Bayangan dan mimpi itu lagi, mengingatkan Kyra pada seseorang yang pernah mengecewakannya. Namun seseorang itu harus meninggalkan Kyra karena situasi, memaksanya pergi ke negeri jauh yang kemungkinan tak akan kembali. Tentu ia tak bisa terus menunggunya, ia harus bertahan hidup. Namun, ia menjadi takut dengan kata 'cinta' yang membuatnya merasakan suka duka yang luar biasa.
Kehadiran sosok baru, membuat ia tersadar. Sosok itu mengobati luka hatinya meskipun tetap membekas.
Tetapi, semua tak semulus itu. Disaat ia ingin kembali merasakan cinta, pikirannya membawa ia kesebuah skenario masa lalu. Kyra hanya mengikuti takdir yang sudah tertulis, berharap agar tuhan pasti mengerti apa yang terbaik untuknya.
Kyra terbangun dengan air yang menggenang dimatanya.
Menghela nafas dan mengusap air matanya, "Sial, dia lagi." lirihnya.
Terhitung sudah dua bulan semenjak kejadian itu, kejadian dimana mantan kekasihnya yang harus pergi meninggalkannya ke Jerman. Bagaimana mungkin Kyra harus menunggunya tanpa ada kepastian kapan untuk kembali, bahkan mungkin tidak akan kembali.
Mengusap wajahnya, Kyra mencoba menghilangkan bayangan mimpi tadi.
Ia beranjak dari kasur dan berjalan menuju balkon kamarnya, menikmati udara segar pagi hari dari sana.Meskipun berada di komplek perumahan, namun ke asriannya tetap terjaga. Tidak lama Kyra menikmati suasana pagi, ia merasakan aura negatif yang sedari tadi memperhatikannya. Yang benar saja Haechan Mahendra, teman sedari kecil Kayra sekaligus tetangganya ini berdiri di balkon kamar yang memang kebetulan bersebelahan dengan kamar Kyra, sembari membawa secangkir kopi ditangannya.
"Pagiii nyaiii." sapa Haechan dengan senyum menggembang.
Mungkin Kyra salah mengatakan perumahan ini masih terjaga keasriannya, bukti nyata manusia yang barusan menyapanya ini adalah salah satu polusi.
"Tumben banget lu bangun jam segini, semalem ga salah makan kan lu?"
Haechan berdecak, "Nista banget gue dimata lu. Hari pertama jadi maba bego, emosi mulu sih lu. Pikun kan tuh, cepet tua lu."
Memejamkan mata, Kyra menahan emosi yang memang mudah tersulut. Tetapi sekian detik kemudian ia menyadari perkataan Haechan barusan.
"Lah iye! gue mandi dulu. Nanti gue nebeng, awas lu tinggal!"
"Idih, males bang-" ucapan Haechan terpotong oleh pelototan mata Kyra ditambah tangannya yang kini membawa sapu.
"Iye udah cepet!, nungguin lu mandi berasa nungguin emak gue milih baju tau ga!" sebal Haechan.
"Gak! alay lu!" membalas ucapan Haechan singkat, kemudian bergegas menuju kamar mandinya.
.,.
Menghela nafasnya, Kyra beranjak turun dari motor. Dalam hati ia menyumpah serapahi Haechan yang hampir saja membuatnya terlambat di hari pertama menjadi mahasiswa baru. Bagaimana tidak, jika ternyata yang membuatnya hampir terlambat adalah Haechan sendiri yang mandi lebih lama. Alhasil Kyra lah yang harus menunggu, belum lagi motornya yang lupa ia isi bensin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCUS'
Fanfiction"Maaf, aku pamit" Usahanya melupakan masa lalu hingga ia trauma dengan yang namanya cinta. Namun sialnya, ia bertemu lelaki yang membuat hatinya berhasil terbuka kembali. Tetapi, apakah Kyra yakin lelaki itu tidak membuatnya merasakan kembali kelamn...