𝐉imin menyerah, setalah berusaha membujuk ku agar mau kembali berbicara dengannya,dia memutuskan untuk pulang . Aku bersyukur karena saat itu kedua orang tuaku memiliki urusan, sehingga mereka tidak ada di rumah. Dengan begitu mereka tidak akan tau permasalahan apa yang sedang terjadi.
Dan saat ini aku tengah fokus mengemasi semua barang yang berkaitan dengan jimin.
Sejenak ku pandangi potret pasangan yang terlihat tengah tersenyum bahagia, awalnya foto itu sengaja ku pajang tepat di samping tempat tidur. Namun saat ini, semua itu akan berpindah tempat, aku akan membuang semuanya.
Kurasa menangis untuk saat ini tidak lagi berguna. Semua tidak akan menjadi lebih baik.
Setelah membuang semua kenangan jimin. Aku segera masuk kembali ke dalam kamarku. Sebelum kurasakan tarikan pelan pada pergelangan tanganku.
"Kita harus bicara, ku mohon. Sekali saja dengarkan aku"
Kutolehkan pandanganku,namun yang ada hanya tatapan kosong. Aku sama sekali tidak dapat berfikir harus melakukan apa.
"Ku rasa tidak ada yang harus kita bicarakan, aku juga sudah mengetahui semuanya" Tuturku sembari melepas tangannya.
"Kau hanya melihat nya, kau tidak mengerti keadaan saat itu wheeinah! " Dia mulai geram karena aku tak mau mendengar nya.
"Yongsun eonni, apa yang tidak ku mengerti? ".
"Malam itu aku dan jimin tidak mempunyai niat un.. "
Aku memotong perkataan nya sebelum dia selesai berbicara.
"Untuk apa? Ha? Untuk melakukan nya di sana? Kalian berfikir melakukan di tempat lain. Atau kau ingin mengatakan seberapa puasnya kau menghabiskan malam bersama kekasih ku? " Aku tetap mengucap semuanya dengan tenang. Namun sorot mataku menyiratkan kekecewaan.
"YA Han Wheein jaga ucapan mu, aku adalah kakakmu. Jadi bersikap lah seharusnya. " Dia menjawab dengan kilatan emosi .
Aku tersenyum miring.
"Jika kau adalah kakakku maka, bersikap lah seperti seorang kakak!! Kau bahkan sudah menyakiti ku. Dan kau berharap aku menghormati mu? Kau sangat menjijikkan!!"
PLAKK
Dia menamparku. Sangat sakit, hingga aku hampir meneteskan air mata. Namun jika aku menangis aku akan terlihat lemah, dan aku tidak mau dia berfikir seperti itu.
"Bagus jika kau menampar ku eonni. Setidaknya dengan ini aku tersadar, selama ini aku sudah banyak kau bohongi" Aku berlalu, pergi menuju pintu kamar yang berjarak empat langkah dari tempat semula.
Sedangkan dia masih terpaku ditempatnya. Terlihat dia meneteskan air mata, namun aku memilih acuh dan tidak perduli.
Setelah menutup pintu dan menguncinya, disaat ini lah aku baru mengeluarkan air mataku. Aku menangis dalam diam. Sekarang semuanya sempurna, hubungan ku dengan jimin hancur begitupun hubungan ku dengan yongsun eonni.
---
01.00
Malam yang seharusnya ku gunakan untuk beristirahat dan menenangkan diri kini sudah hilang. Dan sekarang ini aku tengah berada di antara kerumunan orang yang gila karena sudah setangah sadar.
Jika bukan karena mendapat telfon yang mengakatan jika hyejin saat ini tengah mabuk berat aku tidak akan merepotkan diri hanya untuk pergi ke tempat yang sangat aku hindari itu.
Ditambah lagi aku tidak terlalu menyukai bau minuman yang menusuk hidung, dan musik yang dimainkan sangat tidak enak didengar menurut ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐞𝐧𝐬𝐞 𝐨𝐟 𝐭𝐡𝐞 𝐄𝐧𝐝𝐢𝐧𝐠
Fanfiction𝐉𝐢𝐤𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐡𝐢𝐚𝐧𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐚𝐤𝐚 𝐤𝐞𝐩𝐞𝐫𝐜𝐚𝐲𝐚𝐚𝐧 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐡 𝐩𝐞𝐫𝐠𝐢. "Kau tak ingin membalas jimin, aku bisa membantu mu nona, dengan melewati satu malam dengan ku"~taehyung. Tak seharusnya Han wheein te...