chapter #1

64 18 13
                                    

  "Hargai orang lain jika kau ingin dihargai!"

.
.
.

Cahaya matahari memasuki kamarnya dari celah-celah jendela menyentuh hangat wajah gadis yang masih tertidur dengan pulas. Tangannya meraih dan menarik selimut sampai menutupi kepalanya bermaksud agar cahaya itu tidak mengusik tidur nya.

Beberapa detik setelahnya gadis itu kembali terlelap tak menghiraukan suara ayam yang sudah meneriaki nya sejak tadi. Sampai jarum jam menunjukkan pukul 06 : 00 gadis itu masih nyaman berada di alam mimpinya teriakan sang ibu adalah alarm terbaik sepanjang masa. Gadis itu menggeliat di kasurnya terusik dengan suara merdu khas ibunya setiap pagi.

"FEYZA! BANGUN! jam berapa ini feyy!" Geram sang ibu seraya menggedor-gedorkan pintu kamar feyza. Mendorong paksa pintu kamar sampai menghasilkan suara yang amat bising akhirnya mau tidak mau feyza bangun dari tidurnya wajahnya masih terlihat sangat mengantuk salahkan dirinya yang terus begadang sampai adzan subuh berkumandang.

Dengan langkah gontai feyza bangkit dari kasurnya berjalan menuju pintu dan menarik knop pintu.

Di depan pintu sang ibu sudah berkacak pinggang sambil memperhatikan putri sulungnya yang sangat berantakan khas orang bangun tidur.

"Sholat subuh gak kamu?" Tanya sang ibu tegas

"Sholat Bu" jawab feyza seadanya. Pertanyaan yang selalu ditanyakan oleh kedua orang tuanya tiap pagi.

"Langsung mandi, pakai baju terus sarapan di bawah" perintah sang ibu kemudian pergi meninggalkan feyza yang masih mengumpulkan nyawa di ambang pintu.

"Jangan tidur lagi feyza!" Sentak sang ibu. Lihat saja feyza saat ini yang melanjutkan tidur nya dengan keadaan berdiri dan bersandar pada dinding di sampingnya.

Usai bersiap-siap lengkap dengan Hoodie dan tas di bahunya feyza menuruni anak tangga menyapa hangat keluarga kecilnya. Feyza duduk di samping ayah nya di hadapannya ada sang ibu yang tengah menyuapi adik satu-satunya.

Feyza mengambil selembar roti dan mengolesinya dengan selai kacang kemudian menenggak susu cokelat dingin untuk mengganjal perutnya. Sejujurnya feyza malas sarapan tapi karena orang tuanya yang memaksanya untuk sarapan akhirnya feyza memilih untuk menurut, toh! Itu untuknya juga, mengingat feyza memiliki penyakit maag.

"Di antar ayah atau naik bus Fey?" Tanya ibu di sela-sela menyuapi anak bungsunya.

"Naik bus aja" jawab feyza

"Nggak di antar saja? Nanti terlambat." Tawar sang ayah

"Nggak ah! Nanti pada tau lagi kalau aku anak ayah" jawab feyza.

"Lah memang nya kenapa?"

"Ya feyza nggak mau kalau nanti orang-orang tau feyza anak pemilik sekolah terus dibeda-bedakan dengan anak murid lainnya. Terus nanti teman-teman feyza malah mencurigai feyza kalau dapat peringkat satu" jelasnya. Feyza sangat tidak menyukai ketidakadilan dan sangat membenci dengan orang-orang yang asal menuduh.

"Ya terserah kamu saja lah"

"Iya lah, kan aku yang sekolah week" jawab feyza dengan menjulurkan lidahnya.

RENATA~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang