Hujan (18+) - Fajar Utama

144K 619 41
                                    

Sabtu pagi yang menyenangkan. Tidak panas. Langit mendung. Hawa dingin masuk ke ruang kantorku yang gelap dan sunyi. Hanya aku seorang. Aku berniat menyelesaikan tugas-tugasku hari ini. Agar nanti aku bisa santai-santai. Lagi pula, dengan masuk kerja di hari libur, aku bisa menggunakan fasilitas internet kantor sepuasnya. Untuk mengunduh video-video, mengunggah foto-fotoku, atau sekedar berselancar di dunia maya. Lagi pula, apa yang bisa ku lakukan jika aku berdiam diri di rumah? Hanya tidur-tiduran di atas ranjang. Aku bosan di rumah. Aku tinggal sendiri. Aku belum punya suami. Kekasihku tengah bekerja di luar kota. Maka dari itulah ku habiskan saja weekend-ku di kantor.

Aku duduk di depan layar monitor komputerku. Aku tengah asyik mengamati foto-foto pria berbadan kekar tanpa busana sambil menunggu unduhan videoku rampung. Video pria bermasturbasi yang ku unduh dari sebuah situs. Untuk mengusir rasa bosan, ku putar sebuah lagu lewat pemutar musik di komputerku. Kecepatan internet kantor memang hebat. Mengunduh video dengan bita besar sekalipun hanya butuh waktu beberapa menit.

Selesai. Lalu ku putar. Alangkah gambar yang begitu indah. Di video itu, ada kurang lebih 30 pria tampan berbadan keren bermasturbasi berjamaah dalam satu ruangan. Ada yang sambil duduk, berdiri, bahkan ada pula yang berbaring. Gemas. Otakku berpikir keras. Berimajinasi. Andai aku ada dalam ruangan itu. Aku sudi jika harus digilir oleh mereka. Ah! Aku tak bisa membayangkannya. Video itu membuatku senyam-senyum sendiri. Gelisah. Geli dan basah ku rasakan pada daerah kewanitaanku.

Suara berat desahan pria-pria dalam video itu keluar lewat speaker kecil. Merambat melalui udara. Dan menghiasi ruang kerjaku. Diselingi musik, ku perbesar volumenya. Uhhhh! Jantungku berdegub kencang. Hasratku membuncah. Ubun-ubunku mendidih. Pikiranku kacau. Satu persatu, pria-pria dalam video itu mencapai klimaks. Mengerang semakin keras. Mengeluarkan cairan putih dari masing-masing kemaluan mereka. Putih seputih angsa. Lengket seperti lem kertas. Muncrat. Memanar, jatuh seperti air hujan. Sekali lagi, pikiranku melayang di angkasa. Jika saja ada hujan sperma, aku pasti akan ....

“ Tap ... Tap ... Tap ... Tap “

Telingaku menangkap sebuah suara. Suara apa itu? Aneh sekali suaranya. Imajinasiku terputus. Konsentrasiku terganggu. Suara aneh itu terus terdengar. Suaranya terdengar seperti air menetes. Tapi sepertinya begitu kental. Ah! Masa bodoh. Aku tak peduli. Aku kembali pada video fantasiku. Terpaksa ku pasang headset-ku. Dengan begini, suara aneh itu takkan terdengar lagi. Aku dapat mendengar suara desahan pria-pria itu dengan lebih jelas. Kenapa tidak dari tadi saja ku pasang headset?

Ku tonton video itu sampai selesai. Belum puas. Ku cari lagi video yang lain. Video selanjutnya harus lebih hot dari yang sebelumnya. Sambil mengunduh, ku cek sebentar jejaring sosialku. Aneh. Status orang-orang di jejaring sosial berubah. Semuanya membahas hujan dan kiamat. Ada apa sebenarnya?

“ Hujan yang aneh “

“ Dunia bener-bener mau kiamat! “

“ Astaghfirullah, kenapa ini? Mengapa Engkau turunkan hujan seperti ini, Ya Allah ? “

Aku tersenyum geli. Sejak kapan Tuhan punya jejaring sosial? Menjijikkan sekali orang-orang sok alim itu. Tapi tunggu dulu, apa yang telah terjadi sebenarnya? Hujan apa sih yang aneh? Apa maksud tanda-tanda kiamat? Ah! Mengganggu fantasiku saja. Menyesal rasanya telah mengecek jejaring sosialku.

Tapi, jujur hatiku penasaran. Apa yang salah pada hujan? Pagi ini memang mendung. Wajar saja jika hujan. Ku lepas headset-ku dari kepalaku. Rambut indahku berantakan. Gila! Suara aneh itu terdengar makin jelas dan makin sering.

“ Tap ... Tap ... Tap ... Tap ... Tap ... Tap “

Seperti suara sesuatu menghantam jendela. Ya, jendela! Segera ku hampir jendela ruang kerjaku. Masih rapi tertutup gorden merah. Perlahan, ku tarik gordennya. Aku terperanjat. Mataku terasa mau keluar. Merinding. Aku tercengang menyaksikan apa yang ada di luar gedung kantorku, melihat apa yang terjadi di balik jendela.

Hujan (+18)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang