kid. ( 18+ ) ✓

Past.

Seokmin 9 tahun belum paham arti cinta. Hanya paham kata 'sayang' yang sering ia dengar dari papa mama nya, juga dari alasan Wonwoo— sang kakak, yang menikahi Mingyu kekasihnya.

Seperti waktu itu ia bertanya, “Kak, mau nikah? Kenapa?”

Pertanyaan sepele yang mampu membuat Wonwoo tertawa. Ia memeluk Seokmin erat lalu mencubit pipinya gemas.

“Karena sayang.”

Hanya itu jawabannya, dan berhenti sampai disitu saja.

Prinsip Seokmin kecil adalah, siapapun yang baik kepadanya berarti menyayangi dirinya. Itu sebabnya ia bersikap baik pada siapapun yang baik kepadanya. Atau mungkin bersikap baik kepada siapapun supaya ia di 'sayang' oleh mereka.

Seokmin mengerti, kalau mereka yang saling sayang akan menikah. Tapi Seokmin tidak mengerti kalau orang yang menikah bisa menghasilkan bayi menggemaskan setelah menunggu lama.

Kata Kak Wonwoo, Joshua nama bayinya. Seokmin senang, berpikir kalau ia punya adik, padahal bukan. Tapi tak apa, masih ada waktu untuk memahaminya.

Semakin besar Joshua, semakin besar pula Seokmin. Dan semakin besar juga keinginan Seokmin untuk menjaga malaikat manis kesayangan Wonwoo itu.

Pernah suatu kali ia sedang bercanda dengan bayi kecil berusia 3 tahun itu. Seokmin memuji-nya, dan bayi itu tersipu malu dan tertawa. Namun, tak sengaja Wonwoo dan Mingyu ribut didepan keduanya, membuat Joshua kecil menangis.

Seokmin tak tega, merasa marah karena 'kesayangannya' menangis. Ia berdiri dan mengangkat bayi itu kedalam gendongannya. Matanya menatap nyalang kearah Kakak dan iparnya itu.

“Jangan bikin Joshua nangis. Kalau mau ribut, dilapangan aja kak. Jadi adu tonjoknya enak.”

Terlalu berani? Jelas. Bagaimana bisa? Begini kejadiannya.

Seokmin waktu itu berusia 10 tahun saat si bayi beranjak semakin besar. Wonwoo menggendong sang bayi karena ia ingin kembali kerumahnya. Seokmin terlihat tak suka. Ia menarik ujung baju Wonwoo, menahannya untuk pergi.

“Kenapa dek?”

“Turunin. Adek kecil punya-ku. Jangan kakak bawa.”

Dulu, Wonwoo hanya tertawa menanggapinya. Layaknya gurauan semasa kecil waktu pertama kali ia melihat Seokmin lahir.

Tapi, siapa yang menyangka, kalau sisi posesif seorang Seokmin bisa berubah menjadi ambisi untuk memiliki si bayi saat besar nanti?