Part of Life

50 0 0
                                    

Part of Life

By : Desy Rachmawati

 

Cahaya terang itu perlahan meredup.Teriakan histeris mulai memenuhi ruangan. Sorot lampu blitz mengarah tepat pada gadis cantik yang berjalan menuju tengah panggung.Tangan gadis itu tidaklah kosong, dia membawa serta alat musiknya.Decitan hak sepatu yang bergesekan dengan lantai terdengar lirih dalam ruangan ini.Suasana ruangan kembali histeris tatkala gadis itu mulai memainkan alat musiknya.Alunan melodi yang indah seakan membuat suasana riuh menjadi tenang dan damai.Gadis itu terlihat sangat menikmati permainan musiknya.

~ 0 ~

Gesekan lembut biola terdengar merdu di ruangan sederhana ini.Gadis kecil itu masih saja asik memainkan biola kesayangannya.Senja telah berganti menjadi malam.Sayup-sayup terdengar suara jangkrik dan hewan malam lainnya. Seakan terlarut dalam permainannya, gadis kecil ini sama sekali tidak mendengar ketika ada suara yang memanggil namanya berulang kali.

“Cinta!”Teriak seseorang dari luar ruangan itu.Namun gadis kecil bernama Cinta itu masih saja sibuk dengan permainan biolanya.

“Cinta!!”Teriakan itu terdengar semakin keras.Kali ini Cinta mendengar namanya dipanggil.Ia pun segera berlari menuju teriakan yang memanggil namanya. Seorang pria berusia tiga puluhan tengah berkacak pinggang dan menatapnya dengan tatapan kesal dan tajam.Pria itu tampak gagah dan tampan dengan pakaian sederhana yang melekat pada tubuhnya.Gadis yang bernama Cinta itu terlihat takut dengan tatapan yang dilemparkan padanya.

“Apa ayah memanggil Cinta?”Tanya Cinta polos.Menanggapi pertanyaan polos dari putrinya membuat Tegar tak mampu marah padanya.Tegar memang tak mampu marah jika sudah berhadapan dengan putri kecilnya ini.Tegar, sosok ayah muda yang selalu berusaha melindungi dan membahagiakan putri kecilnya.

‘Ya Allah, kenapa aku tak mampu marah kepada anak ini? Mei, anak ini seakan membuatku me……’ Batin Tegar yang tiba-tiba saja terhenti dengan panggilan lirih putrinya.

“Ayah.”Panggil Cinta membuyarkan lamunan Tegar.

“Hm…” Jawab Tegar refleks.

“Kok hm…? Ada apa ayah memanggilku?”Ucap Cinta jengkel dengan jawaban yang keluar dari mulut Tegar.

“Ayah hanya ingin menyuruhmu untuk makan. Jadi ayah minta supaya putri kecil ayah menghentikan permainan biolanya dulu.” Ucap Tegar.

“Oohh” Ucap Cinta mengerti.Tegar mengelus lembut kepala putrinya itu.

“Huft!”Cinta mendengus sebal karena Tegar mengelus kepalanya.Tangan kekar Tegar menuntun putri kecilnya untuk menuju meja makan.Sebelum makan Tegar menyuruh Cinta untuk berdoa terlebih dahulu.Tak ada yang istimewa dengan hidangan yang disajikan, hanya hidangan yang sederhana saja.Akan tetapi entah mengapa Cinta terlihat lahap untuk menikmati hidangannya.Cinta memang selalu makan dengan lahap jika makanan itu dibuat oleh ayahnya.Tegar tersenyum geli melihat putrinya memakan makan malamnya dengan lahap.

“Kenapa ayah tersenyum?”Tanya Cinta sembari menghentikan aktivitasnya.

“Tidak ada apa-apa. Cepat lanjutkan makanmu, lalu setelah itu pergi kekamar, kerjakan PR dan langsung tidur! Ok???!!” Ucap Tegar panjang lebar.Ucapan Tegar hanya dibalas dengan anggukan kepala oleh Cinta.

          Matahari mulai menampakkan cahaya terangnya.Burung-burung mulai berlomba untuk berkicau dengan merdu.Cahaya matahari yang menyinari bumi perlahan masuk ke dalam kamar sederhana melalui celah-celah jendela yang terbuka.Pintu kamar Cinta terbuka perlahan, Tegar berdiri tegap diambang pintu.Matanya menatap kaget mendapati putri kecilnya masih tertidur lelap di kasur empuknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 03, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Part of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang