Author's POV
Harry terbangun saat mencium wangi masakan yang ia yakini dari dapurnya. Dia mencari ponselnya sejenak untuk melihat pukul berapa sekarang.
08.45. Ia pun segera beranjak dari kasurnya dan keluar dari kamar. Terlihat Rana di dapur sedang terlihat fokus memasak. Harry tersenyum dan memperhatikan Rana sejenak.
She cooks too. Batinnya.
Semalaman Harry melakukan beberapa riset atau yang biasa disebut stalking mengenai Rana. Harry menemukan banyak sekali artikel tentang prestasi-prestasi Rana di negara asalnya, mengenai pekerjaannya yang bergelut di dunia teknologi. She's so cool.
Harry berjalan menuju meja Turn Tablenya dan memutar piringan hitamnya, memainkan lagu The Chain dari Fleetwood Mac.
"Omg you scares me!" Sontak Rana kaget. Dia benar-benar tidak menyadari bahwa Harry sudah terbangun. Harry tertawa kecil sambil duduk di meja makan.
"Kau masak apa?" Tanya Harry.
"Sushi roll." Jawabnya sambil meletakkan piring di depan Harry yang berisikan sushi roll. Harry mengambil sumpit dan mencicipi masakannya Rana.
"This is so gewd. So crunchy!!" komentar Harry jujur. Dia sangat menyukainya. Wajah Rana begitu lega dan senang saat mendengarnya.
"Oh really?? Thank God! I'm so nervous karena aku hanya menggunakan bahan sisa di kulkas."
"Seriously this is so gewd. I really like it." ucap Harry yang masih sibuk mengunyah sushi rollnya.
"Oh ya, hari ini ada rencana pergi?" Tanya Harry.
"Umm.. aku akan menemui temanku disini, lalu mungkin setelahnya aku akan pergi ke Grocery Store untuk membeli stok bahan makanan."
"Oh, you have a friend here?"
"Yes, a couple of friends."
"Oh hey, can I go with you to the grocery store?Aku juga ingin membeli beberapa perlengkapan."
"Sure."
"Cool. Jam berapa kau selesai dengan teman mu? Akan aku jemput."
"Umm, ku kabari nanti bagaimana?"
"Okay. Text me."
***
To: Rana
From: Harry
Hi! Aku sudah sampai di depan cafe mu. I'm the one that wearing a hat!Rana tersenyum membaca pesan dari Harry. Ia pun langsung berpamitan dengan temannya dan beranjak keluar cafe menemui Harry.
Saat keluar cafe, Rana tercengang melihat apa yang ada di depannya. Harry dengan topi dan mantelnya yang kebesaran, sedang memakan wortel diatas sebuah sepedah.
"Hi! Do you want my carrot?" Sapanya saat menyadari keberadaanku sambil menawarkan wortelnya
"You're so weird." Tanggap Rana.
"I know." Jawab Harry dengan merasa bangga.
"Ayo cepat duduk dibelakang, aku yang bonceng." Timpal Harry lagi.
"Are you serious?" Rana masih tidak percaya dengan tingkahnya.
"Heeey! I'm 100% serious! Malam di Tokyo sangat indah! Apalagi jika sambil mengelilinginya dengan sepedah! Ayo cepat duduk." Rana pun akhirnya menurut dan duduk dikursi penumpangnya.
Sejujurnya, Rana sangat menikmati berada disekitar Harry, walaupun terkadang tingkahnya aneh, namun dia sangat lucu dan humoris.
"Pegangang. Jangan sampai jatuh." Ujar Harry lalu ia mulai mengayuh sepedahnya.
Harry benar, Tokyo terlihat begitu indah saat malam hari. Batin Rana sambil mengagumi sekelilingnya. Lampu-lampu kota yang berwarna-warni, orang-orang yang berlalu-lalang, suara gemuruh keramaian yang menyenangkan, semuanya berhasil membuat Rana terkesima.
Tidak lama, ternyata Harry dan Rana pun sudah sampai di suatu tempat perbelanjaan yang cukup besar, bernama Donki.
Harry memarkirkan sepedahnya lalu Harry dan Rana pun berjalan memasuki tempat perbelanjaannya. Sambil memilih-milih apa saja yang akan dibeli, mereka saling larut dalam obrolan mereka.
"It's beautiful, isn't it?" Tanya Harry sambil tersenyum, menegaskan lesung pipinya.
"Yes and thank you." Jawab Rana yang juga tersenyum.
"No! You can say thank you later with giving me a greentea mochi!" Rana hanya bisa menghela nafas dan sangat tidak habis pikir, bagaimana bisa, seorang Harry Styles, seorang pop star dunia, ternyata tingkahnya sangat kekanak-kanakan.
"Hey I made you a breakfast this morning and you didn't say thank you to me!" Rana membela dirinya membuat Harry tampak berfikir sejenak.
"Hmm.. Fine then. But tomorrow can you make me a breakfast again?" Tanya Harry bersemangat.
"No, Harry. Sorry. Maybe next time." Wajah Harry langsung berubah berpura-pura cemberut.
"Why??"
"Aku harus mengajar besok pagi."
"Mengajar? How can that happen?"
"Hmm.. Tadi, saat aku bertemu dengan temanku, sebenarnya aku ditawari untuk menjadi tutor di kelas Pottery di art studio miliknya dan aku akan menjadi tutor setiap hari Sabtu selama aku berada di Tokyo." Jelas Rana pada Harry sambil memasukkan mi instan kedalam keranjang belanjaan.
"You can do pottery?" Tanya Harry yang tampak terkejut.
"Yes. You know— sometimes being a data analyst is making me bored with all the algorithm and numbers, so aku mengasah otak kananku untuk hal-hal seperti seni."
"Geez, you do tech, cook, pottery, what else you can do?"
"Hmm let me think— guitar, piano, photography—" Rana menyebutkan kemampuannya sambil bergurau dengan berpura-pura sombong.
"You're so cool. Just let me adore you." Sela Harry yang tanpa ia sadari mengucapkannya sambil tersenyum, membuat Rana bingung namun sedikit takut.
"What?"
"You. I adore you." Seketika atmosfer diantara Harry dan Rana menjadi canggung.
What the heck is wrong with me? Batin Harry.
"Eh— I mean, I Adore You—— Cause you're so cool." Harry berusaha menjelaskan sejelas mungkin agar tidak ada kesalahpahaman antara mereka.
Is there something wrong with this guy? Batin Rana.
"Ehem.. Thank you— I guess? Umm— aku rasa aku akan ke kasir sekarang untuk membayar belanjaannya." Ucap Rana kikuk berusaha memecahkan kecanggungan mereka.
"Yea you right! Let's go!" Balas Harry.
***
Triple updateeee untuk kaliaan semua. Hah gila gaya ape gue kayak banyak yg baca aja wqwq
Gemws gaksiiii ma suheri disini? Jujur gue gemes sendiri masa wqwqp
Yaudah, hope you enjoy this story like Harry adore si Rana ya! HEHEHE.
jangan lupaa di vote kalo sukaa💃💃
luvvvv❤️❤️❤️

KAMU SEDANG MEMBACA
FINE LINE [ Harry Styles ]
Romance"There's things that we'll never know, but- we'll be a fine line and we'll be alright." Ucap Harry sambil tersenyum menatap wanita yang ada disebelahnya. Siapa yang akan menyangka bahwa Tokyo bisa memberikan keajaiban kepada pendatangnya?