satu

0 0 0
                                    

2 tahun yang lalu

Tepat ditanggal yang sama dengan hari dan tahun yang berbeda

Aku kehilangan pelangi ku

Tepat 2 tahun yang lalu, diri ku diam ketika semesta mempermainkan ku dengan cara yang begitu kejam

Ah, ternyata sudah 2 tahun Rinjani

"Jani, Aku kembali"

Aku menatap batu nisan Rinjani. Ku bayangkan dia sedang tersenyum dengan gigi gingsul yang terpajang jelas didalam mulutnya. Rinjani, kau tetap menjadi kekasih ku yang paling manis.

Aku mengusap batu nisannya, membayangkan betapa halusnya rambut Rinjani ketika dulu selalu ku usap dengan penuh kelembutan.

"Jani, apa di sana ada orang seganteng aku?"



Ahh, Rinjani tidak menjawab. Malah suara angin dan guntur yang saling bersautan.

"Jani, apakah kain kafan saja tidak membuat mu kedinginan?? Aku membawakan selimut untuk mu"

Sama, tetap diam dan tenang.

Sadar setelah apa yang tadi aku lakukan aku langsung mengusap wajahku kasar. Aku sudah gila sepertinya.

Berbicara dengan batu nisan sendirian dan membawakan selimut beruang kesayangan Rinjani untuk menemani malamnya yang dingin dipemakaman.

Bodoh, benar benar bodoh

Tapi tak apa, biasanya kebodohan yang aku lakukan membuat Rinjani tertawa setiap saat.

Tapi, saat ini apakah Rinjani tertawa atas kebodohan yang malah seperti terlihat gila dimata orang normal???

Drtt drttt

Getaran disaku membuat ku tersadar. Ku ambil ponsel ku yang sudah menampilkan room panggilan Saga-adik terrrbangsat ku, hehe.

"Halo Sag, ada apa?"

"Heh kutil onta, cepet pulang"

Sudah ku bilangkan, Saga adalah adik terbangsat ku

"Cepet pulang, kalo engga pulang bang Mark bakal nyusulin kamu sambil bawa guling dan bantal supaya kamu tidur disana aja bang"

Aku langsung tertawa mendengar suara Saga yang kesal.

"Iya,aku akan pulang, sebentar lagi,2 jam lagi mungkin?"

"...."

Aku mengeryitkan dahi ketika tidak ada balasan dari sana. Ku pikir sambungannya terputus, tapi tidak jadi ketika aku mendengar suara yang lebih menggelegar disana.

"MAMI KATANYA ABANG MAU PULANG DUA JAM LAGI"

"MARK BAWAIN BANTAL DAN GULING KESANA NAK, BIAR DIA TIDUR DISANA AJA"

"APA HARUS PAPI BUAT RESORT DIPEMAKAMAN MI??"

"BUAT AJA PIH BUAT, DUIT MU KAN BANYAK"

"NAH KAU DENGAR ITU BEBAN ORANG TUA, CEPET PULANG SEBELUM KAMAR MU BANG JADI BASECAMP ADU BACOT"

piip

Sialan. Adik laknat memang.

Aku langsung menggeleng, memasukkan kembali ponsel kedalam saku kemeja dan membenarkan selimut beruang yang ku bawa.

"Jani, aku pulang dulu yah"

"Kasian mami takut darah tingginya naik"

"Kasian juga papi, kalo duitnya sampai abis"

"Dan kasian juga bang Mark dan Saga yang harus ribut terus disana"

"Aku pulang dulu yah Jani, selimutnya ku bawa lagi. Takut ada yang ambil selimut kesayangan mu kalo aku tinggalin disini"

Aku mencoba tersenyum meski tak ada jawaban

Rasanya sangat sesak Jani, ketika berbicara sendiri tanpa ada suara yang membalas.

"Gakpapa Jani, aku baik baik aja"

Bahkan baik banget Jani, sampai aku harus tertidur dikantor dan melupakan jam makan ku ketika aku selalu keingat kamu

"Iya Jani, aku ga akan sedih lagi kok"

Paling nangis dipojok dapur, taman belakang sama di pelukan momi

Aku berdiri, melambaikan tangan pada batu nisan Rinjani.

Selamat tinggal Rinjani Ayodya

Aku akan kembali lagi besok

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang