Prolog

19 4 0
                                    

Author's POV

"Wait?? You said what???"

"Yes, darling. Dia anak temannya Papa. Dia sudah 1 bulan di Tokyo jadi pasti dia sudah tahu banyak tentang daerah-daerah disana. Besides, setidaknya kamu tidak sendirian dan Papa merasa tenang jika kamu bersama orang yang papa kenal. Dia anaknya baik."

Wanita itu hanya bisa menghela nafas berat mendengarkan ayahnya. Mau menolak bagaimanapun, dia tahu dia tidak akan bisa, karena dia tidak ingin membuat ayahnya khawatir.

"Fine. Aku akan tinggal bersamanya. Happy now?" tanya wanita tersebut sambil memutar kedua bola matanya.

Rana Darsono, seorang wanita berumur 23 tahun yang memutuskan untuk istirahat sejenak dari kepenatan hidup di Jakarta, sedang mendorong kopernya yang besar dan berjalan menelusuri gang di daerah Shibuya Tokyo untuk mencari rumah yang akan dia tinggali selama 1 bulan di Tokyo. Yup, bersama si 'anak teman papanya'.

Tidak perlu memakan waktu yang lama, Rana sudah berdiri di depan rumah yang sederhana dan minimalist, namun masih dengan sentuhan arsitektur jepang.

Ryowa Palace Hiroo,
2 Chome-2-11 Ebisu,
Shibuya City, Tokyo, Japan.

Rana melihat alamatnya sekali lagi melalui email yang diberikan oleh ayahnya, untuk memastikan alamanya benar. Yup, it's right. Batin Rana yakin sambil melangkah masuk menuju terasnya.

Terlihat banyak tanaman yang tersusun rapih dan sangat terawat dan— Rana menemukan sebuah kertas kecil berwarna kuning yang tertempel pada pintu rumah. Rana mendekat dan membacanya,

"Hi! If you are Rana Darsono, welcome! Umm, I apologize to make you wait a little on your first day in Tokyo.

I'm buying some fruits! Do you like Kiwi? I hope you do!

I'll be back as soon as possible! H."

Hmm, sepertinya dia orang yang ramah? Pikir Rana setelah membaca kertas tersebut. Akhirnya ia memutuskan untuk duduk dan mengeluarkan buku dari tasnya untuk menghabiskan waktu sambil menunggu si pemilik rumah.

***

"Charles Dickens. Good Choice. His book is a masterpiece." Ucap seseorang yang membuat Rana terlonjat kaget.
Rana semakin membulatkan matanya saat melihat lelaki tinggi didepannya yang sedang menggendong paperbag berisikan buah-buahan sambil tersenyum menatapnya.

"You must be Rana Darsono, right?" Ucapnya lagi masih dengan senyumannya yang membuat lesung pipitnya terlihat begitu jelas. Rana masih mencerna memperhatikan apa yang ada dihadapannya.

"This must be a wrong address. Sorry." Jawab Rana sambil merapihkan bukunya dan berdiri bersiap untuk pergi. Dia sangat yakin, tidak mungkin lelaki itu adalah anak teman ayahnya.

"Hey! Wait! You're Rana Darsono, right? I'm the son of your dad's friend. I'm not the bad guy, if you think I am." Lelaki tersebut menarik tangan Rana untuk menahannya pergi.

Rana benar-benar tidak habis pikir dengan ayahnya. Bagaimana bisa ini terjadi? Lelaki itu kebingungan menatap Rana yang mematung.

"Lebih baik kita masuk ke dalam dulu. Diluar sini cukup dingin." Kata lelaki itu sambil membuka pintu rumahnya, namun tiba-tiba dia terhenti sejenak lalu berbalik ke arah Rana.

"Oh, I'm sorry forget to introduce my self. I'm Harry. Harry Styles."

***

Hai hai! Yes is right ini adalah cerita baru hehehe. Sebenernya pingin ditahan dulu, cuman udah gasabar aja pingin di publish!

Yes kali ini tentang sebuah kisah dari mamang Suheri Styles dong! Yuk mari semoga pada suka dan bisa enjoy ya!!!

Luvvvv,
- Author cantiq istrinya suheri

FINE LINE [ Harry Styles ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang