"Sering sering telfon mama ya". Kata wanita setengah baya itu. Dia mama ku, Ibu dari 2 orang anak.
"Iya Ma, Assalamualaikum". Pamitku lalu beranjak pergi dari rumah bersama adik mana yang sering aku panggil pakle dan satu lagi sepupuku, Pandu.
Tahun ini, tepat 2018 aku lulus SMK. Setelah keluar dari pekerjaan salon, aku melamar kerja di satu restoran yang cukup terkenal di kota itu, sebab memiliki banyak cabang yang bukan hanya di kota itu saja.
Hari ini aku pergi untuk interview.
Karna aku belum bisa naik motor dan Pandu baru pertama kali ada di kotaku, Pakle mengantar kami ke outlet.Aku berharap aku dan Pandu mendapat outlet yang sama. Tapi hasilnya berbanding terbalik. Kami terpisah.
Selesai interview, Pandu pergi ke cabang 2 bersama Managernya yang kebetulan saat itu ada di outlet tempat interview. Sedangkan aku harus pergi sendiri ke Cabang 1 dengan ojek online. Dan Pakle juga pulang saat itu.
Beberapa kali Mang Ojek tersesat walau sudah melihat maps. Bibirku mengerucut kesal sebab sudah sejam kami hanya mengitari jalan itu.
Fix ini ini mah muka aku bakal jadi dempul. Gatau banget apa bedak udah kaya kiloan trigu. Batinku saat itu.
Penat tersesat, akhirnya Mang ojek menemukan titik terang. Aku sampai di outlet cabang 1 bersama Mang ojek pastinya.
Aku malu begitu kaki sudah menginjakkan di resto itu. Untunglah saat itu siang terik yang cukup sepi. Jadi aku memberikan diri berjalan masuk ke dalam resto.
"Kak". Panggilku pada seorang pekerja wanita itu.
Dia menoleh dan menghampiriku dengan raut muka kebingungan.
"Pak Roni nya ada? Tadi saya interview di outlet **** dan saya dapat kerja di cabang ini". Ujarku sedikit gugup sembari menjulurkan kertas yang bertuliskan Helper.
Sambil tersenyum dia menjawab tanyaku.
"Managernya baru aja keluar". Lalu dia mengambil kertas yang aku beri.Setelah dibaca, dia membawaku ke dapur dan memperkenalkan diri.
"Jabatan apa Nda?". Tanya seorang kasir pada perempuan yang tadi bersamaku.
"Helper". Ujarnya tersenyum.
"Ciee Indah ada temennya". Ledek perempuan di kasir itu.
"Nama kamu siapa?". Tanya Indah padaku sambil menjulurkan tangan.
"Epi kak". Jawabku gugup.
"Novi". Sahut perempuan yang berada di kasir dan aku kembali memperkenalkan diri.
"Kita belum kenalan kan?". Ujar laki laki itu dari belakang.
Aku sontak kaget lalu melihatnya menjulurkan tangan.
"Nama kamu siapa? Aku Alwi, waiter".
"Epi kak".
.....
"Kak In, anggotanya cuma segini ya?". Tanyaku pada Indah sambil mengajariku menyiapkan menu.
"Ini masih shift pagi Pi, shift sore masih banyak". Jawabnya.
"Bentar lagi juga datang". Ujarnya lagi sambil melihat jam dibelakang.
Selang beberapa menit, datang lagi seorang perempuan yang katanya menjabat sebagai waiters bersama Alwi.
"Anak baru ya?". Tanya nya dan aku hanya mengangguk pelan.
Dan beberapa menit berikutnya, mulai berdatangan yang lainnya dari arah berbeda.
Reni seorang Head Kitchen atau kepala dapur, Rajab asistennya, dan Novi Diah seorang kasir shift kedua.
"Rame banget kak". Tuturku sedikit berbisik. Indah hanya mengangguk smbil membantuku menyiapkan garnisan.
Aku menekan bel dan satu waiters datang.
"Kita belum kenalan kan? Nama aku Rafika, kamu?".
"Epi kak".
Pandangan Rafika berubah ke arah belakang, ketika seorang laki laki lewat dibelakangnya.
"Itu siapa kak?". Tanyaku ke Indah.
"Evan". Jawabnya singkat.
Tanpa banyak embel embel, laki laki yang disebut Evan itu masuk ke dapur dan segera memasang celemek kerjanya.
"Tiap hari telat ya Van". Sindir Reni.
"Ya maap". Jawabnya santai.
.....
"Itu jangan disituuu". Ketus Evan padaku saat aku mau meletakkan ayam di piring besar.
Aku hanya diam dan melihat kerjanya.
Berkali kali aku disentak laki laki brengsek itu. Aku benar benar ngga suka sama apa yang dia lakuin.
Ketika dia melihatku, mataku melihatnya sinis seperti ada dendam kesumat.
Lo pikir lo doang yang bisa kaya gitu? Cui. Tentu saja ucapku dalam hati.
Setelah berkali kali disentak, Evan memperkenalkan namanya dengan gugup.
"Namanya siapa kak? Aku Evan". Ujarnya tanpa memberi juluran tangan.
Aku cuma tersenyum ketus tanpa berniat memberi tau namaku. Dia melihatku tak terima.
"Kak Ndah, nama dia siapa?". Tanya Evan ke Indah.
"Tanya dong". Pekik Indah pelit.
Evan berdecak kesal dan yang lain tertawa sembari menggoda Evan.
......
Satu jam setelahnya, tepat pukul 4 sore, Manager datang ke outlet kami.
Dia melihatku sambil tersenyum.
"Jadi, namanya Epi ya?".Aku mengangguk. "Iya pak".
"Ngga usah panggil pak, tua banget. Panggil aja Mas". Ujarnya lagi.
"Mas, mas. Modus banget". Sindir Evan.
"Ada yang bening dikit, ngalus". Timpal Indah.
"Biar dong. Sibuk banget ente". Canda Roni sang Manager.
"Jadi Epi pulangnya kemana?". Tanya Roni.
"Ngga tau Mas. Kata Ibu yang interview, di mess cabang 1. Tapi Epi ngga tau tempatnya dimana". Jawabku bingung.
"Yaudah, biar Mas yang antar. Tapi nanti malam ya, Epi lembur dulu hari ini". Tuturnya lembut.
Aku mengiyakan dan hanya mengangguk pasrah walau sebenarnya menggerutu dalam hati.
.....
Jam 9 malam, aku di antar Mas Roni ke Mess dan ngenalin diri lagi ke anak anak yang lain. Untungnya, ngga ada satu orang pun yang julid karena datangnya aku.
Besoknya, aku datang sendiri, jalan kaki. Aku bukan tipe cewe manja yang apapun itu harus merengek, merintih untuk mendapatkan kepuasanku sendiri.
10 vote for next..
KAMU SEDANG MEMBACA
MISSING YOU
Non-Fictionkamu dimana sekarang? aku minta maaf belum bisa menjadi wanita penyabarmu. aku menyesal, pulanglah, aku merindukanmu, Evan.