Blossom

200 25 3
                                    

Rasa panas yang menusuk lehernya membuatnya sedikit pusing. Entahlah, rasanya aneh sekali akhir-akhir ini dia sering sekali merasakan sensasi yang sama, tetapi dalam intensitas yang berbeda tiap kali ini terjadi. Ia berusaha mendeham kecil, barangkali usahanya itu berhasil meringankan entah apapun yang tenggorokannya sedang alami. Ia cukup yakin yang ia alami ini bukanlah sekedar panas dalam biasa, karena itu ia sudah beberapa kali mencoba mencari tahu, membuka beberapa situs demi situs untuk mencoba mendapatkan jawaban yang ia inginkan. Banyak dari situs malah menampilkan jawaban yang konyol, tapi kali inipun, Yoohyeon masih mencoba mencari tahu lewat handphone miliknya.

"Kanker tenggorokan, konon." Yoohyeon mendecak kecil begitu melihat hasil yang ia lihat untuk kesekian kalinya. Dia memang merasa ini lebih parah dari panas dalam biasa, tapi tentu saja tidak sampai separah yang situs ini katakan. Kepalanya semakin merasa pusing, ini sangat tidak membantu apapun. Hari ini sedang tidak ada siapapun di rumah, ia tidak bisa meminta tolong pada siapapun. Dengan lunglai dia berusaha berjalan menuju kabinet obat yang ada di kamar mandi. Sesekali ia harus berpegangan pada sesuatu untuk menjaga keseimbangannya.

Sebenarnya, ada satu lagi penyakit yang ia dapat dari satu situs, pft, percayalah, itu lebih tidak masuk akal daripada punya kanker tenggorokan. Yah, setidaknya itulah yang Yoohyeon pikirkan sampai rasa panas yang ia rasakan semakin menjadi. Ia menyipitkan matanya begitu ia merasakan sesak di tenggorokannya. Sesuatu di tenggorokannya memaksa Yoohyeon untuk mendorongnya keluar. Ia segera menghampiri wastafel, mengurungkan niatnya untuk mengambil obat. Batuknya cukup keras, cukup keras untuk memuntahkan keluar sesuatu dari mulutnya. Napasnya tersenggal begitu berhasil mengeluarkan entah apapun yang dari tadi menyiksanya. Butuh waktu beberapa detik bagi Yoohyeon untuk memproses hal yang baru saja terjadi.

Yoohyeon menyeka mulutnya dengan punggung tangannya. Alisnya mengerut, matanya buru-buru melirik cermin yang ada di depannya. Bekas darah yang keluar dari mulutnya masih terlihat cukup jelas mengotori pakaiannya. Tidak, bukan darah merah yang membuatnya terkejut. Masih tanpa melepaskan pandangannya dari cermin, tangannya meraih kelopak bunga daffodil dengan noda merah yang menempel di bajunya.

Ternyata ini memang terjadi padanya.

...

Kini Yoohyeon sedang duduk mendengarkan penjelasan dari dokter yang berada di depannya. Entahlah, ia juga tidak yakin dengan keseluruhan penjelasan yang dokternya ucapkan sedari tadi. Setidaknya, ia fokusnya telah kembali saat dokter itu melayangkan pertanyaannya. "Apa anda tau siapa orangnya?"

Yoohyeon mengedipkan matanya. Tatapan Yoohyeon beralih menoleh pulpen yang ada di sampingnya. "Iya, dok." Mungkin. Kini otaknya malah memikirkan wajah dari orang yang dimaksud. Wajah yang hampir setiap hari ia temui, dan pada tiap harinya selalu menjadi alasannya untuk tersenyum. Bukannya ia tidak yakin dengan siapa orangnya, hanya saja, ia tidak yakin kalau ini akan jadi kabar baik bagi dirinya, bagi dia, dan bagi masa depan grupnya.

Dokter tersebut mendekat, mencondongkan tubuhnya dan menatap Yoohyeon lebih serius. "Ini Hanahaki disease. Saya menyarankan Anda untuk operasi jika memang mbaknya tidak yakin."

"Saya penyanyi, apa operasinya bakal mempengaruhi vokal saya, Dok?"

Tentu saja Yoohyeon sudah mengetahui efek samping lain dari operasi pengangkatan bunga di paru-parunya ini. Setidaknya, melalui fanfiksi yang ia baca, perasaannya, emosinya, dan rasa 'berbunga' ketika berinteraksi dengannya akan lenyap begitu saja.

"Mungkin beberapa waktu pasca operasi akan ada efek samping mudah merasa lelah, selain itu, kami akan usahakan tidak ada yang terjadi."

Operasi. Yoohyeon hanya terdiam. Kepalanya kini sedang memikirkan segala scenario yang mungkin terjadi. Tentu saja ia sudah mencoba mencari tahu tentang Hanahaki ini. Penyakit konyol yang ia ketahui melalui salah satu fanfiction koleksinya. Jujur saja, ia cukup tidak menyangka jika suatu saat dirinya akan mengalami hal ini secara langsung. Yah, walaupun dia sendiri sudah cukup sadar dengan petunjuk-petunjuk kecil dari reaksinya setiap kali Yoohyeon berinteraksi dengannya. Ia pikir, yang ia rasakan hanyalah sekedar rasa suka yang cepat atau lambat akan segera berlalu. Kelopak bunga daffodil yang kini tumbuh di paru-parunya berkata bahwa ia jatuh cinta padanya.

BlossomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang