Prolog

217 36 36
                                    

Keramaian tercipta saat remaja dengan tinggi 175 cm, melangkah dengan sebuah bola basket  digenggaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keramaian tercipta saat remaja dengan tinggi 175 cm, melangkah dengan sebuah bola basket  digenggaman. Dengan pandangan lurus seolah keramaian tidak mengusik dirinya.

Langkahnya tiba-tiba terhenti, melepaskan penyuara telinga, remaja tersebut memicing menatap kerumunan yang berada tidak jauh darinya.

"Ada apa?" gumam remaja itu.

Langkahnya perlahan mendekati kerumunan. Remaja itu berdecak sesaat ketika sudah mengetahui alasan kerumunan tercipta.

Bullying, satu kata yang sangat menyebalkan untuk remaja tersebut. Penindasan tanpa alasan yang jelas sangat tidak berguna baginya.

"See, guys! Ini cewek sebenarnya miskin, tapi fashionnya sok banget!" cemooh seorang siswi dengan tatapan menghina.

Remaja itu berdecak, ia hampir menginterupsi saat sebuah suara terdengar.

"Bukan gue yang sok! Lo aja yang gak bisa gaya, fashion lo norak!"

Remaja itu berdecak kagum, ini kali pertama dia melihat kejadian seperti ini. Korban bully yang berani melawan, tanpa merasa terintimidasi sedikitpun.

Si penghina melotot mendengar balasan korbannya. Tangannya mengepal.

"Lo jangan ...."

Perkataan gadis itu terhenti saat korban yang juga seorang siswi itu menaikkan tangan pertanda berhenti.

"Gue gak ada waktu ngadepin orang kayak Lo! Sorry ya," ujar siswi itu dengan tatapan pura-pura menyesal.

Mengabaikan sang lawan, siswi itu melangkah dengan santai. Langkahnya menuju remaja yang sedari tadi tidak berkedip menatapnya.

"Dia mau kesini?" Remaja itu berdeham, bukan tanpa alasan. Seluruh siswi saat bertemu dengannya pasti akan menyapa.

Dia bukan sosok sempurna, tetapi parasnya yang manis membuat banyak siswi terpesona.

Waktu terasa terhenti, saat sang korban hampir sampai di depannya. Remaja itu menampilkan senyum terbaiknya.

Namun, semua hanya sesaat karena si korban hanya melewatinya tanpa melirik remaja itu sedikitpun.

Remaja itu mengerjap, dia syok.

"Apa kemanisanku berkurang?" Dia bertanya pada dirinya sendiri.

Tersenyum, remaja itu menatap punggung siswi tersebut dengan seringaian.

"Kamu ... milikku!"

******

Bullying jadi alasan kekaguman, lantas apakah selamanya begitu ataukah akan berubah ke rasa suka? Entahlah, ikuti kisah mereka ya😉

Bullying jadi alasan kekaguman, lantas apakah selamanya begitu ataukah akan berubah ke rasa suka? Entahlah, ikuti kisah mereka ya😉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
WALOPI (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang