WELCOME TO MY STORY. HAPPY READING!♥
*
Hari ini adalah hari pertama Amanda disekolah barunya. Ia sudah dikeluarkan sejak seminggu yang lalu dari sekolah sebelumnya.
Leo sang Ayah pun memutuskan untuk menyekolahkan anaknya disekolah milik salah satu temannya. Sebuah sekolah favorite yang isinya hampir dihuni oleh para anak konglomerat. Diamond High School.
"Amanda!" Tina berteriak memanggil anaknya yang kini tengah menggerutu kesal karena mendengar teriakan ibunya sejak setengah jam yang lalu. "Amanda, cepat siap-siapnya! Kamu udah hampir telat."
"Hampir, kan? Jadi santai aja." ujarnya santai sambil berjalan menuju meja makan dan memakan roti bakar yang sudah disiapkan Tina.
"Kamu gak mandi?"
Amanda melotot horor mendengar pertanyaan Tina. "Mandilah!" jawabnya kesal.
Tina menatap Amanda dengan tatapan ragu membuat Amanda mencebikkan bibirnya. "Apasih?! Gue udah mandi, ya!" gadis itu beranjak dari duduknya meninggalkan meja makan dengan menghentakkan kaki.
Ia berjalan menuju motor sport merah yang sudah terparkir apik di depan pintu rumah mewah itu. Kemudian segera melajukannya menuju sekolah.
Setelah 15 menit perjalanan, akhirnya gadis itu sampai.
Ia menatap kagum gedung mewah di hadapannya. Gedung sekolah barunya ternyata jauh lebih besar daripada sekolah yang ia tempati sebelumnya.
"Ayah beneran masukin gue ke sekolah ini?" gumamnya sambil terus memperhatikan bangunan itu.
Amanda mulai berjalan memasuki gedung itu setelah memarkirkan motornya. Siswa-siswi yang tak sengaja berpapasan dengannya saling berbisik. Mereka menatap Amanda dengan tatapan aneh?
Amanda melihat dirinya sendiri, ia merasa tak ada yang aneh dengan tubuhnya. Ia hanya mengenakan seragam yang sama dengan mereka, sepatu berwarna pink dan rambut yang sengaja diwarnai orange. Amanda mengerti sekarang. Siswa maupun siswi disekitarnya tak ada yang mewarnai rambut, rambut mereka semua hitam pekat dan semuanya menggunakan sepatu berwarna hitam. Pantas saja.
Amanda mengangkat bahunya acuh, ia kembali meneruskan jalannya yang sempat terhenti. Sebelum tiga orang siswi kembali menghalangi langkahnya.
Dari penampilannya, Amanda tau ketiga siswi ini bukanlah siswi baik-baik. Mereka menggunakan make up yang terlalu menor serta seragam yang dengan jelas memperlihatkan lekuk tubuh ketiganya. Amanda meringis.
'Kenapa ada cabe-cabean disekolah seelit ini?' batinnya.
"Lo siswi baru?" salah satu dari mereka yang Amanda tebak sebagai ketuanya bertanya dengan nada meremehkan sambil menatap Amanda dari atas sampai bawah.
"Yes, why?"
"Nekat juga ya lo datang ke sekolah baru dengan penampilan kaya gini." salah satu dayangnya kini bersuara.
Amanda tersenyum tipis, "What's wrong? Bukannya kalian yang nekat. Masa iya sekolah dengan penampilan kaya mau ke club malem."
"What the fuck! Lo berani sama kita?!" dayang yang satunya lagi juga ikutan bersuara.
"Sorry, tapi kalian siapa ya?" tanya Amanda menatap malas tiga siswi di depannya. Ia benci mencari masalah dengan cewek murahan, apalagi sekarang mereka sudah menjadi pusat perhatian.
"Oke, karena lo siswi baru, gue maklumi. Tapi lo harus tau kita sekarang. Gue Bella Devana, primadona di sekolah ini." ujarnya dengan senyum sinis.
"Nesya ratatuilla."
"Gue Fanny alexandra."
"Dan gue gak nanya." ujar Amanda kemudian berjalan santai melewati ketiga siswi yang katanya penguasa sekolah.
"Songong banget tuh siswi baru!" kesal Nesya menatap tajam punggung Amanda yang semakin menjauh.
"Kita harus kasih dia pelajaran, Bel." usul Fanny.
"Kalian tenang aja, gue bakal buat tuh siswi baru bertekuk lutut." Bella menunjukkan seringainya.
Setelah meninggalkan ketiga siswi gila itu dan mendatangi ruang kepala sekolah, kini Amanda berjalan santai menuju kelasnya. XI.2.
Tok... Tok...
Amanda mengetuk pintu itu, seorang guru cantik muncul dibalik pintu dan mempersilahkannya masuk.
"Kamu murid baru kan?" Amanda mengangguk. "Silahkan masuk."
"Hari ini kelas kita kedatangan murid baru. Ayo perkenalkan diri kamu." guru itu mempersilahkan kemudian duduk dikursinya.
"Kenalin, gue Amanda catrolina jordan. Thanks."
'Jordan? Kaya gak asing.'
'Dia beneran dari keluarga Jordan?'
'Serius anjing, dia keturunan Jordan?'
'Gak heran sih, tampilannya aja kek gitu.'
'Anak konglomerat rupanya.'
Dan masih banyak lagi bisikan-bisikan yang membuat Amanda malas seketika. Ingin rasanya ia menghilangkan nama Jordan dari namanya.
"Sudah sudah. Amanda, kenalin nama saya Dina. Saya guru B.Inggris dan sekaligus wali kelas kamu." Bu Dina tersenyum ke arah Amanda. "Dan kamu bisa duduk di samping Dara." ujarnya menunjuk kursi kosong dimeja barisan paling pojok.
Amanda mengangguk lalu berjalan menghampiri kursinya.
"Hai Amanda, gue Dara." sapa Dara dengan senyum lebarnya, menunjukkan dua gigi kelinci yang membuat gemas. Amanda ikut tersenyum kemudian duduk di samping Dara.
Dua siswi yang duduk di depan meja mereka kini berbalik kemudian mengulurkan tangannya.
"Kenalin, nama gue Laurelia dermawan. Lo bisa panggil gue Laurel."
"Dan gue Selyna putri. Panggil aja Sely."
Amanda mengangguk lalu membalas uluran tangan kedua gadis cantik itu.
"Semoga lo betah ya temenan sama kita." ujar Laurel, Amanda mengangguk. Mereka kembali membalikkan badannya menatap papan tulis.
'Semoga ini sekolah terakhir gue.' gumamnya dalam hati. Dan mulai memperhatikan Bu Dina yang sedang menjelaskan.
*
TERIMA KASIH. JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN UNTUK MEMBERI SEMANGAT PADA AUTHOR HAHA!♥
KAMU SEDANG MEMBACA
R U M I T (√)
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] ❝Gue benci mikir, apalagi mikirin lo.❞ WARNING : Pembaca Yth, saya hanyalah penulis amatir yang ngebet banget pengen buat cerita. So, sorry banget kalau banyak typo apalagi cara penyampaian cerita yang kurang bisa dipahami. Ter...