Beijing, 12 Desember 2022
Langkah laki beberapa orang bergema dipenjuru ruangan yang sangat mewah itu, warna merah darah bercampuran dengan warna gold mendominasi ruangan cukup luas tersebut. Beberapa orang bersetelan Jas hitam masuk kesalah satu ruangan dari sekian banyak ruangan didalam bangunan yang bisa dikatakan seribu pintu itu.
Hal pertama menyambut indra penciuman mereka adala aroma cerutu dan juga minunam anggur merah yang sangat pekat dari dalam ruangan tersebut.
"Ehem" Seseorang dari salah satu mereka berdeham untuk memberi intruksi untuk ditempat masing-masing.
"Tuan muda"
Kursi besar berputar perlahan memperlihatkan pria tampan dengan kulit seputih susu serta berpenampilan menawan dan jangan lupakan rambutnya yang berwarna orange seperti bola basket lalu dikepang kecil-kecil yang melekat pada belulang kepalanya dengan sangat rapi.
"Aku tak suka kegagalan" ujarnya dan menatap anak buahnya dengan remeh lalu menghisap cerutu yang terbuat dari emas itu dan menghembuskan asap keudara.
"Pria tua Hwang Zitao telah beres tuan muda." Jawab pria yang sedari tadi berdiri dihadapannya dengan raut wajah datar.
"Bagus, Dia seharusnya tau berurusan dengan siapa" Ia tersenyum puas setelah mendengarkan kabar yang cukup menggembirakan bagi dirinya.
"Lalu apa yang harus kami lakukan lagi tuan muda?" Tanya pria itu kembali.
"Untuk sekarang cukup ku rasa Ham Wonjin kalian boleh keluar dari ruangan ini."
"Baik tuan muda Wu Chenle" Pria yang bernama Ham wonjin membungkuk dan diikuti beberapa orang yang ada disana,lalu meninggalkan ruangan itu sesuai intruksi atasan mereka.
Tak lama Ham Wonjin keluar dengan yang lainnya seseorang masuk kedalam ruangan dengan tatapan dingin dan raut wajah yang cukup datar,sepertinya orang-orang yang masuk kedalam ruangan ini tidak bisa senyum atau mereka terkena stroek ringan secara tiba-tiba.
"Bagaimana apakah kau sudah senang kawan? " Pria dengan setelan jas maroon dan dipadu padankan dengan kemeja putih berbahan satin terlihat tamapan tak kalah dengan sang pemilik ruangan itu.
"Yaah,kurang lebih begitu." Chenle merasa itu belum sepenuhnya terlaksanakan tapi satu pria tua pengkhianat sudah lenyap.
Pria yang dikenal sebagai sahabat dekat Chenle itu tersenyum sumeringah lalu penepuk perlahan pundak temannya itu.
"Ku rasa kau punya mainan baru untuk melanjutkan permainan ini setelah paman Tao telah kita habisi" Park Jisung memperlihatkan foto seorang gadis yang sangat mirip dengan orang yang baru saja mereka habisi.
Chenle menatap foto tersebut dengan bingung "Maksud mu?" Dengan seksama ia memperhatikan setiap inci foto gadis itu.
"Dia adalah anak satu-satunya paman Tao, ya ku rasa dia gadis yang cantik lihatlah dalam satu sisi ia terlihat dingin dan misterius disini lain seperti gadis polos" jelas Jisung sembari meniup asap rokok mengepul keudara.
"Ck!! Ide mu selalu saja berkaitan dengan wanita Park Jisung"
"Apa aku harus mati menua tanpa seorang wanita pendamping didalam hidupku, dan yah ku rasa itu hanya berlaku pada mu Chenle yang tidak tertarik dengan wanita. Jangan-jangan kau ini Gay?" Ledek Jisung dan tanpa basa-basi Chenle memukul kepala temannya itu cukup keras.
"Jaga omong kosong mu itu Jisung. Aku bisa saja membeli ratusan wanita seperti gadis ini" geram Chenle yang dengan sengaja menembak tepat pada foto itu hingga meja yang terbuat dari kayu jati dengan ukiran klasik tersebut berlubang ulahnya sendiri.
Dengan tatapan bodohnya Jisung merasa sudah berhasil membuat sahabatnya ini emosi.
"Aku tunggu hal itu tuan muda Wu Chenle" dengan kaki panjangnya itu Jisung melengang pergi dari ruangan itu namun pada saat diambang pintu Pria itu berhenti dan kembali menatap kearah Chenle.
"Ah iya aku lupa satu hal sobat, Gadis itu namanya Huang Bryanna. Sangat cantik bukan sama halnya dengan sipemilik nama itu, sudahlah ku rasa jangan membuat ku mabuk memikirkan gadis itu jika kita terlalu sering membicarakannya. Sampai jumpa kawan." Sekali ini pria yang memiliki tubuh tinggi benar-benar pergi.
"Ck!! Sialan kenapa ini harus terjadi." umpatan keluar dari mulut Pria yang saat ini memegang foto berlubang itu.
.
.
.
.
.
Suasana berkabung masih menyelimuti kediaman keluarga Huang Zitao dimana Pria itu meninggalkan anak semata wayang dan juga istrinya untuk selama-lamanya, tentu saja mereka sangat sedih dimana kematian sang kepala keluarga itu sangat menyedihkan Tao meninggal karena dibunuh.
"Bryanna.."seru wanita yang masih awet muda dengan potongan rambut pendek sama halnya dengan gadis yang saat ini tengah termenung diruangan tengah tepat disamping penghangat ruangan.
Gadis yang dibernama Bryanna menoleh kearah samping lalu ia tersenyum hangat meskipun hambar.
"Iya Mah"
"Kita ikhlasin Papa yah... Mama yakin suatu saat keadilan akan datang pada kita." Jeongyeon membelai lembut rambut anak satu-satunya itu dan membawanya kedalam pelukan hangat meskipun ia tau mereka sangat merasa kehilangan, terutama dirinya yang tau penyebab pembunuhan serta dalang dari semua ini.
"Bry...kita pindah ke Busan yah." Ujar sang Mama membuat Bryanna menatap Mamanya dengan heran.
"Ma-maksud mama kita akan meninggalkan semua kenangan bersama papa disini? Tidak aku tidak bisa,aku harus mengurus kasus pembunuhan papa sampai selesai mah. Aku ingin mencari tau siapa dalang dari semua ini,dan tentunya orang itu harus mendapatkan hukuman setimpal." Mata Bryanna mulai memerah dan tanganya mengepal menahan rasa sakit dihatinya.
"Apa mama tidak ingin mengetahui manusia seperti binatang yang telah menghabisi nyawa papa?" Tanya Bryanna.
Mama Jeongyeon hanya diam seribu bahasa, ia ingin sekali mengatakan semuanya tapi itu sangat berbahaya ia tidak ingin putri tunggalnya menjadi korban selanjutnya bagi para iblis yang berdarah dingin itu.
"Suatu saat nanti kau akan mengetaui semuanya putri ku, Alasan dibalik semua ini" Mama Jeongyeon menghela nafasnya kasar ia sangat sedih, tentu sebab hari-harinya akan berjalan hampa tanpa kehadiran orang yang sangat ia cintai.
Sedangkan Bryanna ia sangat pusing dengan apa yang dimaksud oleh mama nya,pikirannya sangat kalut. Apa maksud semua ini teka teki apa yang ada dibalik kejadian sekarang?!
Entahlah ia hanya butuh penenang saja, ia mungkin akan menerima ajakan mama untuk pindah ke busan dan setelah ia tenang akan mencari tau segalanya sendirian.
Tbc.
©Auguts 01 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dead
Mystery / ThrillerJangan pernah untuk mencoba ikut campur urusan perihal kehidupan seseorang jika kau tidak mau mala petaka menghampiri mu atau malahan sebalik-nya. Permainan ini akan terus berlanjut hingga mata rantai itu terputus dengan sendiri-nya. ©The Dead