak kecil, penduduk Siodona sudah ditanamkan akan rasa cinta pada seni, mulai dari musik, lukis, tari, dan sebagainya. Hingga ketika dewasa, mereka dibebaskan oleh orang tuanya untuk mendalami seni sesuai pilihannya.
Hari ini adalah perayaan hari ulang tahunnya. Lebih tepatnya, hari ulang tahun pertama sejak dia menjabat sebagai raja di Obelia setelah berhasil melengserkan Anastasius dari kursi kebesarannya. Membunuhnya dengan dingin demi merebut mahkota dikepalanya.
Para pejabat istana mengusulkan untuk mengundang penari Siodona yang kala itu memang sudah terkenal hingga ke manca negara. Tuan Barma yang mencetuskan.
Para pejabat istana tentu menyetujuinya dengan suka cita. Terlebih, pendapatan ekonomi yang sempat jatuh ketika Anastasius berkuasa, kini mengalami peningkatan drastis pada kepemimpinan Claude hanya dalam rentang waktu beberapa bulan saja.
Awalnya Claude ingin menolak, hanya saja, Felix mengusulkan untuk menerimanya karena hal tersebut dapat membuat suasana positif antar parlemen kerajaan.
"Cantik sekali,"
Claude dapat mendengar Felix berkata dari belakang. Claude tidak tahu mana orang yang dimaksud Felix diantara tiga gadis muda yang menari dengan indah dihadapannya.
Tapi, sejak awal, Claude sudah memakukan pandangannya pada seorang gadis yang mengenakan pakaian khas Siodona bewarna merah muda. Dia berada di depan penari lain, sepertinya dia memang menjadi pusat diantara dua temannya.
Gadis itu beriris merah muda, berkilauan dengan indahnya saat menatapnya. Dikeningnya terdapat permata merah muda gelap yang mempercantik penampilannya. Saat kakinya bergerak, suara gemerincing dari lonceng kecil dikakinya terdengar nyaring hingga ketelinganya.
Claude melihat surai emas yang lebih muda dari warna rambutnya bergerak mengikuti irama tubuhnya. Selendang transparan yang mengelilingi tubuhnya ketika dia berputar, terlihat seperti sayap ditubuhnya.
Gadis itu terlihat bebas.
Seperti merpati yang terbang tinggi ke angkasa, tanpa ada sarang yang membatasi gerak tubuhnya.
Irama musik akhirnya berhenti. Claude masih duduk terdiam dalam posisi yang sama, menatap satu-satunya gadis bersurai emas yang kini menundukkan kepala mengakhiri tariannya.
Saat gadis itu menegakkan tubuhnya, dan menatap balik ke dalam matanya.
Claude tidak dapat mencegah perasaan asing yang perlahan hadir dihati.
Gadis itu tersenyum.
Untuk pertama kalinya, Claude merasa tertarik pada seorang gadis yang baru pertama kali dia lihat.
.
.
.
TBC
COMING SOON!
KAMU SEDANG MEMBACA
By Your Side [Suddenly, I Became A Princess]
FanfictionAnggep aja kisah Claude sama Diana di manhwa sebelum Athanasia lahir. Sibap : Plutos/spoon Media bukan punya gue FANFICTION