Disclaimer : Kuroko no Basuke belong to Fujimaki Tadatoshi
Wings of Aquila belong to @Feby_Fumei
Warning : Shonen Ai, typos, OOC, oneshort, EYD belum sempurna
First time saya menulis shonen ai, Mohon dukunganya
Rate : T
.
.
.
Bulan telah keluar dari peraduan, menggantung tepat di atas kepala menjadikan dirinya sebagai pusat penguasa. Langit terlihat cerah walau berwarna hitam kelabu bersemu biru. Hiruk pikuk kebisingan telah berkurang, lampu-lampu kota menyala terang. gedung pencakar langit berkelip dari kejauhan.
Memang sudah waktunya untuk mengistirahatkan diri. Membiarkan makhluk nokturnal menguasai hari. Tapi tidak bagi seorang pemuda bebal.
Jemari pucat telaten melipat kertas. Tiap sisi dipastikan simetris dan rapi tanpa meleset satu mili pun. Entah sudah yang keberapa nyatanya dia belum lelah mencoba. Sebuah origami pesawat kembali terbentuk. Kuarva samar terulas di bibir tipis, Tetsuya puas mendapati hasil karyanya. Tinta hitam digoreskan di atas sayap , membeku dalam resapan lembar putih. Menuliskan harapan yang kemudaian dirapal bibir mungil lalu ditiupkan pada origami.
Tetsuya menengadah menatap langit. Di atas sana Bima Sakti tengah memeluk bumi dengan lembaran hitam bertabur gemintang. Manik aquamarin terus mengedar, mencari tiga titik cahaya paling terang dari tiga konstelasi[1] berbeda, kemudian menarik garis imajiner untuk menghubungkanya. Altair, Vega dan Deneb. Tiga bintang alpha pencuri atensinya setiap musim panas tiba.
Tetsuya bukanlah pemburu bintang. Bukan pula seorang Astrophile[2]. Dia tidak akan menggilai Summer Triangle pada hari-hari lain. Hanya untuk hari ini. Pada tanggal ke tujuh bulan Juli biarlah malamnya habis untuk sang permata malam.
Hari ini jauh di tempat kelahiranya tengah merayakan Festival Tanabata. Sebuah festival perayaan bertemunya Hikoboshi dan Orihime dalam perwujudan Altair dan Vega.
Tetsuya tidak bisa menggantungkan kertas harapan pada dahan bambu lalu berdoa di kuil Shinto. Menemukan bilah-bilah bambu tak semudah di Jepang, Kertas harapan akan menganggur jika tidak digantungkan .Tapi bukankah dia masih punya sang tokoh utama dibalik dongeng Tanabata? Dibelahan bumi manapun Tetsuya berada Summer Triangle tetap bersamanya.
Semakin tinggi menggantungkan kertas harapan pada dahan bambu, semakin cepat pula harapan itu terkabul. Semakin tinggi pesawat kertas terbang, bagi Tetsuya sama artinya dengan menggantung kertas harapan pada dahan tertinggi.
Origami Pesawat diarahkan pada segitiga imajiner dilangit. Pesawat diterbangkan gagah keatas, melayang tinggi melawan gravitasi. Hanya menunggu beberapa detik sebelum gaya dorongnya kalah oleh hembusan angin malam, membuatnya oleng kemudian terbang tak tentu arah sebelum akhirnya jatuh.
"Kenapa Hikoboshi-sama suka sekali mengujiku? " gumam sang pemuda, iris baby blue lekat memandang Althair dengan segala gemerlapnya.
Jika boleh mengaku, Tetsuya iri pada sang elang, pada Aquila yang selalu tegar. Kenapa Aquila terlihat begitu bebas merentangkan kedua sayap sedangkan Tetsuya selalu merasa ditinggalkan?
"Sekalipun kau kehilangan kemampuan untuk terbang, sayapmu tetap melambangkan kebebasan, bagaimana jika aku merenggutnya?"
Mungkin monolognya terdengar kejam. Bahkan bila Aquila kehilangan sayap, apa yang terjadi pada Tetsuya tidak akan pernah berubah. Apa yang telah direnggut tak akan kembali. Tetsuya butuh pelampiasan. Tapi kesempatan merenggut sayap Aquila tak akan pernah datang, sekalipun ada kemampuanya tak kan pernah cukup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wings of Aquila (akakuro)
FanfictionKau tahu Vega tak pernah membenci Altair, Akashi-kun. Mitologi Summer Triangle a kuroko no basuke fanfiction