Sasuke menghela napas, pekerjaannya sebagai seorang polisi benar-benar menguras tenaga dan pikiran. Belum lagi resiko besar yang dihadapi. Kemungkinan terburuk, gugur dalam tugas.
Menjadi seorang polisi memang tidak mudah, tugas yang dimiliki tentu tidak hanya sebatas menangkap pencuri, penjahat kelas teri atau mengatur lalu lintas. Tapi juga dihadapkan pada bahaya yang jaih lebih besar, menangkap sekelompok begal bersenjata tajam misalnya.
Sasuke termenung di atas motor yang kini sudah terparkir di depan rumahnya. Ingatannya secara tiba-tiba memutar kembali kejadian yang nyaris saja membuat hari ulang tahunnya menjadi ulang tahun paling kelam.
Bagaimana tidak, Naruto, pendamping hidupnya beserta calon anaknya nyaris terenggut darinya. Yang paling membuatnya menyesal dan merutuki diri sendiri jika ingat kejadian itu, adalah karena dirinya dengan bodohnya membiarkan Naruto ikut serta meringkus sekelompok perampok berbahaya tanpa tahu ada kehidupan lain dalam diri Naruto.
Bahkan, normalnya seorang suami tidak akan membiarkan Istrinya dalam bahaya dengan atau tanpa calon buah hati. Hanya saja, pendampingnya ini adalah seorang pria dan seorang polisi, jadi melarangnya ikut serta dalam pertempuran bukanlah hal tepat.
Memutuskan untuk tidak terlarut dalam lamunan, Sasuke memutuskan untuk turun dari motornya dan memilih masuk ke rumah. Naruto dan Menma sudah menunggunya.
Sasuke membuka pintu rumah dan mendapati anak semata wayangnya duduk di dekat rak sepatu membelakangi dirinya.
"Menma, sedang apa?"Tidak ada jawaban, anak laki-laki berumur dua tahun itu malah berdiri dan berlari tanpa menoleh sama sekali pada ayahnya. Padahal biasanya anak itu akan langsung menerjangnya dengan bahagia setiap kali Sasuke pulang.
Keningnya mengerut, heran dengan tingkah anak semata wayangnya itu.
"Menma, Sayang, jangan berlari, nanti kamu jatuh!" seruan Naruto dari dalam rumah terdengar di susul sosoknya yang menyambut Sasuke.
"Sasuke? Kenapa, oi?" Naruto mengibaskan tangan di depan wajah suaminya yang masih mengerutkan kening. Heran dengan tingkah Sasuke.
"Menma, apa yang sedang dia sembunyikan dariku?" Sasuke menatap Naruto dengan kerutan yang masih bertengger di alisnya.
Naruto mengambil alih tas dan jaket Sasuke, melemparkan senyum lima jari sebelum berbalik dan berujar, "rahasia."
Membuat Sasuke mau tidak mau semakin penasaran pada apa yang sedang kedua orang terpentingnya itu rahasiakan darinya. Terlebih, sejal saat ia mendapati Menma duduk di samping rak sepatu, anak itu jadi semakin sering menghindari dirinya.
Selain saat makan, Menma selalu berdiam diri di kamar atau memilih main ke rumah tetangganya.
Seperti hari ini, di mana Sasuke baru saja mendapatkan libur setelah sekian lama bekerja bahkan sampai lembur. Tapi apalah daya, anaknya itu malah bergegas pergi ke rumah Kakashi dengan alasan sudah memiliki janji dengannya untuk bermain shogi.
Sasuke tahu anaknya itu berbohong, terlihat dari gelagatnya yang gugup dan panik. Lagipula, memangnya Menma sudah bisa bermain Shogi? Sasuke tentu tidak akan memaksa anaknya itu untuk berkata jujur. Biarlah Menma sendiri yang mengatakannya.
Sasuke menghela napas, dia membuka buku di pangkuannya dengan bosan. Sebuah tangan mengusap bahunya, membuat Sasuke menoleh.
"Bosan karena tidak ada Menma, hm?" nada mengejek terlontar dengan mulusnya dari bibir Naruto, membuat Sasuke mendengkus dan menarik tangan tan hingga si empunya tangan jatuh terduduk di lengan sofa yang Sasuke duduki.
"Dobe. Kau mau kupukul?" ujarnya, berbeda dengan apa yang sedang dia lakukan. Tangan putih melingkari perut berotot Naruto, sementara kepalanya ia istirahatkan di pangkuan Naruto.
"Aku tidak masalah anak kita aktif bermain dengan siapapun. Hanya saja, ini hari ulang tahunku ... Tidakkah Menma mau menemani ayahnya di hari spesial ini?"
Naruto tertawa tertahan, merasa geli dengan rajukan Sasuke, tidak seperti biasanya. Mungkinkah karena ini hari ulang tahunnya?
Obrolan Sasuke dan Naruto terhenti saat suara ribut di luar terdengar. Di susul dobrakan pintu penuh semangat dan serombongan anak-anak beserta sahabat-sahabat Sasuke dan Naruto menyeruak masuk.
"SELAMAT HARI ULANG TAHUN, PAPA~" Menma berteriak penuh semangat. Di tangannya terdapat sebuah kue berukuran sedang, di sekelilingnya di hiasi krim berbentuk bunga dan di atasnya terdapat tulisan khas anak kecil bertuliskan ucapan selamat hari ulang tahun.
Sasuke, di balik ekspresi datarnya melongo mendapati kejutan di siang bolong dari anak dan teman-temannya. Di sampingnya Naruto tersenyum lebar dan menepuk-nepuk punggungnya, memberi isyarat Sasuke untuk segera berdiri dan meniup lilin.
Sasuke mendengkus, dengan senyum tipis bertengger, ia berdiri dan menarik Naruto dalam pelukannya, membawa pemuda itu menghampiri yang lainnya.
Sasuke seorang polisi dengan tugas berat dan berbahaya. Tapi ia tidak pernah mengeluhkan itu. Selama Naruto ada bersamanya, itu cukup. Selama ada Menma yang melengkapinya, Sasuke tidak akan mengeluh.
Teman-temannya yang masa bodoh dengan sikap Sasuke yang terkesan selalu sarkas. Menerima semua sikap dinginnya dan mengerti bahwa semua sikap Sasuke itu tidak berarti ia memusuhi. Semua hal itu sudah cukup bagi Sasuke untuk mensyukuri hidupnya.
Ayah dan ayah mertuanya yang selalu terlihat akrab, kakak-kakaknya ditambah keponakan kecilnya pun tentu termasuk ke dalam hitungan. Yah, walaupun saat ini kelimanya tidak turut hadir di acara ulang tahun dadakannya ini.
END
Fanfic pendek khusus hari ulang tahun Uchiha Sasuke. Ide mendadak dan diketik dengan terburu-buru karena waktu mepet—
Selamat ulang tahun Uchiha Sasuke, semoga makin lengket ama Naruto.... Dan semoga dirimu kembali mengikhlaskan diri lagi untuk bermain di kelanjutan fanfic saya yang lain. Hiks.
23 Juli 2020. 22:00
Tertanda keponakan tersayangmu, Uchiha Yuuki. /plak
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Birthday, Papa.
Fanfictionside story dari Missing child, di mana Menma masihlah seorang balita lucu yang berusaha membuat sesuatu untuk hadiah ulang tahun ayahnya.