Hari Pertama

26 5 10
                                    

Pukul 5.30, alarm yang berasal dari hpnya berdering. Rara kembali menarik selimutnya hingga ke kepala. Ia menutup telinganya dengan bantal, enggan beranjak dari tempat tidur. Padahal ini adalah hari pertamanya masuk ke sekolah.

 Padahal ini adalah hari pertamanya masuk ke sekolah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"bangun dek", titah Jovan kepada adik bungsunya

"woi lo ga mau sekolah apa?", Jovan meninggikan suaranya ketika melihat adiknya tak kunjung bangun

"bentar lagi kak, 15 menit lagi", suara Rara terdengar serak khas orang baru bangun tidur

"bangun sekarang atau gue ceburin ke bak?"

"WAH, GANGGU BANGET LO". Rara keluar dari selimutnya, kemudian duduk di pinggiran tempat tidur. Matanya menatap Jovan kesal

"buruan mandi, muka lo kaya gembel kalo belum mandi"

" keluar lo ", didorongnya punggung Jovan hingga keluar dari kamarnya

Ah sungguh, Rara masih ingin kembali tidur karena semalam ia habis menyelesaikan kegiatan marathon drakornya hingga pukul 1 pagi.

Duapuluh lima menit kemudian, Rara turun dengan seragam putih abu-abu dengan sebelah tangan menenteng sepasang sepatunya.

" my beautiful princess, nah you've grown so fast dear, sekarang kamu udah SMA aja ". Tifani menangkup pipi sang putri dengan kedua telapak tangannya

"karena Rara udah gede, berarti uang jajan Rara nambah kan, Ma?"

Tifani tersenyum, "iya nanti mama tambahin uang jajannya"

"YASH!!", Rara bersorak bahagia

"kampungan kaya tarzan", sindir Jovan

"sirik lo?!". Sebentar, Ia merasa ada yang kurang...

"kak Doy kemana?"

"Doyyi udah pergi dari tadi, dear. Katanya dia sibuk mau ngurusin siswa baru hari ini", jawab sang papa

"terus Rara berangkat sama siapa?"

"jalan kaki lo, mampus"

"gue timpuk lo ya?!!".

Tifani dan Henri hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua anaknya. Mereka hanya terpaut satu tahun, jadi tidak heran jika mereka lebih banyak bertengkar, daripada akur. Namun di samping itu, Jovan sangat menyayangi adiknya. Henri tersenyum senang, ketiga anaknya sudah mulai besar. Ia sangat menyayangi ketiga anaknya. Begitupun dengan Doyyi, Jovan, dan Rara yang menyayangi Henri sama besarnya. Ayah kandung mereka meningggal ketika mereka masih sangat kecil. Kemudian, Henri datang memberikan segenap kasih sayangnya kepada Doyyi, Jovan, dan Rara. Henri tidak pernah menganggap mereka anak tiri. Baginya, mereka seperti anak kandungnya sendiri. Hanya saja nama keluarga Abimana masih melekat dibalik nama ketiga anaknya. Karena Tifani merasa ia harus menghargai mendiang Tony Prasetya Abimana sebagai ayah kandung mereka

Missing Part of My MelodyWhere stories live. Discover now