Klandestin

549 66 24
                                    

JAEYONG COUPLE

.

E

N

J

O

Y

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sial. Aku jadi sedikit basah karena tiba-tiba saja hujan sehingga aku terpaksa mampir ke kafe dekat kampus untuk berteduh. Aku membuka pintu kafe dan melihat hanya ada beberapa pengunjung. Tumben tidak terlalu ramai. Aku pun masuk dan berjalan ke arah meja yang terletak di sudut kanan belakang. Aku pun duduk dan tak lama kemudian pelayan perempuan menghampiriku.

"Ingin pesan apa, Tuan?"

"Cokelat hangatnya satu." Jawabku. Ia pun mencatat pesananku kemudian meninggalkan meja. Aku membuka tasku dan mengeluarkan laptop. Sebenarnya ini tugas kelompok yang akan dikerjakan di rumah temanku—Winwin—sore ini namun berhubung ini hujan dan aku tidak ada kendaraan—mobilku sedang di bengkel sehingga aku harus menggunakan kendaraan umum untuk sementara—jadi daripada menunggu kendaraan umum sedangkan gerimis mulai menjadi hujan, lebih baik aku berteduh dahulu dan mengerjakan tugas bagianku.

Aku menyalakan laptopku lalu mulai mengerjakan tugas.

"Pesanan Anda, Tuan. Selamat menikmati."

Aku pun mengangguk ketika pelayan tersebut membungkuk. Kuhirup aroma cokelat hangat tersebut. Di saat hujan seperti ini, cokelat hangat memang minuman terbaik untuk menemani. Aku pun sesekali menyesap cokelat hangatku sembari mengetik.

Aku membunyikan jari-jariku setelah dirasa sudah lumayan lama berkutat pada ketikan. Aku melirik arlojiku yang ternyata sudah menunjukkan pukul lima sore yang berarti sudah setengah jam lamanya aku mengetik. Aku menyimpan berkas tugasku lalu mematikan laptop. Aku menyandarkan punggungku pada kursi lalu mengambil cokelat hangatku yang sudah mulai mendingin karena kuanggurkan. Mataku menatap ke arah jendela yang diselimuti oleh embun dan ternyata sudah mulai gerimis lagi. Aku pun mengalihkan pandanganku dan kini mataku menangkap sosok seperti—malaikat? Aku mengerjapkan mataku beberapa kali. Ah. Manusia juga. Auranya terlalu memesona, kalau boleh jujur.

Ia duduk di seberangku, berjarak dua meja dariku. Aku dapat melihat jelas profil sampingnya yang sedang menatap ke luar jendela. Aku dapat melihat pahatan sempurna wajahnya. Rambut dan kulitnya putih, Hidung bangir, bulu mata yang lentik, bibir tipis berwarna merah alami dan garis rahang yang tajam. Dari samping saja ia sudah terlihat amat rupawan.

Mengapa ada orang yang begitu sempurna hanya dengan dilihat dari samping?

Aku tidak tahu mengapa tetapi yang kutahu, ia telah berhasil menyita atensiku. Aku pun menaruh gelasku dan duduk tegak dengan bertopang dagu. Mataku seakan tidak ingin lepas darinya. Bahkan kupikir, dirinya lebih indah dari apa pun. Mungkin ini memang sedikit berlebihan tapi inilah kenyataannya. Seperti tidak ada cacat pada dirinya.

KlandestinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang