- Chapter 5 -

68 21 0
                                    

Sementara Xion yang nampak gusar memilih untuk pergi dari pulau Xueyin. Ia bergegas terbang perlahan, menembus kabut putih yang nampak hitam karena gelapnya malam. Biasan cahaya rembulan yang redup membuat Xion terlihat dari dataran.

"Dia memang tak sabaran," ujar Zou sambil menatap Xion yang pergi menjauh dari pulau tersebut.

"Biarkanlah. Toh dia sudah cukup lama tinggal disini. Ayo kita pergi tidur," ucap Zewu sambil berjalan kedalam gua mereka.

Dinginnya malam tak membuat Xion kedinginan. Xion justru dapat menghangatkan kembali tubuhnya karena terlalu lama berdiam diri di pulau Xueyin yang hangat.

"Ah, sudah lama aku tidak menghangatkan tubuhku di udara. Rasanya tubuhku ini kembali lentur," ujarnya sambil meliukkan tubuhnya di udara. "Sedang apa ya mereka?" gumamnya kemudian.

Karena semangatnya, Xion melajukan kecepatannya. Membaur bersama langit yang bertabur bintang, seakan mendukung kepulangannya.

🍀🍀🍀🍀

"Tuan Luez, apa langkah kita selanjutnya?" tanya Gorgor, salah satu panglima dengan tanduk yang menyala.

"Hmm, sementara seperti ini dahulu," jawab Luez dengan santai.

"Tapi, Tuan Luez, apa makhluk yang bernama manusia itu benar-benar sudah hilang dari dunia ini?"

"Apa maksudmu?"

"Maksud saya, dunia ini sangat luas. Pasti ada manusia-manusia yang masih hidup dan berlindung di tempat yang lain."

"Kalau itu yang kau takutkan, baiklah. Bawa pasukanmu dan patroli ke area yang belum dijangkau."

"Baik, Tuan." Gorgor lalu berlalu dari hadapan Luez. Luez termenung, sudah 7 tahun, apa anak dari nephilim itu masih hidup? Kalau iya, maka akan sangat berbahaya bagiku, pikirnya.

🍀🍀🍀🍀

Pagi menyingsing, telihat ufuk timur mulai terang diikuti cahaya matahari yang menjingga. Udara nampak sejuk dan dingin, membuat Iris terbangun.

"Nnggh, sudah pagi," gumam Iris sambil mengucek matanya. Dilihatnya Adara yang masih tertidur pulas disampingnya, dan Levian yang juga masih tertidur di batu esnya yang berasap.

Dengan masih terhuyung, Iris lalu beranjak. Dibukanya pintu dan melihat Caus yang sedang duduk dibawah pohon tempat ia bermain kemarin.

"Paman Caus?" gumamnya. Iris lalu berjalan menghampiri sosok pria bertangan batu tersebut.

Sebuah tepukan di bahu Caus terasa lembut sehingga ia menoleh kebelakang. Dilihatnya sosok Iris dengan wajah yang masih mengantuk menatapnya dengan heran.

"Oh, Iris. Kau sudah bangun?" tanya Caus.

"Paman sedang apa disini?" tanya Iris seraya duduk mengikuti Caus.

"Oh, tidak. Paman hanya sedang menikmati pagi hari saja. Paman Levian dan Bibi Adara belum bangun?"

Iris menggeleng kecil lalu menguap, "Sepertinya mereka kelelahan."

"Mm-hmm," gumam Caus tersenyum kecil.

Xion yang sedang mengapung di udara itu lalu melihat 2 sosok yang berada di bawah pohon rindang, senyumnya pun terulas. "Itu mereka," ujarnya gembira.

Caus yang merasakan keberadaa Xion langsung berdiri dan menatap cakrawala pagi. Terlihat samar-samar dari balik awan tipis, sosok ular dengan sayap terbang mendekati mereka.

Iris yang keheranan pun ikut mendongak, menyipitkan kedua matanya. Pupil Iris membesar tatkala melihat sosok yang dikenalnya dahulu.

"Itu... itu..." gumamnya.

EPIC [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang