Prolog

862 72 4
                                    

WHAT'S UP?!

WELCOME TO G2N AREA!

HAPPY READING!


        Dini hari, ketika orang-orang masih mendengkur di dalam selimut, saat daun masih dilumas embun dan jalan masih dirajam senyap, tiga orang pria yang kini berstatus seorang Ayah—atau Ibu, entahlah tidak jelas status mereka ini—telah sibuk pada kegiatan masing-masing.

Dalam satu ruangan yang kini tengah dihiasi oleh kain berwarna abu-abu yang ditempel pada dinding, lalu beberapa lighting yang menyorot sebuah sofa panjang berwarna hitam yang diletakkan ditengah-tengah ruangan. Kemudian sebuah handycam kecil yang diletakkan pada penyangga yang berada tepat di depan sofa itu sedang diatur oleh salah satu pria yang memiliki anting pada masing-masing telinganya.

"Win, kameranya udah siap, belum?" Pria putih berparas manis yang tengah berkaca untuk membenarkan pakaiannya itu sedikit berteriak kepada sahabatnya yang tengah membenarkan letak kamera tersebut.

"Sabar, anjing! Susah ini ngaturnya." Dia Gawin, seseorang yang sedari tadi sibuk dengan kameranya.

Tiba-tiba dari arah belakang, seseorang menepuk keras kepala Gawin hingga pria itu meringis kesakitan. Itu Gulf, pria yang sedari tadi mondar-mandir untuk menempatkan cahaya yang sesuai dan dekor ala kadarnya di atas meja depan sofa.

"Goblok! Bilang aja lu ngga bisa." Gulf merebut kamera dari tangan Gawin dan mulai mengaturnya sendiri.

"Sakit anjing. Gelut sini lu!" Gawin mengusap belakang kepalanya yang terkena tamparan dari Gulf.

"Ayo! Emang gue takut sama lu gitu?!" Gulf tentu saja meladeni Gawin. Dasarnya dia adalah orang yang mudah tersulut emosinya.

Dia menaruh kameranya di atas meja dan tiba-tiba saja, Gulf langsung menarik kerah Gawin dengan cepat. Keduanya saling menatap, memancarkan kilatan amarah pada mata masing-masing.

"Gue juga ngga takut sama lu, bangsat!" Gawin ikut mencengkram kerah Gulf dengan kuat. Keduanya tidak ada yang mau mengalah. Hingga akhirnya New harus turun tangan untuk memisahkan mereka berdua.

Dia memutar bola matanya, kesal. Tidak heran lagi jika setiap hari Gawin dan Gulf selalu bertengkar. Ini adalah makanan sehari-harinya. Ia juga nantinya yang akan memisahkan mereka berdua. New berjalan mendekati mereka. Dia menyusup di antara keduanya, memisahkan Gawin dan Gulf hingga cengkraman kerah mereka berdua terlepas.

"Stop! Kalian kenapa sih? Dikit-dikit tengkar, dikit-dikit gelut. Pusing gue ngurus kalian berdua. Berasa punya anak kembar anjir!" New memandang mereka secara bergantian.

Nafas mereka tersengal, walau tidak ada adu pukul antar mereka, tetap saja hal ini menguras tenaga. Gulf masih saja memancarkan api amarahnya, sedangkan Gawin bersikap tidak peduli walau dia juga masih marah.

"Dia duluan yang ngajak gelud gue!" Gulf menunjuk Gawin dengan dagunya. Kedua tangannya terlipat di depan dada sambil memandang acuh Gawin.

Pria itu tidak terima disalahkan. Gawin hampir saja maju untuk menyerang Gulf lagi sebelum New menghentikan langkahnya. Tangannya mengepal kuat, menatap Gulf dengan pandangan sengit. Walau begitu, Gulf dan Gawin adalah sahabat dekat. Mereka memang sering berkelahi namun hal ini adalah pemanis dalam hubungan mereka. Namun mungkin jika tidak ada New, Gulf dan Gawin akan menjadi musuh selamanya. New juga memiliki peran penting sebagai penengah di antara mereka, karena ia adalah seorang yang paling sabar.

"Udah, Win! Jangan kayak anak kecil lu, ah! Malu sama anak-anak lu yang udah selusin!" New beralih menatap Gulf. Dia memberikan tatapan paling mematikan kepada Gulf, namun sebenarnya ia malah terkesan imut. "—Lu juga, Gup. Jangan ladenin si Gawin kalo diajak gelut. Malu, Gup. Malu sama suami sama anak-anak lu."

New benar-benar terlihat seperti Ibu bagi mereka berdua. Dia menarik salah satu tangan Gawin dan Gulf secara bersamaan, lalu menyatukan tangan mereka sebagai tanda berdamai. Dia tersenyum, menatap mereka berdua secara bergantian dan berkata, "Nah, gini kan enak dilihatnya. Kalian maaf-maafan dulu, baru lanjut buat videonya."

Gulf dan Gawin mengangguk secara bersamaan. Walau dengan sedikit berat hati, mereka kembali berbaikan. Tangan mereka masih bertaut ketika New belum juga melepas pandangan dari mereka. Namun ketika New sudah beralih menuju kamera yang tergeletak di meja, Gawin dan Gulf secara cepat melepas tautan tangan mereka. Keduanya sama-sama mengusap tangan mereka masing-masing pada baju mereka sendiri.

"Najis gue megang tangan lu," gumam Gawin sambil menepukkan tangannya pada celana yang ia pakai.

"Harus mandi kembang tujuh rupa gue, habis megang tangan lu. Banyak virus sama setannya," balas Gulf tak kalah sengit.

"Bacot lu, maju lu sin—"

"Gawin! Gupi!" New berteriak kencang, seolah memberi peringatan kepada mereka berdua.

Dalam hati ia sedikit terkekeh melihat Gawin dan Gulf yang cukup menurut padanya. New mendudukkan dirinya di atas sofa. Dia menepuk bagian sisi kanan dan kiri untuk mengisyaratkan Gawin dan Gulf duduk disebelahnya. Dan benar saja, keduanya menurut. Mereka mendudukkan diri di samping New.

"Ayo, kita mulai bercerita!" New bersorak senang ketika kamera mulai merekam ketiganya yang duduk di sofa.

BERLANJUT...

The Story of Married CouplesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang