36

697 112 0
                                    

"Kalian tak punya bukti untuk menahanku!" Junyeong memekik dari dalam sel yang ada di kantor polisi, membuatnya dibentak oleh seorang polisi senior.

Myung Woo, Yeorum, dan Minkyung meliriknya sekilas. Ketiganya berkutat mengisi sebuah form laporan atas masalah yang terjadi hari ini. Yeorum berkali-kali mengucapkan maaf kepada Minkyung, ia tidak berpikir hingga sejauh ini, tapi Minkyung tampak santai. Ia bahkan menikmati teriakan Junyeong dari dalam sel.

"Pak! Aku tidak bersalah! Apa bukti--"

'Terus kenapa pakai namaku sebagai penanggungjawab kedua?'

'M-maaf... aku tidak tahu harus menggunakan nama siapa.'

'Kau tidak punya izin dariku, lho, Junyeong. Kau pakai data palsuku, ya? Tandatangannya juga?'

'I-iya. Kan, kau temanku. Bukannya harus saling menolong?'

Di dalam sel Junyeong langsung terdiam begitu Myung Woo memutar rekaman suara percapakan mereka di cafè dari ponselnya. Beberapa petugas kepolisian menggeleng-gelengkan kepala melihat Junyeong, salah satu dari mereka bahkan memukul sel, menyuruh Junyeong untuk tidak ribut.

"Dasar tak tahu malu." Umpat Minkyung lalu kembali mengisi laporannya.

Yeorum di kursi hanya bisa menghela napas. Ia kesal dengan Junyeong tapi ada sedikit rasa iba yang muncul di hatinya. Seharusnya Junyeong tidak begitu, tapi siapa Yeorum? Ia tidak tahu apa yang sebenarnya Junyeong pikirkan di otaknya.

"Aku pinjam uang untuk Ibuku! Ia sedang di rum--"

"Diam! Kau ribut sekali, sih!" Pekik seorang polisi sembari melempar sebuah berkas ke atas lantai. Ia tampaknya sudah muak dengan teriakan Junyeong.

"Jangan menahanku! Aku jan--"

"Kalau kau tidak diam, hari ini ku masukkan kau ke sel campur!"

~~~

"Aku minta maaf, Kak. Kalau sudah begini, namamu akan diseret ke Pengadilan sebagai saksi." Yeorum berkata lirih sembari mengompres pipinya yang masih agak sakit akibat tamparan Junyeong.

Minkyung menggelengkan kepala. Ia tersenyum tulus lalu menyerahkan segelas air putih kepadanya. "Jangan khawatir." Kata Minkyung. "Karena perempuan itu aku jadi parno dengan kreditur, jadi aku harus membalas dendamku juga di pengadilan."

"Tapi, kan..."

"Sudahlah. Jangan kau pikirkan."

"Bagaimana dengan Hoshi? M-maksudku, namamu bisa menyeretnya ke sebuah artikel yang tidak benar." Ujar Yeorum lagi. Ia tidak bisa mengindahkan berbagai pikiran jelek yang ada di kepalanya.

"Ya, kalau sudah begitu, mau bagaimana? Lagipula aku hanya saksi saja. Tidak akan menjadi masalah besar, kok."

"Tap--"

"Kalau kau bertanya lagi, aku bisa mengamuk loh." Minkyung memperingati sehingga Yeorum langsung mengatupkan bibir selama beberapa saat.

Sudah lama bagi Yeorum tidak berkunjung ke apartemen Minkyung. Bahkan ia sangat senang melihat Hayan menggonggong saat mereka datang dari kantor polisi. Hal ini tentu saja tidak akan terjadi apabila Minkyung tidak memaksanya untuk menginap di sana. Gadis itu khawatir kepada Yeorum yang terlalu kaget dengan kejadian sore tadi.

"Oh, iya, sebentar lagi Hoshi datang. Dia akan bawa ayam goreng." Kata Minkyung.

Yeorum membelalakkan mata. "Hah? Hoshi datang?"

Balcony [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang