prolog

35 4 11
                                    

"Ting, lo beneran gak ada rasa suka sedikitpun sama gue?" tanya lelaki berkaos hitam itu. Sedangkan perempuan yang diajaknya berbicara, hanya diam saja seolah tak mendengar apa-apa.

"Ting,"

"Keriting!"

"Apa sih! Teriak-teriak kek tarzan,"

"Ck. Gue tanya, lo gak ada rasa suka sedikitpun gitu sama gue? Dikit gitu?" beo lelaki itu.

"Nggak. Emang napa si? Itu mulu yang lo tanyain," sahut perempuan bernama lengkap Arini Asfalia, tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang sedari tadi ia dibaca.

"Ya...kali aja lo suka sama gue, tapi gengsi yang mau bilang,"

Arini menatap lelaki didepannya ini dengan wajah datarnya. "Ha ha ha, gila kali gue suka sama cowok macam lo." katanya, kemudian menghadap bukunya lagi.

"Emangnya kenapa? Gue tajir, ganteng, maco--"

"Tapi bego. Maaf ya tipe cowok idaman gue itu, yang terpenting pinter." sela Arini tetap pada bukunya.

Kemudian Arini tersadar sesuatu, dan menoleh kepada lelaki didepannya itu dengan senyuman jahil.

"Emang kenapa lo nanya begituan? Suka sama gue ya? Ngaku lo. Emang ya, jadi cewek cakep plus pinter itu banyak yang naksir. Sampai sahabat burik sendiri ikut naksir," lanjut Arini panjang lebar seraya mengibaskan rambut keritingnya.

"Heh siapa yang lo katain burik?!"

"Sahabat gue kok,"

"Sahabat yang mana?"

"Sahabat gue yang bernama Arsatha Hardigana itu loh,"

"Oh dia,"

Lalu detik berikutnya, "lah itu 'kan nama gue keriting!" geram lelaki bernama Satha itu, seraya menyumpal mulut Arini dengan gumpalan tisu bekas.

Perempuan berambut keriting itu sontak membuang tisu sembarangan arah. "Ihh ini 'kan bekas ingus lo!" kemudian ia berlari ke arah kamar mandi.

"Ha ha ha, makan tuh ingus gue! Nikmat 'kan,"

Arini kembali dari kamar mandi dengan wajah masamnya. Ia duduk sedikit jauh dari Satha. Sudah bisa dipastikan, kalau ia masih kesal dengan Satha.

"Ting, sinian elah. Jauh amat lo duduknya," Satha bergeser untuk duduk lebih dekat dengan Arini, namun Arini kembali bergeser menjauh.

Satha kembali bergeser mendekat dan Arini terus menjauh. Jadilah mereka bermain geser-geseran, hingga Arini hampir terjatuh saat di ujung sofa. Untung saja ada Satha yang sigap menahan lengan Arini.

"Lo masih ngambek sama gue Ting? Maapkan ya?" mohon Satha yang masih setia memegang lengan Arini.

Gadis itu menepis tangan Satha. "Lagian lo nyumpelin tisu bekas ingus lo ke mulut gue. Jijik tau,"

"Iya maapin gue ya, nanti gue beliin sate deh," Arini berpikir sejenak, mendengar tawaran Satha. Kemudian ia mengangguk.

"Oke, tapi lo janji beliin gue sate ya?"

"Iya janji."

"Ya udah yuk kita beli sekarang," ajak Arini, Satha mengangguk kemudian meraih jaketnya.

"Yuk,"

Baru saja turun dari motor Satha, Arini langsung menghampiri gerobak sate yang ada di pinggir jalan dan memesan 2 porsi.

"Pak satenya 2 porsi,"

"Siap Neng,"

"Ting," panggil Satha membuat Arini menoleh kepadanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Choosing CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang