Pagi pagi paijo sudah berangkat ke sawah. Pria lajang berusia 40 tahun. Hidup seorang diri di sebuah perkampungan. Entah kenapa paijo sudah berumur lebih suka hidup sendiri. Banyak cerita bahwa paijo trauma di tinggal pujaannya hatinya menikah dengan pria lain. Bahkan ada yang menggunjingnya tidak ingin hartanya habis di miliki wanita lain. Ada pula yang cerita bahwa paijo orang pemalu dan minder. Hanya karena seorang petani nggak punya harta dan ketampanan. Paijo pria pekerja keras selain bertani dia pun menerima tawaran bekerja sebagai kuli. Karena itu lah membuat paijo berbadan gelap dan minder. Padahal paijo orangnya baik, ramah, tidak jarang banyak orang suka padanya. Tampang tidak begitu rupawan tapi enak di pandang. Berkumis tipis dan jambang yang menawan. Di tambah lagi badannya kekar berotot. Paijo bukan tipe pria pesolek menjaga penampilan. Bau keringet tidaklah mengganggunya tapi selalu tampil rapi. Berkaos singlet dan celana pendek paijo mencangkul sawah.
Menjelang siang terik matahari membakar kulitnya. Paijo menyelesaikan pekerjaannya lalu berteduh di gubuk dekat punden desa (punden adalah sebuah hutan kecil di tengah tengah persawahan yang jauh dari perkampungan). Paijo melepaskan kaos singletnya yang basah dan menggantungkannya agar kering. Paijo tiduran terlentang sambil menghisap cerutunya. Sambil berkipas kipas dengan capingnya.
Rasa lelah dan kantuknya datang seiring angin sepoi sepoi. Di punden paijo tidak sendirian. Ada pemuda desa yang bernama wisnu dan alan. Mereka sedang berburu burung dan binatang lainnya.
Wisnu dan alan asyik berburu tidak melihat adanya paijo sedang tidur di gubuk itu. Mereka datang dari arah berlawanan dan paijo terlentang terhalang pembatas gubuk di belakang nya. Wisnu melihat kanan kiri dan tidak ada orang di sekitarnya. Lalu memeluk alan dan mencium bibirnya. Alan yang juga waspada melihat sekitarnya pun segera membalas apa yang wisnu lakukan. Wisnu dan alan berada tidak jauh dari belakang gubuk agar terhalang pandangan dari orang yang berada di sawah. Karena gubuk posisinya di tepi punden menghadap ke arah persawahan.
Wisnu melepas kaos dan celananya. Begitu juga alan.
Berdua telanjang tanpa takut karena sudah beberapa kali mereka lakukan. Alan berdiri di atas matras yang dibawanya. Wisnu jongkok lalu mengulum kontolnya. Alan mengusap usap kepala wisnu sambil menyodok kan pantatnya. Setelah itu gantian alan mengulum kontol wisnu.
Setelah puas saling mengulum kontol. Wisnu menungging dan alan pun menjilati anusnya.
"Ough yes ...."desah wisnu.
" Arrrgghhh....enak lan....ough...."
Desahan demi desahan terus terdengar dari mulut wisnu.
Paijo yang tidur mendengar suara desahan langsung terbuka matanya. Dia diam sambil mendengarkan suara desahan itu. Memastikan kalo dia tidak salah dengar. Paijo sudah yakin mendengar jelas suara itu dari arah belakang gubuk. Lalu bangun pelan pelan mencoba mengintip sumber suara desahan.
Paijo melihat wisnu dan alan sedang telanjang. Paijo sempat kaget mau menegur tapi di tahannya. Dia masih mengintip apa yang mereka lakukan.
Di lihatnya alan selesai menjilati anus wisnu lalu berdiri. Memegang kontolnya lalu memasukkannya kedalam anusnya.
"Ough ....enak" Wisnu lagi lagi mendesah.
Alan bergaya sedang ngewe menyodok nyodokkan kontolya. Paijo baru tahu bahwa ngewe lewat lobang anus bisa di lakukan. Selama ini paijo hanya ngewe dengan wanita bayaran. Paijo terpancing birahinya. Dia merasakan kontolnya sudah ngaceng melihat adegan itu. Dia membayangkan seperti menjadi alan. Pengen ngewe di lobang anus. Paijo berpikir untuk bergabung dengan mereka.
Alan masih menyodok nyodokkan kontolnya.
Paijo diam diam turun dari gubuk tanpa bersuara. Lalu melepas celana nya dan mendekat ke arah wisnu dan alan.
Dengan telanjang dan kontol yang sudah ngaceng paijo mendekati tempat itu. Wisnu dan alan tidak menyadari kedatangan paijo.
Tiba tiba alan melihatnya lalu mencabutnya dan memberitahu wisnu kalau ada yang datang.
" Eh mas paijo" Kata wisnu
"Aku melu yo....ketoke penak" Kata paijo.
"Eh iya mas. Ojo ngomong sopo sopo yo mas" Kata wisnu.
"Iyo tenang wae nu..." Paijo berjalan mendekati mereka.
Wisnu melihat kontol paijo yang besar sudah ngaceng itu senang. Di raihnya kontol itu di kocok kocoknya lalu di emut. Alan yang diem dan takut telah ketauan aibnya melihat wisnu mengulum kontol paijo. Paijo melihat ke alan lalu memanggilnya dengan kode tangan untuk menyuruhnya mendekat. Alan menuruti perintah paijo. Paijo menyuruh alan untuk mengulum kontolnya juga. Wisnu dan alan saling berebut mengulum kontol paijo yang besar ukurannya.
Paijo menikmati emutan dan jilatan wisnu juga alan. Mereka begitu lihainya memainkan kontolnya. Paijo merem melek mendesah dan juga sekali kali menggoyang goyangkan pinggulnya. Dan juga menyodok yodoknya. Wisnu mengulum kepala kontol, alan menjilati bijinya. Dobel sensasi yang paijo rasakan. Tangan alan meraih pentil paijo yang menonjol terangsang. Di plintir plintirnya. Sedangkan wisnu meraba raba dada dan pusarnya yang di tumbuhi bulu lembutnya. Paijo mengusap usap kepala alan dan juga kepala wisnu. Angin semilir dari luar punden masuk menyejukkan bara nafsu mereka bertiga. Teriknya matahari terhalang daun daun dan cahaya menyilaukan kadang muncul di sela sela dedaunan.
Kontol di emut sambil berdiri dengan kenikmatan yang membuat darah berdesir membuat kaki paijo tidak tahan berdiri. Lalu dia rebahan di alas. Wisnu yang tahu paijo rebahan langsung saja menyerbu pentilnya lalu menjilati dan mengenyotnya. Alan mendapatkan kesempatan memegang kontol besar berurat. Gelap ke coklat coklatan. Jembut yang rindang bak semak semak yang menghalangi permainan mereka bertiga. Alan mengocok ngocok kontol melotot terkagum dan senang mendapatkan kontol besar. Lalu di jilati dan di emutnya dengan buas. Bagai singa sedang kelaparan menemukan daging segar di depan mata. Kontol di emut sambil berdiri dengan kenikmatan yang membuat darah berdesir membuat kaki paijo tidak tahan berdiri. Lalu dia rebahan di alas. Wisnu yang tahu paijo rebahan langsung saja menyerbu pentilnya lalu menjilati dan mengenyotnya. Alan mendapatkan kesempatan memegang kontol besar berurat. Gelap ke coklat coklatan. Jembut yang rindang bak semak semak yang menghalangi permainan mereka bertiga. Alan mengocok ngocok kontol melotot terkagum dan senang mendapatkan kontol besar. Lalu di jilati dan di emutnya dengan buas. Bagai singa sedang kelaparan menemukan daging segar di depan mata. Wisnu yang menyadari hal itu mengurungkan niatnya. Dia kembali menjilati dan mengenyot pentilnya. Lalu wisnu memegang anusnya. Sudah basah oleh jilatan alan. Lalu di pegangnya pula kontol paijo yang juga basah. Lalu di arahkannya ke dalam lobang anusnya.
"Ough ....yeah....mantap mas jo.....ugh arrrrrgghhhh" Desah wisnu.
"Ough" Paijo mulai merasakan kehangatan dan juga kenikmatan kontolnya terjepit daging yang sempit. Wisnu menaik turunkan pantatnya pelan pelan. Sambil bergoyang goyang.... Makin lama makin cepat.
"Ough ough ough" Desah wisnu ngos ngos an naik turun sambil mendesah. Alan yang hanya menonton keasyikan mereka berdua lalu berdiri di hadapan wisnu. Wisnu yang melihat kontol alan di hadapan langsung di emut nya. Paijo tepat di bawah alan yang berdiri sambil di emut kontolnya oleh wisnu lalu memegangi pantat dan meremas remasnya. Kenyal dan montok. Paijo melihat anus alan di tumbuhi jembut di sekitarnya. Lalu di raba rabanya. Di elus elus dan dimainkan jarinya di dalam lobang anus. Alan yang mendapatkan rangsangan itu langsung menungging. Pantatnya tepat di muka paijo. Paijo masih meremas remas pantat sambil memainkan lobang anusnya. Alan dan wisnu saling berciuman. Paijo yang tergenjet pantat alan yang semakin turun kebawah mau tak mau paijo mencium pantat dan lobang anus nya. Paijo tidak mencium adanya bau yang menjijikan lalu menjilati lobang anus alan. Alan mendesah keenakn dalam kebisuan karena berciuman mesra dengan wisnu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gelora Bujang Desa
Randompaijo pria yang suka bekerja keras. pria berumur 40 tahun hidup sendiri sebatang kara. menjadi petani dan juga kuli bangunan. Untuk memenuhi hasrat birahinya paijo lebih suka jajan di tempat pelacuran. Namun suatu hari paijo melihat dan merasakan ha...