SORRY FOR TYPO
ENJOY IT.
.
.
.
"Papi sama Mami jangan bercanda deh, Lala nggak suka ya."
"Siapa yang bercanda sih La? Papi serius tau." Lala menghela napas lelah.
"Sekarang udah nggak jaman yang namanya perjodohan Papi, lagipula Lala bisa kok cari sendiri nggak perlu Papi cariin."
"Iya Papi tau Lala bisa cari sendiri tapi, sebelumnya kamu harus tau. Dulu waktu kamu masih umur 5 tahun Papi pernah hampir di bunuh sama seseorang. Kamu tau sendiri kan gimana kejamnya dunia bisnis? Nah, waktu itu papi baru aja menangin tender dan papi yang kebetulan mau ketemu sama direktur perusahaan lain tiba-tiba di serang tapi entah gimana ceritanya direktur perusahaan itu nyelametin papi dan berakhir sama dia yang kena luka tusuk tepat di jantungnya." Suho menghela napas, ia merasa sedih jika harus mengingat kejadian itu. Ia harus kehilangan rekan sekaligus teman yang sering mensuportnya.
"Papi nggak tau harus gimana waktu itu, papi coba buat bawa dia ke rumah sakit tapi nggak sempet dia cuma bilang ke papi tolong jaga anak bungsunya, dia masih butuh kasih sayang seorang ayah." Irene menggenggam tangan Suho, berniat menguatkan.
"Maka dari itu, Mami dan Papi berniat menjodohkan kalian."
"Ta-tapi Lala kan nggak kenal sama dia." Irene tersenyum.
"Kamu kenal kok, dia salah satu temennya Abang."
"Hah? Temen Abang?" Irene mengangguk.
"Iya temennya Abang."
.
.
.
Lala menatap tak percaya pada seseorang didepannya. Pemuda tinggi berperawakan tegap dengan garis wajah dingin keturunan dewa yunani yang sayangnya sangat menyebalkan bagi Lala ya, dialah Lee Jeno. Kakak tingkat Lala sekaligus most wanted universitasnya juga teman Abang nya semasa SMP dan SMA dulu.
"Jadi gimana La? Setujukan kalo dijodohin sama anak Tante?"
"Eh? Em,,, kalo Lala sih tergantung sama Kak Jeno aja Tan." Lala tersenyum canggung, barusan dia ngomong apaan anjir? Dia natap Jeno ngasih isyarat supaya Jeno nolak.
"Jeno setuju kok Ma." WHAT THE HECK? Demi apa Jeno setuju, Lala natep Jeno cengo yang dibales senyum sama Jeno. EH? Tunggu dulu Jeno senyum? Mimpi apa Lala semalem liat kating yang biasanya kayak kulkas sekarang senyum manis gitu?
Tuh mana senyumnya manis adem gemesin gimana gitu. Lala jadi lucu liatnya, pengen nguyel-uyel.
"Oke karena mereka udah setuju jadi pertunangan kalian akan dilaksanain 2 minggu lagi." Ucap Suho, dia seneng Lala setuju buat di jodohin. Suho nggak was-was buat ngelepas Lala ke Jeno dia malah percaya karena suho sendiri udah tau gimana orangnya Jeno itu.
"Bagus lebih cepat lebih baik." Timpal Irene.
#_#
"MAMI, PAPI JAEMIN PULANG." Teriak Jaemin dari pintu depan. Kampret emang si Jaemin masih pagi udah teriak-teriak.
"YA AMPUN SAYANGNYA MAMI UDAH PULANG." Hmm nggak anak nggak emak sama aja ternyata.
"Kalian apaan sih masih pagi, nggak enak didengerin tetangga." Adem syudah kalo Papi Suho yang ngomong. Jaemin melepaskan pelukan Irene. Dia nyengir.
"Oh ya Lala mana? Kok nggak keliatan."
"Kayak kamu nggak tau adek kamu aja sih Bang, ini kan libur." Jawab Suho dengan koran paginya.
"Bangunin gih Bang."
"Oke Mi." Jaemin berjalan menuju kamar Lala yang terpasang kertas bertuliskan.
DANGER!!! ANDA MEMASUKI KAWASAN SINGA GALAK. DILARANG MASUK KALO ENGGAK PENTING.
Jaemin tersenyum kemudian melangkah masuk. Jaemin menatap Lala yang bergelung dengan selimut pinknya. Jaemin naik ke ranjang kemudian berbaring di samping Lala. Ia memperhatikan wajah damai adiknya. Ia meniup-niup wajah Lala yang membuatnya terusik.
"Abang jangan gangguin ih, Lala masih ngantuk nih." Jaemin terkekeh.
'Masih inget ternyata.' Batin Jaemin.
"Bangun, masa Abang pulang kamu tidur mulu."
"Bodo." Lala membelakangi Jaemin, ia menarik selimut hingga kepalanya.
'Bentar deh, kan Bang Jaemin masih di Surabaya? Terus ini siapa dong?' dengan cepat Lala menyingkap selimutnya kemudian berbalik.
"AAAA,,, ABANG, LALA KANGEN." Lala memeluk Jaemin erat. Jaemin yang mendapat serangan hanya tertawa kecil.
"Hahaha kamu ini, udah mau jadi istri orang juga masih aja suka ngebo. Kasian suami kamu ntar punya istri tukang tidur." Lala melepaskan pelukannya, ia mendengus sebal.
"Ya bodoamat, Abang kapan dateng nya?"
"Baru aja sampe, udah sana mandi bau asem nih." Lala mencibir, dia pergi ke kamar mandi nggak lupa sama sumpah serampah buat Jaemin. 30 menit Lala habisin buat bersih-bersih, sekarang dia duduk di meja makan di samping Jaemin.
"Gimana kuliah kamu?" tanya Jaemin. Jaemin tuh gitu, dari dulu dia selalu nanya gimana sekolah Lala sampek dia kuliah juga masih. Padahal dulunya mereka satu sekolah.
"Nggak ada yang spesial, biasa aja." Jawab Lala acuh.
"Oh ya Mami hampir aja lupa, Lala pertunangan kamu dibatalin." Lala melotot.
"Beneran Mi? Mami nggak bohongkan? Yess alhamdulillah nggak jadi tunangan sama Jeno."
"Iya, kamu nggak jadi tunangan tapi kamu bakal nikah minggu depan." Lala terkejut.
"KOK GITU SIH PI?" nah, kan ngegas untung si Papi nggak jantungan.
"Perusahaan Papi yang di China ada masalah jadi Papi harus kesana langsung dan pastinya Mami kamu ikut dong, daripada kamu sendirian bikin Mami Papi khawatir lebih baik kamu Papi nikahin cepet."
"Kan ada Bang Jaemin Papi." Suho menghela napas.
"Lala, Jakarta Surabaya itu nggak deket loh, kasian Abang kamu kalo harus bolak-balik."
"Ya tapi nggak perlu sampek nikahin Lala dalam waktu dekat kan, lagian Lala juga bisa kok jaga diri sendiri. Dirumah juga masih ada Mbok sama pak dhe." Lala cemberut.
"Iya, ada mbok sama pak dhetapi mereka kan tinggal di rumah sendiri. Orang kamu kalo malem juga kadangsuka takut tuh, udah pokoknya ini juga demi kebaikan kamu." Final Irene.
TBC.
MY DREAM; YOU AND I
KAMU SEDANG MEMBACA
MY DREAM; YOU AND I
FanfictionJENO SAMA LALA DIJODOHIN? HAH? KENAPA? "GUE NGGAK TAU, TAPI GUE BAKAL BERUSAHA." "GUE BAKAL BANTUIN LOE."