01.

11.3K 550 18
                                    


Keluargaku ada
Namun bagaikan tiada.
-Udara Anjasari-

Seorang gadis sedang menatap kedepan melihat pemandangan yang begitu sangat menyayat hatinya, pemandangan dimana sebuah keluarga kecil yang sangatlah bahagia, dapat dia lihat bagaimana bahagianya gadis kecil itu ketika bermain dengan ayahnya. Dia tersenyum kecut mengapa keluarganya tidak perna seperti itu padanya, gadis itu berdiri dari bangku taman yang dia duduki untuk pergi karna dia tidak kuat melihat pemandangan yang sangat menyayat hatinya. Dia bukan benci hanya saja dia tidak sanggup jika terlalu lama melihat pemandangan itu.

Udara Anjasari gadis yang kerap dipanggil dara ini sedang berjalan dia tak tau harus kemana. Raganya memang berjalan namun pikirannya masih berada ditaman itu, dia masih mengingat senyum gadis kecil itu ketika sedang bermain.

"Dara jangan dipikirin napa." Dara memperingati kepada dirinya sendiri sambil penepuk kepalanya. Saat Dara berjalan matanya melihat sebuah cafe yang tak jauh dari tempatnya sekarang, tidak mau ambil pusing udara pun berjalan menujuh cafe itu.

Tringggg

Lonceng berbunyi, menandakan ada seorang pembeli masuk kedalam cafe, yang refleks hampir semua pasang mata menatap namun tidak terlalu lama mereka kembali lagi pada aktivitasnya. Ketika semua pasang mata sudah tidak menatap pembeli itu yang merupakan seorang gadis, ada satu mata lelaki yang menatapnya, dahi lelaki itu mengkerut seolah mengenali gadis itu.

"Lo kenapa ham?" tanya Bisma yang aneh melihat sahabatnya.

"Kayaknya gw kenal cewek itu deh? Tapi siapa ya?" balas Ilham yang berusaha mengingat siapa gadis itu. Alam, Bisma, Kevin pun dengan kompak melihat kearah gadis yang dimaksud, dapat mereka lihat seorang gadis yang duduk sendirian dipojok cafe. Gadis itu sedang menatap keluar yang menyajikan pemandangan jalan raya.

"Oo itu cewekkan emang sekolah ditempat kita," ucap Kevin.

"Oo pantas gw kayak perna lihat dia," balas Bisma mengangguk tanda mengerti.

"Ngapain juga bahas itu cewek gak penting," semuanya mengagguk tanda mengerti dengan perkataan Alam.

"Lo mau kemana lam?" tanya kevin saat melihat alam berdiri dari kursinya.

"Gw mau beli minum."

Alam telah selesai membeli minuman saat Alam ingin kembali menghampiri sahabatnya, Alam tampa sengaja bertabrakan dengan seorang gadis yang mengakibatkan gadis itu basah.

"Lo kalau jalan pakai mata dong! " bentak gadis itu kepada Alam, tampa melihat wajah Alam yang merupakan orang yang menabraknya.

"Dimana-mana jalan pakai kaki, mata ngeliat. Emang lo bodohya!" balas alam sinis. Gadis itu mengangkat kepalanya dia sedikit terkejut saat melihat siapa yang dia bentak, tapi apalah daya nasi sudah jadi bubur dia tidak mungkin meminta maaf bisa diinjak harga dirinya apalagi banyak mata yang menatapnya sekarang.

Lo goblok amat sih dara, mati lo berani banget bentak alam. Batin dara,  gadis yang membetak Alam.

"Bodoh, ayo minta maaf sama gw," Alam sedikit terkejut mendengar perkataan gadis didepannya ini yang tak lain adalah Dara. Alam sempat berpikir gadis ini akan meminta maaf saat tau siapa yang telah dia tabrak tapi ternyata tidak.

"Gw?"

"Iya lo. Minta maaf sama gw,"

"Hahahaha!" Alam tertawa bukan tawa senang melainkan tawa seperti mengejek yang berhasil membuat dara kesal. Tampa pikir panjang Dara langsung mengabil minuman yang berada dimeja tidak jauh darinya lalu langsung menjatuhkannya yang alhasih mengenai sepatu mahal seorang Alam.

"Ups! Gw rasa kita seimbang." Dara mengatakan itu didepan Alam lalu langsung memutar badannya dan berjalan dengan anggun bak seorang model menujuh pintu, semua yang dilakukannya tidak luput dari banyak pandangan mata termasuk Alam yang agak kaget karna ada seorang gadis yang berani terhadapnya.

Gw bakal cari tau tentang lo, mulai saat ini lo harus bersiap-siap jadi mainan gw. Batin Alam sambil tersenyum yang mengerikan, sahabatnya dan semua orang yang melihat senyum itu mengidik ngeri.

Alam Prasatya, lelaki yang memiliki wajah tampan namun tidak bisa ditebak. Alam tidak akan perna melepaskan seseorang yang sudah dia anggap sebagai mainannya. Dan dengan bodohnya Dara membuat masalah dengan Alam, yang akhirnya Dara di tetapkan sebagai permainan Alam.

"Markas." satu kata yang keluar dari bibir alam langsung dituruti oleh Kevin, Bisma, dan Ilham.

Keempat lelaki tampan itu sekarang sedang mengendarai motor sport mereka masing-masing dengan kecepatan yang berada diatas rata-rata sebab jalan yang mereka pilih jalanan yang sepi sehingga mudah untuk mereka jika ingin mengendarai motornya diatas rata-rata.

Sesampainya dimarkas tidak terlalu banyak anggota Astra yang berada disitu sebab ini memang masih siang jadi jarang anggota astra akan datang biasanya mereka datang jika hari sudah mulai sore. Alam dan ketiga sahabatnya menuju keruangan pribadi yang khusus yntuk mereka.

"Gila lam kagum gw sama itu cewek," ucap Bisma mulai pembicaraan.

"Iya lam, baru kali ini ada cewek yang berani sama lo. Biasanya kalau cewek yang lihat lo bawaannya pengen nerkam aja tapi kalau yang tadi beh binggung gw mau bilang apa" sahut Ilham tidak mau kalah menceritakan Dara.

"Itu cewek namanya siapa?" tanya Alam kepada mereka bertiga yang dibalas oleh ketiganya gelengan kepala yang menandakan mereka tidak tau.

"Vin cari informasi tentang itu cewek," Kevin mengangguk sebagai jawaban lalu mulai mencari informasi tentang Dara.

"Mau lo apa'in itu cewek?" tanya Bisma yang dibalas senyuman yang membuat Ilham maupun Bisma mengidik ngeri.

"Liat aja besok,"

"Lam gw udah dapat informasi tentang itu cewek," Alam menoleh melihat kearah Kevin.

"Jadi nama itu cewek Udara Anjasari dia itu murid biasiswa disekolah kita. Udara atau kerab dipanggil dara itu duduk dikelas XIMipa 3. Itu cewek emang gak terkenal dan gw rasa dia bukan dari keluarga kaya" jelas Kevin panjang lebar kepada Alam yang hanya dibalas anggukan oleh Alam.

Disinilah Dara sekarang ditaman, dia sedang duduk dikursi taman sambil mengoceh tak henti-hentinya. Dara merutuki perbuatannya tadi bagaima bisa dia begitu kepada seorang Alam Prasatya yang merupakan ketua geng astra dan juga cucu pemilik sekolah yang memberikan dirinya biasiswa.

"Lo goblok amat dara, ngapain juga lo kayak gitu. Coba aja tadi lo minta maaf kan kelar urusannya, lo goblok dar goblok. Sekarang yang lo bisa hanya pasra kepada tuhan, semoga aja tuhan masih sayang sama lo" Dara memaki dirinya sendiri karna melakukan hal tadi, dia menyesal namun apalah daya sekarang dia hanya bisa pasra saja, memutar waktupun rasanya tidak mungkin.




Bahagia? [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang