Dalam ruangan yang sedikit redup itu, jemarimu bermain dengan rambutnya. Kini warnanya hitam, berbeda denganmu yang mulai berwarna cokelat. Namun apapun warnanya, kau tetap suka dengan rambutnya. (Kau tidak bisa menyangkal juga suara hatimu yang berkata warna hitam membuatnya lebih memikat.)
Tidak hanya helai rambutnya, jemarimu terus menelusuri lekuk wajahnya—kedua alisnya yang tidak berkerut seperti hampir setiap saat dia terjaga, kedua matanya yang terpejam dengan bulu mata yang tidak panjang namun juga tidak pendek, hidungnya yang suka kau cium manis setiap dia tertidur, serta bibirnya di mana kata-kata yang keluar dari sana dapat membuatmu merasa dicintai.
Sebenarnya kau menahan agar air matamu tidak jatuh, agar air matamu tidak membasahi wajahnya, agar air matamu tidak membangunkannya. Namun waktu sudah menunjukkan pukul lima, kertasmu hanya terisi separuh, dan kau frustasi dengan situasi ini.
Kau akhirnya mendongak—walau kau tidak ingin berpaling dari wajahnya barang sedetik saja—agar kau bisa menghapus air matamu dengan tangan yang tidak membelai wajahnya. Kau menahan agar tidak ada segukan yang lolos, agar dia tidak melihatmu menangis seperti ini.
Dalam hati, kau memohon, meminta, berharap.
Waktumu tersisa satu jam. Entah bagaimana caranya, kau ingin waktu berjalan lebih lama, ingin masih berada di sini bersamanya, ingin menikmati apa yang kau punya selagi masih dapat kau sentuh.
***
morning comes to take you awayOrang-orang yang ada di sini adalah orang nyata, namun saya tidak memiliki mereka (sayangnya). Saya hanya punya ide ceritanya aja.
note: angst, bl/boys love, yabunoo beserta beberapa pairing lain yang disinggung secara minor (yabuhika, yabutaka, takanoo), fast-paced, ditulis dari sudut pandang kedua, dan kejanggalan lainnya yang mohon dimaklumi.
note(2): judul diambil dari penggalan lirik First Train and Kafka - n-buna, begitu juga dengan beberapa unsur yang terinspirasi dari lagunya. sedikit terpengaruh juga dengan lagu Kotoba wa Iranai sebagai lagu pengiring waktu nulis ini.
***
“Aku pulang.”Kau membuka pintu apartemen yang sudah lama tidak kau buka. Melirik pada rak sepatu di dekat pintu, kau menahan kepalamu untuk tidak bergeleng ketika melihat sepatu lamamu masih berada di sana. Tidak kotor, justru terlihat seperti baru saja dicuci. Kau sebenarnya sudah menduga ini akan terjadi, tapi tetap saja ada rasa kejut dalam hatimu.
Tidak ada sahutan yang membalas ujaranmu, hanya suara langkah kaki nyaris tak terdengar berjalan mendekatimu. Kau memberanikan diri untuk mengalihkan pandanganmu, mempersiapkan hatimu yang tidak lagi berdetak, kedua tangan menggenggam erat tali tas selempangmu.
“Kei …?”
Suaranya terdengar kasar, serak, tidak seperti suara yang kau kenali. Kau mencoba untuk menyingkirkan perasaan ibamu dan keinginanmu untuk menerjangnya dengan pelukan. Alih-alih, kau tersenyum seperti yang biasanya kau lakukan, kedua kaki melangkah mendekatinya.
“Kubilang, ‘aku pulang’. Rasanya aku belum mendengar balasannya.” Kini kau menatapnya dengan lebih dekat—rambutnya yang sedikit berantakan, bibirnya yang hanya membentuk garis lurus, kau dapat menebak mungkin dia baru saja bangun dari tidur sebab kedua matanya terlihat sedikit mengantuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
morning comes to take me away
FanfictionWaktu terus berdetik. Kau hanya punya dua belas jam untuk bersama dengannya. [yabunoo, oneshot]