"aku boleh masuk kan" tanyaku ragu, ya jujur saja aku belum pernah ke gereja sebelumnya
"boleh dong, tapi kamu kuat iman kan"
aku menatap jeno sinis "ya kuat dong emangnya kamu" jeno hanya tersenyum kecil, senyum jeno itu manis, saking manisnya jadi candu. sehari saja gak liat dia senyum bisa sakit kali akusakit jiwa
"assalamualaikum" lupa, aku serius. aku lupa sedang berada dimana sekarang. "jeno jeno maaf aku lupa beneran"
lagi lagi jeno hanya tersenyum yang memperlihatkan kedua matanya ikut tersenyum
"aku ga ikutan ya kalo tuhan aku marah"sekarang wajahku benar benar terlihat ketakutan dicampur panik, sangat tidak menggoda selera.
"terus gimana dong jeno, aku harus ngapain? apa aku sikap lilin aja, aku atlet sikap lilin soalnya. pas sekolah dasar sih" sekarang jeno tertawa entah aku yang mudah dibohongi atau jeno yang pandai berbohong
ternyata karena aku melawak
sungguh, aku tidak lagi bercanda sekarang lee jeno.
jeno menggenggam tanganku "yaudah ayo masuk, nanti beneran dimarahin kita"
deg
semoga saja jeno tidak mendengarkan detak jantungku ini, karena sangat memalukan
kurasa tidak, ananda bodoh.
dan sekarang aku berada di dalam gereja melihat kesana kemari siapa tau ada yang ganteng, kali ini aku bercanda. karena sesungguhnya yang paling ganteng itu cuma lee jeno seorang.
"nda kamu duduk sini, jangan kemana mana"
"siapa juga yang mau kemana mana, cowo gajelas" batinku, yang benar saja, aku tidak seberani itu
***
"jeno, kamu tadi doa apa" aku bertanya, sebenernya ga perlu tau karena itu urusan dia sama tuhan, tapi mau gimana lagi, rasa penasaranku melampaui batas
"mau tau banget atau mau tau aja"
"ga, gamau tau" balasku
"bagus deh, soalnya kamu gaboleh tau"
sekarang aku sangat kesal, ingin sekali melemparkan sepatu ke wajahnya, tapi dia ganteng gimana dong
"mau pulang" ucapku datar, padahal ingin sekali menghabiskan waktu bersama jeno
"mau jalan jalan dulu ga?" tanyanya
aku bingung, sejujurnya pengen sekali bilang iya tapi mau gimana,kan lagi kesel
"kamu diem berarti jalan-jalan dulu ya"
"yaudah kalo kamu maksa" balasku, padahal jeno tidak memaksa, akunya saja yang mau
***
"wah tempatnya enak banget buat healing" jujur saja, kalau aku sedang stress mungkin akan bermalam disini. tidak juga karena aku penakut
"sini duduk" aku duduk, dan disebelah ada jeno sedang berbaring menikmati angin, aku iri dengan angin. dia bisa menyentuh muka jeno tanpa perlu merasa jantung ingin lepas dari tempatnya
"pengen jadi angin"
"ngapain? nanti aku gabisa meluk kamu dong" jawab jeno. aku malu, bisa bisanya aku mengatakan kata random itu
"peluknya sekarang aja sebelum aku jadi angin"
jeno memelukku, kenapa lelaki ini tidak bisa diajak bercanda yaAllah. sekarang jantungku sudah tidak bisa diselamatkan
selamat tinggal dunia
"kalo bisa minta, aku maunya gini terus."oh aku belum mati
"ini kenapa jantung kamu berdegup kenceng banget nda"
sialan, aku dengan cepat menjauh dari jeno.
jeno tertawa lagi, ni anak ga punya beban apa ya
"nanda, besok ajak aku ke masjid ya. mau minta izin, bolehkah aku yang bukan umatnya mencintai hambanya"
"jeno...."
"jangan dipikirin dulu ya nda, gaboleh sedih. kita harus yakin, bahwa perbedaan tidak bisa menghalangi kita untuk bersama"
semoga.
***
"Assalamualaikum bunda nanda pulang"
gadis kecil yang membuka pintu, terlihat dia sangat senang kakaknya pulang
"bunda mana dek, kok kamu yang bukain pintu"
dia mengabaikan pertanyaanku dan fokus menatap muka jeno
dia mengulurkan tangan mungilnya "kakak ganteng, aku nala" segera jeno membalas uluran tangannya "hai dede cantik, nama kakak jeno"
"acara perkenalan nya udah kan, sekarang masuk aja, jeno kamu mau langsung pulang atau masuk dulu?"
terdengar suara dari dalam rumah "ini apa rame rame, eh nanda ada temennya, masuk dulu yuk. ini belum pada solat ashar kan? solat dulu, gabaik dilewatin"
aku terdiam menatap jeno, sungguh aku tidak tau harus bilang gimana sama bunda
"belum tante, ini mau solat dirumah aja soalnya mama udah nyariin" balas jeno
"oh ya gapapa nanti mama kamu khawatir anak gantengnya belum pulang. kamu hati-hati ya, makasih udah nganterin nanda pulang"
aku menatap kepergian jeno
antara adzan yang berkumandang dan lonceng yang berdentang, antara kiblat yang tentukan arahku pulang dan salib yang membuatmu tenang, antara manisnya syahadat dan dahsyatnya syafaat, antara hitungan tasbih dan kalungan rosario, aku percaya bahwa sujudku dan genggam tanganmu akan bertemu di amin yang sama.
lee jeno, kamu adalah ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan.
~
mohon bijak dalam membaca dan berkomentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thanks for everything, Lee jeno.
Açãountukmu agamamu untukku agamaku lee jeno, kamu adalah ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan.